Brown Sugar

2.3K 294 45
                                    

.

.

Naruto melihatnya. Seperti gulungan film pada sebuah DVD yang berputar. Sesseorang berbahu kecil dengan mata yang besar berjalan pelan ketika seorang guru TK menuntunnya dihadapan kelas. Disaksikan banyak mata dengan kerjapan polos termasuk dirinya yang mematut diri tanpa teralih.

Naruto mengingatnya. Getaran suara yang dihasilkan amatlah datar. Tidak ada cengiran atau ketakutan. Anak kecil itu berdiri menatap lurus. Bukan matanya, atau teman-temannya, tapi hanya lurus. Beberapa anak perempuan lain menatapnya dengan penasaran seperti ingin memakannya, serta riuh dari tepuk tangan anak laki-laki tak membuat anak itu berkedip ragu.

"Namaku Sasuke Uchiha 6 tahun. Makanan kesukaanku tomat dan aku tidak menyukai susu dipagi hari" katanya lancar. Disudut kiri ruang kelas, Naruto memperhatikan ada sosok seorang wanita muda yang tersenyum bangga pada anak itu. Wanita itu rupanya berdiri disamping ibunya yang terbengong-bengong.

Guru TK mereka lalu meminta Sasuke untuk mengambil kursinya, beberapa anak perempuan memintanya untuk duduk disamping mereka. Tetapi Sasuke terlalu cuek untuk peduli. Anak kecil itu mengambil tempat di belakang kelas. Kursi belakang Naruto kemudian duduk dengan tenang.

Seorang gadis perempuan yang manis parasnya, dengan dua ikat rambut begitu apik menghiasi dirinya. Bilah bibirnya berwarna merah muda. Ia terlalu mengagumkan untuk seukuran anak perempuan. Naruto sendiri jadi ingin bercermin, seperti apa wajahnya sekarang. Matanya melirik ibunya meminta pertolongan. Rasanya ia ingin mengompol saja.

"Halo teman-teman!!" ia menyapa dengan tangan terayun. Wajahnya cerita dan suaranya ringan seperti kapas. Banyak senyum yang tercipta karena pembawaannya yang menyenangkan, termasuk dirinya.

"Namaku Ino Yamanaka. Aku suka bermain barbie. Tidak seperti Uchiha-kun, aku suka minum susu di pagi hari terlebih lagi ada potongan pir. Untuk hari ini dan kedepannya semoga kita bisa berteman baik. Mohon bantuannya!!" lalu ia membungkuk badan sebelum berdadah-dadah ceria. Cengiranya masih bertahan di wajah. Ia berjalan mengambil kursi tepat disampingku.

Lalu Naruto terserang ketakutan yang berlebihan saat ia berdiri didepan kelas. Tangannya sudah dingin berkeringat dan lagi-lagi ia ingin mengompol saja. Naruto ingin merengek pada ibunya yang terus memberikan semangat sementara anak-anak di ruang kelas itu memandang tak minat padanya.

Siapa yang peduli pada gadis tambun sepertinya. Kakinya pendek gemuk. Pipi gembilnya merona merah menahan malu hingga perutnya terasa sakit. Bayangan tentang sereal coklat dengan potongan apel dan stroberi yang dimakannya pagi ini, membuatnya ingin muntah saja.

Naruto terlalu takut dihujani tatapan itu. Tatapan teman barunya selayaknya seorang jaksa terhadap terdakwanya. Diadili seperti ini membuatnya ciut.

"A―akuu, namaku ...Na ..naru ..to Nami ..kaze" napasnya seperti terputus, dan hanya itu yang mampu ia katakan, sebelum kaki pendeknya berlari mengambil kursi yang sebelumnya ia tempati. Ia duduk dengan bedebum keras hingga Ino memandangnya. Dan Naruto terlalu takut untuk mengartikan pandangan si kecil Ino.

.

.

.

Naruto membuka matanya, tersadar dari alam mimpi dengan sudut mata berair. Naruto selalu memimpikannya, pengingat tentang bagaimana asalnya dan seperti apa ia hidup ketika kecil. Semuanya tak seemosional seperti pagi ini. Tak pernah serapuh ini perasaannya.

Ia beranjak dari ranjangnya dengan langkah terseret, menghiraukan selimutnya yang terjatuh untuk tetap berjalan menuju kamar mandi. Gadis itu membiarkan pintu kamar mandinya terbuka, memandangi refleksi diri pada cermin besar yang terpasang disana.

One King Too QueensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang