Nicholas sedang duduk di balkon rumahnya, ia sedang memandangi bintang-bintang dilangit. Ya, ia memang sering melakukan itu bila ia rindu dengan seseorang.
"Kalau kamu lagi rindu seseorang, kamu liat aja bintang itu. Mungkin rindumu akan terobati, walaupun sedikit. Tapi hal itu bisa membuatmu lebih baik." Ucap gadis itu yang sedang menatap bintang dilangit.
"Oyah? Emang kamu pernah ngelakuin itu?" Tanya pria yang kini berdiri disampingnya dan menatap ke arah bintang-bintang itu.
"Pernah. Saat aku lagi rindu kamu." Ucap gadis itu yang masih menatap langit.
Nich lantas menoleh dan menatap gadis itu, Aurel Claudia. Ia lalu mengacak rambutnya pelan. Lantas kembali menatap langit.
"Aku janji, ga akan pernah biarin kamu natap langit itu sendirian. Karena aku akan selalu bersama kamu hingga kamu tak lagi tau rasanya rindu itu apa." Kata Nich menunjuk langit.
"Kamu janji ga akan ninggalin aku?" Lanjut Nich yang kini menatap Aurel serius.
Aurel yang merasa ditatap lantas menatap Nich balik. Ia tidak bisa menahan air matanya keluar. Bukan hanya terharu mendengar kata-kata Nich barusan. Tetapi, karena sesuatu yang membuatnya tidak bisa berjanji pada Nich.
Ia mengusap air matanya dan tersenyum. Ia memeluk Nich erat sekali, melampiaskan rindu yang nanti akan datang padanya sehabis malam ini pergi. Ia tak akan bisa memeluk Nich lagi, tak bisa melihat Nich tersenyum lagi, dan tak bisa ada disamping Nich lagi.
Ia akan pergi jauh dari Nich. Meninggalkan sejuta kenangan bersama Nich. Ia akan pergi ke Amerika untuk melanjutkan study nya. Ini bukan kemauan nya untuk pindah ke Amerika. Kalau bukan karena pekerjaan ayahnya Aurel tidak ingin pergi, ia ingin tetap disini bersama Nich. Tetapi inilah nyatanya. Ia harus pergi. Demi pekerjaan ayahnya, dan juga ibunya.
Ia melepas pelukannya dari Nich. Dan mengusap wajah Nich pelan.
"Aku sayang kamu dan akan terus seperti itu." Kata Aurel yang masih terisak.
Nich yang masih bingung apa maksud perkataan Aurel. Lantas berkata.
"Aku juga sayang kamu, tetaplah bersamaku."
Aurel menggeleng. "Kita pisah sampai disini Nich." Isakan yang sedari tadi Aurel tahan kini berubah menjadi tangis.
"Maksud kamu apa Rel?" Tanya Nich tak paham apa maksud gadis didepannya ini.
"Kita putus Nich. Jalani hidup kamu seperti biasa, dan aku juga akan jalani hidup aku sendiri. Aku.. aku pindah ke Amerika Nich. Ayahku ada tugas di Amerika, yang membuat aku dan ibuku pindah ke sanah. Aku ga mau kamu disini nunggu aku yang ga tau kapan akan kembali. Aku pengen kamu bahagia disini dengan cara kamu, tanpa aku." Ucap Aurel melemah.
"Ngga Rel, ga mungkin. Aku ga mau. Apa perlu aku susul kamu ke Amrik?" Sahut Nich yang kini terisak.
"Ngga! Kamu ga boleh susul aku. Kalau kamu susul aku. Aku marah sama kamu." Bentak Aurel.
Nich yang sedari tadi nahan tangis, kini tangisnya pecah.
.
.
."Jaga diri kamu baik-baik. Aku sayang kamu Nich."
Ingatan masalalu itu kembali muncul. Nich lantas membuang jauh-jauh ingatan itu. Ingatan 2 tahun yang lalu, yang membuat dirinya menjadi pendiam.
Ia tidak ingin dihantuin oleh masalalunya itu. Kini ia punya kehidupannya sendiri, mungkin juga dengan dia. Walaupun sejujurnya Nich tidak mampu berbohong bahwa ia merindukan sosoknya. Sudah 2 tahun dia meninggalkannya dan tanpa kabar sedikitpun.
Apa dia masih mengingat aku disini?
Nich kembali ke dalam kamarnya, ia tidak boleh terus-terusan seperti ini. Ia harus bisa melupakannya, seperti dia yang mungkin sudah melupakannya. Ia mengacak rambutnya, dan berbaring dikasurnya.
Kalau bukan karena sahabatnya, Kiki, Alvaro, Tristan. Nich tidak mungkin seperti sekarang. Dulu Nich hanya berucap sekata dua kata itupun tidak sering, hanya seperlunya. Sekarang Nich sudah berubah, walau tidak seratus persen. Tapi setidaknya ia tak lagi menjadi pribadi yang dingin. Ia sekarang lebih banyak berbicara, bukan berkat sahabatnya saja. Melainkan teman barunya yang ia kenal sejak MPLS. Tifanny Alfira.
Teman barunya ini amat cerewet, tetapi yang Nich bingung. Alfira yang dulu kini berubah kepadanya. Ia pun tak tahu apa.
Handphone Nich bergetar. Ia lalu mengambil HP nya di atas meja belajarnya dan membuka obrolan chatnya. Ternyata itu dari grup sahabatnya yang diberi nama "RAMEIN".
< RAMEIN >
Kiki : Malam guys.
Alvaro : Malam yang.
Kiki : Yang aus, yang aus.
Tristan : Brisik lu pada. Belajar sana.
Kiki : Bebep jangan marah-marah aja dong, nanti darah tinggi.
Tristan : Geli lo.
Kiki : Ih tuh kan, dd dimarah-marahin aja.
Alvaro : Geli sumpah ki.
Kiki : Iya aku juga sayang kamu:*.
Nich : Gila.
Kiki : Wehh bebep Nich datang vroh.
Alvaro : (2)
Tristan : (3)
Nich : Gaje lo pada.
Kiki : Kangen kalian:*
Nich : gue ngga.
Tristan : (2)
Alvaro : (3)
Kiki : kalian jahattt :(
Nich yang melihatnya lantas tersenyum geli, walaupun pesan yang mereka kirim ga jelas, tetapi mereka bisa membuat ia tertawa membaca pesan-pesan yang mereka kirim. Ia sangat beruntung mempunyai sahabat seperti mereka yang mampu menghiburnya dengan tingkah konyolnya. Walaupun persahabatan cowo tidak sama seperti persahabatan cewe yang gampang bilang sayang, tetapi ketahuilah Mereka tak akan membiarkan sahabatnya terluka sedikitpun.
Persahabatan mereka diawali sejak menginjak bangku SMP hingga sekarang.
>-<
"Berhentilah mengharapkan sesuatu yang tak pasti, jangan kau teruskan. Itu akan membuatmu sakit."
-----------------------------------------------------------
Oke aku kenalin ya sahabat dari Nich.
Pertama :
Tristan cowo kalem, pintar dan kapten tim basket. Ia paling dewasa diantara sahabat2 lainnya, dan mampu membimbing sahabatnya ke jalan yang baik.Kedua :
Kiki si cowo manja, tingkahnya seperti anak perempuan. Ia yang paling bawel diantara yang lain. Tapi ia yang paling bisa memberi solusi jika ada diantara sahabatnya mendapat masalah.Ketiga :
Alvaro. Cowo yang satu ini terkenal playboy, tetapi jangan salah. Ia sangat setia sama sahabat2nya. Jika sahabatnya ada yang diganggu atau terluka. Dia orang pertama yang akan memberi perhitungan.
.
.
.
.
.Jangan lupa vote dan komennya ya!
Makasih yang udah ngikutin lanjutan ceritanya. Tolong juga kasih kritik dan sarannya ya😉 makasih😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Smile
Teen Fiction"Hal tersulit yang aku terima adalah ketika kamu memilih dia untuk mengisi hatimu." >-< Ini cerita tentang seorang siswi yang menjadi idola sekolah bernama Tifanny Alfira kelas XI IPA 2 yang sering dipanggil dengan sebutan Fira. Ia menyukai teman s...