Black Pearl

3.9K 333 17
                                    

"Apa yang baru saja yang kau lakukan?" Tanya Sasuke tajam menusuk Naruto. Gadis itu meringis dalam hati melihat ekspresi marah Sasuke, namun juga menikmati bagaimana pemuda itu menahan amarahnya.

"Hmm?" Naruto mengangkat sebelah alisnya pura-pura bodoh. Melihatnya, Sasuke menahan geramannya. Hendak saja dia buka suara, tiba-tiba Naruto berteriak keras.

Bukan tanpa alasan, gadis itu berteriak karena seseorang menarik rambut Naruto dari belakang. Tak hanya itu seorang gadis lainnya ―entah siapa itu―sedang mencoba mencakar wajah Naruto.

"Hya!! Lepas!!Aw―rambutku sialan!!" Umpat Naruto saat dirasa beberapa tangan dengan semangatnya menarik rambut panjangnya. Tangannya mencengkram dan juga memukul tangan gadis-gadis lain itu.

"Kau wanita sialan, brengsek!!" Sahut gadis bermata sipit dengan eyeliner tebal. Dengan menambah kekuatannya dia menarik kembali rambut Naruto sampai beberapa helai ada yang tercabut dari kulit kepala Naruto. Naruto berteriak kesakitan kembali.

"Beraninya melakuakan itu!!" Yang lain menimpali. Dan kekuatan mereka benar-benar seperti bison di masa kawin membuat kepalanya pusing. Naruto merasa kepalanya akan botak.

"Teman-teman, kalian tidak boleh melakukan itu!!" Hinata datang melerai setelah sembuh dari rasa kejutnya. Dia bergerak cepat dengan menarik tangan Naruto dengan lembut. Wajahnya terlihat memohon, mau tak mau gadis-gadis itu berhenti menjambaki rambut Naruto.

"Aish!!" Ringis Naruto sambil mengurut kepalanya yang berdenyut-denyut.

"Tapi Hinata-san, dia sudah bertindak buruk pada pacarmu"

"Iya, apa kau tak marah padanya" Seseorang menunjuk wajah Naruto dengan tidak sopan. Matanya melotot dan Naruto membalasnya lewat deklikkan. Apa-yang-kau-lihat! Begitu mata Naruto berbicara.

Hinata melirik sebentar ke arah Naruto, sesungguhnya dia merasa aneh dengan sikap Naruto. Tapi lagi-lagi dia mencoba bersabar "Itu karena dia dari Rusia. Kalian harap maklum"

"Tapi tidak dengan mencium bibir pacarmu!" Sungutnya lagi. Gadis-gadis itu terlihat paling marah dengan Naruto, sedang Hinata terlihat tak berdaya.

Benar-benar wanita yang lemah. Naruto mengejek dalam hati.

"Sudahlah, kalian pergi saja. Jangan khawatir, semua baik-baik saja" Hinata berujar meyakinkan. Dan ketiga gadis anarkis itu menuruti keinginan Hinata. Meskipun begitu ketiga pasang mata itu masih mengibarkan bendera merah.

Naruto membalasnya dengan pandangan sombong meremehkannya.

"Aku tak suka caramu Naruto!" Ujar Sasuke setelah keadaan kembali stabil. Pemuda itu masih memandang marah pada Naruto, sedang gadis itu membalasnya dengan putaran di bola mata birunya. Jengah.

"Aku minta maaf. Sungguh. Begitu cara kami menyapa di Rusia" Ujar Naruto membela diri. Dia melakukannya dengan setengah hati. Hei, untuk apa dia meminta maaf. Sesunguhnya keinginannya adalah Hinata berteriak marah kepadanya, tapi gadis itu malah terlihat pasrah. Permainan ini terasa tidak menarik.

"Harusku ingatkan kembali bahwa tanah yang kau pijaki ini Jepang, bukan Rusia" Sasuke menekan semua kata dalam kalimatnya dengan berat. Dengan cepat dia menarik tangan Hinata agar gadis itu berdiri dekat disampingnya.

"Jangan lakukan lagi. Atau kita tak lagi menjadi teman. Camkan itu!" Peringat Sasuke terakhir kali sebelum dia pergi bersama Hinata yang tertarik bersamanya.

Naruto masih bergeming saat melihat punggung Sasuke dan Hinata yang mulai mengecil dimakan jarak. Keduanya lalu menghilang di pertikungan. Selama itu pula Naruto menahan rasa amarahnya yang meledak-ledak dalam dada dengan mengepalkan kedua tangannya disisi tubuh.

One King Too QueensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang