Chapter 7 : Kotak Kenangan

9.9K 623 92
                                    

.
.
.

Waktu itu adalah musim dingin saat usianya masih dua belas tahun. Saat itu Redd masih hidup di jalanan bersama Leen kecil.
Ia tinggal di gang kecil di dekat pasar. Ia ingat, saat itu ia baru tiga bulan berada di Chevailer dan itu adalah minggu-minggu pertama ia mulai mencuri makanan.

Musim dingin waktu itu bisa dibilang ekstrim. Badai memang tidak datang terlalu sering, tapi suhunya terus berada di bawah minus. Redd berusaha keras untuk membuat Leen tetap hangat dan tidak sakit, ia mencari selimut dan mantel sebanyak yang ia bisa di gudang pembuangan pakaian di seberang pasar.
Kadang, saat suhu sudah terlalu dingin Redd akan menggendong Leen dalam selimut tebal dan membawanya ke pabrik keripik kentang.
Ia menerobos pagar rusak di belakang pabrik dan akan meringkuk di dekat cerobong asap pabrik yang akan tetap hangat hingga pukul sebelas malam. Sebelum kemudian ia pergi untuk mencari cerobong asap lain.

Redd sudah pernah bertemu dengan berbagai macam jenis gelandangan. Beberapa dari mereka adalah orang jahat, dan beberapa adalah orang baik.
Salah satu yang bisa diingat oleh Redd adalah Tuan Bellamy, ia gelandangan yang kehilangan anak perempuannya karena kebakaran-dan Redd rasa itu adalah alasan kenapa dia begitu baik pada Redd-.
Suatu hari Tuan Bellany mendatanginya dengan sekeresek roti, ia bilang ia akan tinggal di desa mulai sekarang bersama saudaranya daripada menggelandang di kota.
Ia meminta Redd menyimpan roti itu, walau pada akhirnya Redd justru membagikan roti itu pada gelandangan yang lainnya.

Kasian? Iya, dia tidak tega.

Redd itu penyayang, ia punya dorongan untuk selalu melindungi dan peduli kepada makhluk jenis apapun.
.Bahkan yang jahat dan tidak diinginkan sekalipun. Ia tahu itu konyol, bahkan Bibi May bilang bahwa itu adalah syndrom berlebih- dan ia terkejut bahwa dorongan itu terjadi sangat besar pada Rihchard.

Semakin Richard berusaha untuk bersikap kuat dan acuh, semakin ia ingin memeluk pria itu. Semakin Richard mengacaukan segalanya karena keegoisannya, semakin ia ingin menolong pria itu. Semakin Richard menjauh darinya, semakin ia ingin menghampiri pria itu.

Redd keheranan, tapi ia tidak ingin mencoba berhenti.

Ratu Chevailer itu terbangun di ranjangnya lagi, ia berbaring terlentang lagi dan memandang kanopi kerucut itu sekali lagi.
Untuk kali ini ia keheranan, bagaimana ia bisa tertidur di tempat ini lagi.

Samar-samar ia menginggat soal pondok, kaca, hujan dan sofa. Itu hanya membuat Redd menghela nafas setelahnya.
Matanya bergulir saat ia mendengar suara pintu terbuka dan ia melihat Charlotte berdiri di sana dengan mantel berpergian warna perunggu membalut tubuhnya.

Wanita itu mendekat padanya, dan Redd bangun untuk duduk di kepala ranjang demi kesopanan. Charlotte kemudian duduk di tepi ranjangnya, dan menyerahkan sebuah kotak beluduru biru di pangkuannya.

"Apa ini?"tanya Redd heran dengan suara serak.

"Buka saja,"Charlotte menjawab dengan anggukan kepala.

Redd mengerutkan kening heran namun menurut untuk membuka kotaknya. Matanya kemudian berhadapan dengan sebuah kalung perak dengan liontin bunga matahari kecil.

Redd mendongak,"Apa ini?"

"Hadiah dariku."

"Untuk apa?"

"Untuk perpisahan."

Redd menatap Charlotte kaget,"Apa?"

"Aku harus segera pergi dari Arcene,"jawab Charlotte tenang.

"Apa? Kenapa?"tanya Redd kaget.

"Yang Mulia,"ucap Charlotte tenang."Aku adalah Ducces Of Elrt. Ayahku Duke Of Elrt sudah tua dan ia bahkan kesulitan untuk berjalan dari kamarnya ke taman belakang, adikku Louis akan jadi perwira militer tahun ini. Jadi ia akan tinggal di sini mulai minggu ini, itu cukup menjadi alasan bagiku untuk pulang bukan?"

Pengantin Sang Raja (straight) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang