Aku mulai mengelap tubuhku yang basah tersiram air hujan. Sandy di sampingku melakukan hal yang sama. Kami telah berada di dalam mobil,sembari memakan mie cup yang kami beli di warung kopi.
"Doyan amat Sas? Laper?" goda Sandy. Memang aku menyantap mie cup ini dengan sangat rakus.
"Lo nggak bisa diem ya kaya emak-emak! Suka suka gue dong mau makan kayak gimana" ucapku sebal. Lalu melanjutkan makanku. Aku memang sangat lapar. Seusai bermandikan air hujan. Tampaknya membuat nafsu makanku memuncak.
"Emm,,ya deh iyaa"
"Sensasinya beda ya. Hujan di rumah sama di puncak" kekehku pelan. Sandy menatapku heran. Mungkin.ia tak merasakan apa yang aku rasakan.
"Sama aja. Sama-sama air. Sama-sama bikin basah. Sama-sama hujan tuh" elak Sandy.
"Banyak yang basah karena hujan. Namun hanya sedikit yang bisa merasakannya"
Sandy terdiam. Begitu pun aku. Atmosfer diantara kami mulai canggung. Keheningan ini cukup lama kami rasakan.
Hingga Sandy pun bersuara.
"Sas,apa lo tau?" ucapnya dan aku hanya membalasnya dengan gelengan kepala.
"Gue selalu pengin masuk ke dunia lo. Kadang gue mikir,apa yang lo pikir istimewa itu dari hujan. Tapi gue nggak bisa. Gue pengin tau dunia hujan lo Sas,kayak lo tau dunia gue. Gue pengin persahabatan kita ini bisa saling tau. Tapi nyataya gue nggak bisa." sambungnya. Aku pun sadar aku tersenyum."Sahabat,emang butuh saling tau. Saling ngerti. Saling percaya San. Tapi lo nggak harus masuk ke dunia gue kayak gini. Cukup jadi diri lo sendiri."
Sandy terdiam. Memandang lurus ke arah kaca mobil. Aku memeriksa ponselku. Ada pesan dari Delva.
Delva Adelia Safara : Woy!!
Delva Adelia Safara : Kutil!!
Delva Adelia Safara : Babi 🐽
Delva Adelia Safara : Sasyafira Arletta!!
Delva AdeliaSafara : Budek,tuli! Gue ada info penting bales oy!!
Delva Adelia Safara : Gue otw rumah lo. Ngebo mulu perasaan dah!
Delva Adelia Safara : keluar nyet!
Delva Adelia Safara : Jangan salahin gue,kalo gue siram lo pake air!
Delva Adelia Safara : Ah anjas.. Lo pergi kemana ha sama Sandy rumput?
Delva Adelia Safara : Ah jatuh cinta baru tau rasa lo!
Delva Adelia Safara : gue tunggu sampe ntar malem lo nggak bales,beritanya hangus.
Aku membaca satu persatu pesan itu sambil terpingkal pingkal. Maklum,Delva memang hobi nyepam. Apalagi spam chat. Apa yang ingin ia katakan sampai segitunya? Ke rumahku? Menemuiku? Kesambet apaan?
Aku pun membalas pesan itu sebelum si pengirim pesan marah padaku di video call nya. HeheSasyafira Arletta : Apaan? Gue lagi di puncak sama Sandy. Mau ngomong apaan?
Sasyafira Arletta : Heh bisul,jangan sampe ya udah gue bales tinggal lo yang nggak bales.
Delva Adelia Safara : Bagus 👍 mangkal terus mak,biar penghasilan ngalir 😑
Sasyafira Arletta : Sembarangan lo! Mau ngomong apaan?
Delva Adelia Safara : Gue harus mulai darimana?
Sasyafira Arletta : -_- susah emang punya temen oon ya.
Delva Adelia Safara : Heh,oke oke gue ceritain. Ini soal Em,soal apa ya?
Sasyafira Arletta : sekali lagi lo emang oon govlok,utek di dengkul. Fiks!
Delva Adelia Safara : Anjir,lo ada dimana?
Sasyafira Arletta : sampe kapan gue harus ngomong kalo gue lagi di puncak?
Delva Adelia Safara : Elah,betah banget. Pulang woy!!
Sasyafira Arletta : Izyaaa gue mau pulang
***
Aku mematikan data seluluerku dan membuang bungkus mie cup di jalan. Ini jangan ditiru oke. Sandy dan aku bergegas pulang. Wajah Sandy terlihat pucat. Aku dengan reflek menempelkan telapak tanganku di dahinya. Panas. Sandy memang dari kecil tak begitu menyukai hujan. Ia selalu sakit jika hujan-hujanan. Contohnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mujeres Lluvia
Teen FictionSEDANG DALAM TAHAP REVISI!!!! Namaku Sasya. Sasyafira Arletta. Aku baru duduk di bangku kelas 12 SMA. Ini adalah kisahku. Aku suka sekali hujan. Duniaku hanya ada Aku dan Hujan. Semua indah. Tapi,semenjak dia datang. Semua berubah. Aku jadi tau mak...