STORY 7

50 3 0
                                    

"Mbak, jangan gerak terus! Nanti henna-nya berantakan!" ujar Ratna yang mendapat tugas hennafun.

"Sorry...sorry," balas Lingga, "Kamu nggak laper, Dek?" sambungnya.

"Belum. Kenapa? Mbak laper, ya?" ujar Ratna, masih fokus melukis henna ditangan Lingga.

"Iya," balas Lingga.

"Ya udah, Ratna panggil Mbak Sekar dulu buat bawain nasi kesini. Mbak jangan banyak gerak, tapi!" tutur Ratna.

"Siap!" balas Lingga, sambil salam dua jari.

"Tuh, kan! Baru dibilangin, nanti henna-nya rusak, Mbakku sing ayu..uu," timbal Ratna, gemas.

"So-rry," ucap Lingga, keki.

Didapur para ibu-ibu berkumpul meracik bumbu dapur. Besok pagi akan dihelat resepsi pernikahan putra sulung rumah tersebut.

"Ssstt! Mbak?!" sapa Ratna pelan, "Mbak Sekar?!" bisiknya.

"Iya, Dek," timbal Sekar, menoleh ke sumber suara.

"Mbak, minta tolong ambilin nasi buat Ratna sama Mbak Lingga. Kami lagi pasang henna soalnya, boleh Mbak?" tutur Ratna.

"Bole..eeh. Ya udah tunggu aja di kamar, nanti Mbak antar nasinya kesana," balas Sekar.

"Sekalian disuapin boleh, Mbak?" tanya Ratna, mesem.

"Iya..a," timbal Sekar.

"Suwun, Mbak," balas Ratna dan kembali ke kamar pengantin.

Sekar mulai belajar menjadi gadis tertua diantara keduanya. Sebagai istri dari anak sulung. Terlebih hari ini sudah dimulai proses persiapan ke perhelatan tasyakur walimah Lingga yang bukan lagi sekedar sahabat, namun adik iparnya.

Ratna sejak pagi sibuk menghias hennafun di tangan dan kaki Lingga. Ia mendapat tugas dari seluruh anggota keluarga, agar calon pengantin wanita tersebut tidak mendekati semua hal yang mengacu pada pekerjaannya, terutama gadget.

Tok!Tok!

"Siapa?" tanya Ratna.

"Bule Ratih, Dek," jawabnya.

"Masuk, Bule," ujar Ratna.

Bule Ratih memunculkan kepalanya dari pintu kamar pengantin.

"Ada Mbak Sekar ora?" tanya Bule Ratih.

"Saya, Bule," jawab Sekar.

"Mbaknya dicari sama Mas Abim," tutur Bule Ratih, "Ditunggu di ruang tamu katanya," sambungnya.

"Oh, iya. Suwun, Bule," balas Sekar.

"Ya. Yo wes, bule mau lanjut masak lagi," timbal Bule Ratih dan meninggalkan kamar pengantin.

Sekar langsung beranjak menemui Abimana. Di ruang tamu sang suami tengah duduk sambil memandang kearah pekarangan rumah yang tengah ramai orang memasang tenda. Wajahnya terlihat cukup lelah.

"Abang manggil Sekar?" ujar Sekar yang baru muncul dari arah belakang.

"Kamu nggak mau tahu, suamimu ini udah makan atau belum?" timbal Abimana.

Sekar menjadi tidak enak hati. Didekatinya sang suami dan ia cium tangan Abimana untuk meminta maaf.

"Sekar minta maaf, Bang," tutur Sekar masih dalam posisi mencium punggung tangan kanan suaminya. Abimana membalas dengan mendaratkan sebuah kecupan dihulu kepala istrinya.

"Tadi Lingga sama Dek Na minta tolong disuapi makan," sambung Sekar.

"Kalo gitu sekarang Abang yang minta ditemani makan," tutur Abimana lembut. Sekar tersanjung dengan sikap suaminya yang penuh kasih sayang.

BANCI (Bangun Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang