PROLOG

132 7 4
                                    

Impian bagai candu bagi setiap orang yang mengharapkannya. Bahkan candu itu telah menjalar pada aliran darah mereka. Seperti psikopat menemukan sasaran, para pemimpi berusaha keras untuk mendapatkannya.

Gadis itu bernama Lingga Hapsari Ayu Ningtias. Dari nama saja kalian tahu dia keturunan suku apa? Ya, dia terlahir dari perpaduan sunda dan Palembang.

Paras oriental dengan khas mata minimalis ala chinese, kulit kuning langsat, tubuh ramping-tinggi semampai, membuatnya lebih tampak cantik disandingkan dengan gadis lain disekitar lingkungannya.

Sejak tamat strata-1 ia bermimpi akan merubah peradaban dunia dari bidang arsitekturnya. Namun impian itu harus tertunda karena ilmu yang ia miliki masih dirasa kurang cukup to create the world. Maka, Lingga memutuskan melanjutkan pendidikannya terlebih dahulu. Kini ia sedang menyelesaikan tesis untuk meraih gelar Master of Architecture.

Disuatu hari Lingga meminta izin pada sang Mami untuk mengurus surat-menyurat izin tempat penelitiannya.

"Mam, aku mau urus surat penelitian dulu ya?!" ujar Lingga buru-buru sambil mencomot sandwich diatas meja makan dan melangkah pergi begitu saja.

"Syarat Mami masih sama, ya! No excuse!" ucap Mami yang sedang sarapan bersama suaminya, "Lihat tuh anak kamu, Pi," sambungnya gemas.

"Anak mami juga," timbal sang suami.

***

Dipojok meja kerja yang merupakan salah satu fasilitas apartemen, seorang pemuda lajang dengan rentang usia sedang berada di puncak produktifnya-sendiri menikmati secangkir green tea-sembari menatap gemerlap malam dari balik jendela.

Agnibrata Byantara Arbi, begitulah kedua orang tuanya memberi nama. Ayahnya pemuda jawa tulen sedangkan sang ibu gadis dari negara yang memiliki gunung Fuji didalamnya.

Sejak kecil Byan dibesarkan dikota pelajar, Yogyakarta. Kota yang sangat menjunjung tinggi nilai toto kromo. Kehangatan kehidupan sosial ditanah Hamengkubuwono pun sangat kental dan terasa dari adab bergaul masyarakatnya. Kehangatan itu yang cukup ia rindukan setelah beberapa tahun bekerja dinegeri orang walau budaya tata krama yang ada tak jauh berbeda dari kota kelahirannya. Terutama terkait adab terhadap orang yang lebih tua.

Mas, Byan. Ibu nanya, kapan mamas mau nikah? Ibu iku yo khawatir sama Mas Byan. Kepikiran sopo sing ngurus Mamas disana, perkataan sang adik selalu terngiang dikala lamunan saat waktu senggang memberi celah. Sesekali diseruput segelas green tea yang ada ditangannya.

Okelah kalau memang harus menikah. Tapi dengan siapa? Gumamnya sendirian, bersama lampu temaram dan deringan alarm yang menyuruhnya untuk lekas tidur karena esok pekerjaan menunggu sedari awal pagi.

***

Ceritanya masih pemanasan,,,

Keep reading and don't forget to voting! Love u!  <3

Thank you!

BANCI (Bangun Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang