BAB 5

14 2 0
                                    

Pagi ini tidak seperti biasanya. Aku tertidur pulas masih dengan balutan selimut kesayanganku. Sungguh aku merasakan pening dan badan yg tidak begitu enak. Aku sakit.
"Sasya,Sandy udah dateng tuh." seru mamahku mendekat ke arah kamarku. Aku bisa mendengarnya.

Aku tak menjawabnya. Aku masih terdiam diposisiku.
"Sasya,ya ampun!! Belum siap-siap juga?" seru mamaku semakin heboh.

Ia mendekat ke arahku dan memegang dahiku. "Kamu demam sayang. Ya udah yuk makan dulu."

"Ma,Sasya nggak mau sekolah" ucapku lirih tampak lemah.

"Iya sayang,yuk mama tuntun" ajaknya lalu aku mengikutinya.

Sudah ada Sandy disana dengan penampilan yang rapi. Apalagi ditambah kaca mata hiasnya,menambah kesan cool. Wajahnya tampak keren. Ia memandangiku dengan intens.

"Lo kenapa?" ucapnya. Sembari memakan roti selai kacang

"Dia demam San,kayaknya Sasya nggak usah berangkat dulu deh. Tante minta tolong izinin Sasya ya?"

Aku masih terdiam dengan selimut yang menggulung tubuhku.
"Iya tante,siap!"

Sandy beralih menatapku. Iba. Itu yang tergambar dari raut wajahnya.
"Sas,manusia jenis kaya lo bisa sakit?" kekehnya membuatku agak kesal. Tapi aku tak akan membalasnya. Biar kubalas saat keadaanku sudah benar sembuh.

"Elah sombong banget yg lagi sakit" ledeknya lagi.

"Diem deh,gue lagi sakit juga masih aja lo ledekin. Bisa nggak sih sehari aja nggak ngledek?" sahutku gerah.

"Galak banget. Gws Sas!" ucapnya lagi sembari mencubit pelan hidungku. Blushing? Jelas.

Aku akui,walaupun kami sahabat tetap saja jika ia melakukan hal romantis,seperti tadi pipiku berubah menjadi merah.

Sandy pergi meninggalkanku dan sebelumnya berpamitan pada mamaku.
"Kamu sama Sandy cocok ya Sas" ucap mamaku yang ikut menyebelahiku yang sedang asyik menatap layar televisi.

"Ngaco!" gertaku sebal.

"Kalian emang cocok. Mama papa jadi pengin jodohin kalian" ucap mama lebih serius. Aku tak habis pikir mereka akan beranggapan seperti itu.

"Apaan sih ma! Sandy udah punya pacar juga. Sasya nggak doyan sama model kaya Sandy." elaku.

"Sensi banget si sayang? Jodoh kan nggak ada yang tau?" ucap mamaku lalu pergi meninggalkanku ke arah dapur untuk mencuci piring-piring kotor.

Dijodohin sama Sandy? Ogah banget! Bukannya romantis malah berantem terus yang ada.

🌝🌝🌝

Sandy pov.

Aku melangkahkan kakiku gontai menuju kelas XII IPA - 2. Kelas Sasya dan Melody. Kekasihku. Walau aku menembaknya tanpa dasar cinta ataupun sayang.

"Permisi" ucapku dengan dingin di ambang pintu kelas XII IPA-2. Melody yang memang sedang menghapus papan tulis itu langsung berlari kearahku.

"Hai Sandy?" ucapnya menyapaku dengan menunjukan senyum terbaiknya pagi ini. Untuku. Aku tersenyum lebih manis lagi untuk membalasnya.

"Bisa gitu ya?" kekehnya begitu manis. Melody memang cantik juga manis. Tapi tak ada yang bisa menggantikan tahta gadis itu di hatiku. Biarlah status ini tetap menjadi status.

"Kenapa?" tanyaku dengan logat bingungku.

"Nggak apa-apa. Kesini ngapain?"

"Oh,mau bilang kalo Sasya nggak bisa masuk. Lagi sakit. Suratnya nyusul." aku memang dingin. Sikapku akan cair hanya jika 'sunshine' ada di sampingku.

Mujeres LluviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang