A for Alena

2.1K 280 16
                                    

.

.

.

.

.

.

.

.

Ehe

...


"BUKAN anorexia tapi bulimia nervosa"

Temari mengernyit hidung "Darimana kau seyakin itu?"

"Karena aku pintar" Kerlingnya jenaka. Pandangan mata pemuda itu lalu jatuh sepenuhnya pada paras cantik lawan bicaranya "Bisakah aku melihat rekam medisnya?"

Temari mendengus geli, ia lalu berjalan mendahului pemuda itu untuk kembali pada pekerjaannya. Hari ini adalah jadwalnya menjaga UGD sedang ia masih banyak presentasi untuk kuliah lanjutannya.

"Kak, kau tak mau membantuku?" tanyanya dengan langkah menyeret. Mengkuti setiap langkah Temari yang panjang. Pria itu tak sadar ia telah merengek seperti remaja

Muak di ikuti terus, Temari berhenti untuk memandang sengit senyuman si pemuda. "Shikamaru .." ada jeda dari Temari saat ia mengusap wajahnya yang setengah berminyak. Seharian berjibaku dengan pasien, ia melupakan makan siangnya, lupa juga mengurus dirinya sendiri "Kau tidak tahu etika dokter untuk merahasiakan kesehatan pasien. Kenapa kau tidak tanya langsung pada Naruto Namikaze saja"

"Oke, oke, maafkan aku" Shikamaru tersenyum seraya menangkup kedua tangan Temari dalam jangkauannya untuk ia usap lembut, menyampaikan afeksinya "Sayang, jangan merengut. Kau jadi semakin tua"

"Cih" Temari mendengus sembari melepas paksa pagutan tangan mereka. Meski begitu, tak luput bagi Shikamaru untuk melihat pipi merona dari kekasihnya itu "Sudah sana pergi. Aku sedang sibuk"

"Tapi serius, aku ingin bertanya satu hal lagi" Shikamaru membuat gesture menggunakan jari telunjuknya "Kau melihat Naruto dijaga oleh Sasuke? ada Hinata juga"

"Tentu saja. Maka dari itu aku menghubungimu karena tahu Sasuke temanmu kan? Lagi pula siapa Naruto Namikaze itu? aku baru melihatnya"

Shikamaru menegakkan tubuhnya sembari memperbaiki letak ranselnya. Ia berujar acuh "Teman kecil Sasuke" kemudian pemuda itu mengusap surai teracak Temari yang setengah lepek. kebiasaan, gadis itu pasti lupa berkeramas lagi "Baiklah, aku pergi. Kau jangan melirik dokter manapun untuk dijadikan suami karena aku sebentar lagi akan menyelesaikan pendidikanku"

Temari tertawa kecil "Setelah magang kau jadi sombong ya. Sana pergi!" gadis itu melepaskan senyum lebar kesukaan kekasihnya. Ia melambaikan ringan saat Shikamaru berjalan mundur untuk menjauh dari tempatnya berdiri. Setelah merasa kegiatan ini cukup, Temari segera beranjak kembali.

Hingga satu pemikiran membuatnya berhenti dan berbalik. Berteriak menyebut nama kekasihnya "Bisakah kau meminta Naruto untuk datang kembali ke rumah sakit?"

Shikamaru memiringkan kepalanya tanpa sadar, tidak mengerti maksud kekasihnya. Ia bertanya 'kenapa' lewat mimiknya.

"Ada sesuatu yang ingin kupastikan. Katakan ini hanya pemeriksaan biasa"

Shikamaru memberikan gesture oke menggunakan tangannya. Sekali lagi Temari melambaikan tanganya kepada Shikamaru. Ia baru menurunkan lengannya saat sosok dewasa itu sudah tak terlihat lagi. Ditengah keheningan ia kembali memeriksa cacatan medis milik Naruto "Aku memerlukan cacatan medis lama Naruto"

.

.

.

Itachi menutup tirai kamar adiknya saat melihat Naruto baru keluar dari rumahnya. Saat ia berbalik badan ia melihat Sasuke muncul dari pintu lalu menjatuhkan tubuhnya pada ranjang dengan bedebum keras.

One King Too QueensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang