Chapter 12 : Sebuah Akhir

7.3K 467 68
                                    


.
.
.

Musim dingin dengan cepat tiba di seluruh penjuru Chevailer. Salju turun nyaris sepanjang malam dan membeku di pagi hari, sebelum kemudian meleleh oleh matahari menjelang siang.
Keadaan jadi agak berbeda setelah kunjungan ke Nasional Musium. Banyak orang memandang Redd dengan sisi positif.

Beberapa orang bilang jika dunia itu tidak ada yang namanya dan mereka hidup bahagia untuk selama-lamanya dan kisah indahnya disney hanyalah sebuah negeri dongeng yang tidak akan pernah jadi nyata.

Itu sih kata orang. Katanya.

Cuma sayangnya Redd itu bukan tipe orang yang percaya pepatah kuno "Percaya katanya dapat hasil mungkin saja".
Bukan, sama sekali bukan.
Karena menurutnya kisahnya sendiri itu sudah seperti negeri dongeng.

Omong-omong ia rajin membuka website kerajaan dan menemukan bahwa banyak orang menjulukinya sebagai 'Cinderella Queen' karena ia menikah dengan seorang Raja padahal ia cuma orang biasa.

"Aku menyesal membelikanmu handphone,"suara penuh protes itu membuat Redd melirik. Tapi ia mengabaikannya dan memilih fokus lagi ke layar.

"Aku serius."

"Ck,"Redd menjerit kesal saat handphonenya ditarik dan dilempar ke lantai degan bunyi kelota keras. Wanita itu mendelik, menatap pelaku yang balas menatap tajam."Apa?"

"Apa yang kau lakukan Alexander!?"

Richard memutar matanya malas,"Jangan mengacuhkan aku dengan handphonemu!"

"Kenapa?"Redd membalas sewot."Aku mau baca berita."

"Berita apanya?"Richard mendengus sebelum menarik Redd mendekat padanya. Wanita itu memberontak tapi Richard kukuh dengan pelukannya.

"Lepaskan aku!"

"No. No,"guman Richard sambil mencium tekuk Redd dan menempelkan punggung telanjang wanita itu ke dadanya.
Redd mencoba menjauh, tapi menyerah saat sebuah tangan hangat menyentuh pinggangnya dengan cara yang menyenangkan.

Sudah nyaris empat bulan ia menjadi istri dari orang nomor satu di Chevailer itu, dan sudah cukup baginya untuk menghapal segala hal tentang Richard.

Terutama di bagian ranjang.

Well, sungguh. Richard itu manusia dengan hormon paling luar biasa yang pernah di tahu.
Pria itu selalu punya cara untuk membuat Redd setuju untuk bersenang-senang di atas sprei semalaman, sekalipun Redd menolaknya habis-habisan sebelumnya.

"Apa kau akan pergi ke gedung parlemen nanti?"bisik Redd sembari memejamkan mata erat-erat. Menikmati godaan yang ditujukan pada pusat tubuhnya.

"Sepertinya,"Richard menjawab malas, berkebalikan dengan tangannya yang makin tak terkendali.

Wanita itu menggerang saat bayangan orgasme makin dekat di kepalanya, ia nencengkeram lengan Richard erat. Mendesah panjang saat pada akhirnya ia terdorong jauh ke puncak.
Nafasnya tersengal, menderu di antara kecupan lembut Richard di tekuk dan lehernya.

"Mandi?"tawar Raja itu.

"Mandi,"nada Redd memperingatkan."Hanya mandi tidak yang lain."

"Aku jamin untuk pagi ini. Ya."

Redd mengangguk saat Richard bangkit dan menggendongnya ke kamar mandi. Pria itu mendudukannya di dalam bathup sementara tangannya sibuk menyalakan keran.

"Richard,"panggil Redd saat hening menyapa mereka untuk waktu yang lama. Redd mendongak, mengikuti tubuh tanpa pakaian suaminya yang mengambil sabun di sisi mereka sebelum kemudian ikut masuk ke dalam bathup.

Pengantin Sang Raja (straight) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang