Orange

2.2K 286 45
                                    

Hidungnya mencoba membaui, memilah mana bau manis dari caramel macchiato yang selalu membuat tenggorokkannya ketagihan atau aroma kental dari espresso dari sebrang. Satu tarikan napas pendek, Hinata masih tahu Sasuke mengamatinya tanpa kedip. Wajah itu, pemuda berparas sempurna itu menatapinya dengan puja. Arogansinya leleh dalam keputusasaan pemuda itu, dan Hinata terlalu kalut untuk mengambil tindakan selanjutnya.

Hinata ingin berbicara banyak, berteriak bila perlu. Orang lain menilai ini masalah sepele, tapi baginya ketika Sasuke tak mengatakan apapun tentang dirinya, membuatnya merasa tak dipercayai, tak pantas untuk terlibat.

Ini terlalu sentimentil, bahkan Hinata mencoba bersikap acuh, tapi rasa kecewa menyengatnya tanpa bisa ia telorir. Membakar seluruh nalarnya dan yang tersisa hanya keegoisan yang menyakitkan.

"Hinata .."

Dia, selalu suka saat Sasuke menyebut namanya dengan lancar dan fasih. Seperti mulut itu tercipta hanya untuk merafal namanya dengan kasih dan puja. Meleburkan perasaan cinta seperti letupan api. Terlalu panas, lalu Hinata tanpa sadar terbakar di dalamnya―untuk kesekian kalinya. Hinata akui ia terlalu menginginkan pemuda itu.

"Namaku Sasuke Uchiha, lahir 23 Juli, golongan darah AB" Sasuke berbicara dengan intonasi lembut, bola matanya menawan Hinata. Tak membiarkan gadis itu melarikan diri hanya sekedar melirik tanpa sengaja.

"Dan nama kekasihku adalah Hinata Hyuuga" Imbuhnya dengan senyum tipis. Mau tak mau gadis itu merona hebat. Sasuke harus terkekeh pelan karena Hinata selalu lucu ketika menghadapi situasi ini.

"Seperti yang kau tahu aku sangat menyukai tomat" Sasuke masih mendikte, ketika memperhatikan raut wajah Hinata yang selalu berubah-ubah "Dan aku membenci makanan manis"

Suara Sasuke seperti cicitan burung. Sedih baginya saat Hinata tak melihatnya dengan binar yang cantik. Gemeletuk giginya ditahan, karena ia terlalu marah pada dirinya sendiri. Ia terlalu brengsek untuk membuat Hinata terluka.

"Aku menyukai makanan asam dan asin, tidak menyukai aroma amis ikan dan tidak bisa makan pedas. Warna kesukaanku monokrom dan merah, merk sepatu olahraga yang kusuka Puma, dan penyanyi yang aku suka adalah Taylor Swift"

"Genre film yang ku―"

― "Sasuke! apa yang kau lakukan ini?" Hinata menyela karena tidak mengerti maksud dari pemuda itu. Hinata memunculkan banyak random pertanyaan tetapi ia begitu penasaran hanya untuk diam saja.

"Meminta maaf kepadamu" pemuda bermata hitam itu menjawab lugas. Seperti jawaban ini sudah matang dipersiapkan.

"Lalu kenapa kau mengatakan ini semua kepadaku?"

"Aku terlalu putus asa dengan situasi kita saat ini" ini adalah pengakuan keputusasaan Sasuke. Saat jemarinya saling tertaut dengan remasan kuat, bola matanya redup dalam lindungan bulu matanya yang panjang "Aku tidak akan beralasan, kutahu aku salah. Aku akan berusaha ini tidak akan terjadi lagi. Jadi aku memintamu, dengan kelembutan hatimu Hinata, aku ... minta maaf"

Susah payah Hinata mengontrol detak jantungnya yang menggila, helaan napasnya yang pendek, juga tremor di ujung-ujung jemarinya. Semuanya terasa kacau dan sangat berantakan melihat Sasuke seperti ini. Maka Hinata menganggukkan kepalanya "Aku memaafkanmu"

Sasuke selalu menarik saat tersenyum, bibir tipisnya tersungging seperti siraman kelopak bunga bagi Hinata. Bahkan lebih elok. "Terima kasih"

Ketika Sasuke beranjak dari duduknya, setengah badannya tercondong kearahnya, Hinata masih tidak mengerti apa yang dipikirkan kekasih tampannya itu. Terlihat Sasuke tengah mengamati keadaan kafe ini ―yang seluruh isinya tidak peduli tentang apa yang orang lain lakukan― kemudian kembali menatap Hinata dengan benar. Dengan Cinta.

One King Too QueensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang