.
.
.Sinar matahari masih bersinar hangat pagi ini, dan hembusan angin masih tertiup sepoi-sepoi.
Sosok Raja Negara Chevailer tengah duduk tenang di atas kudanya. Ia memegang tali keang santai dan matanya terpejam, sesekali terbuka hanya untuk melihat hamparan pertanian dan perkebunan kerajaan di sekitar kasti.Charles yang sedari tadi berjalan dua langkah di belakang Rajanya perlahan menambah laju kudanya agak cepat, dan Richard tahu. Ajudan setianya itu ingin mengatakan sesuatu.
"Ada apa Charles?"tanya Richard tenang.
"Yang Mulia,"Charles memulai,"Aku mendengar..,-"pria itu lalu diam, melirik reaksi Richard.
"Mendengar apa?"
"Para pelayan berbicara soal kejadian antara anda dan Nona Mansen sepagian ini."
Richard mengerutkan kening,"Karena kejadian yang semalam?"-Charles berdeham-"Aku pikir itu bukan apa-apa."
"Saya pikir bukan apa-apa saja Yang Mulia,"Charles diam."Jika anda menjatuhkan dia ke ranjang anda."
Richard melirik dan tertawa geli atas kalimat Charles,"Kenapa?"
"Karena,"pria berkepala empat itu berdeham."Mereka berpikir Nona Mansen adaah wanita anda."
Richard menaikkan sebelah alisnya,"Wah..,- mereka berpikir begitu?"
"Tapi Yang Mulia,"ucap Charles lagi."Nona Mansen adalah wanita baik-baik, walau ia yatim piatu dia dibesarkan di dalam kastil ini. Dia mungkin bukan bangsawan, tapi dia wanita terhormat. Dia tidak punya catatan kriminal dan dia sopan, dia punya sikap yang santun dan layak."
"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan Charles?"tanya Sang Raja heran saat pembicaraan Charles mulai berbelit-belit.
"Yang Mulia,"Charles menahan senyum."Anda ingat permintaan terakhir Mendiang Pangeran James bukan?"
Richard menoleh cepat, dan Charles tersenyum menyadari Rajanya mulai menaruh perhatian padanya.
Maka dengan nada kebapakan yang tulus ia mulai berucap."Kenapa anda tidak menikah saja dengan Nona Mansen?"
.
.
.
.Bumi itu bulat, dan bumi itu punya hukum gravitasi. Waktu itu cepat, dan ia tak akan pernah berhenti. Tapi mari kita tarik ucapan kita pada sepasang anak manusia yang masih betah diam mematung di atas kuda, well-coret-hanya wanitanya yang mematung dan laki-lakinya sudah asik tenggelam di leher wanita. Sama sekali tidak sadar diri, bahwa status mereka bahkan bukan siapa-siapa.
"Apa kau akan terus diam young lady? Kupikir kita sudah memakan waktu lama hanya untuk berada di posisi ini,"ucap Richard pelan. Tanpa dosa.
Hanya Tuhan yang tahu, apa dia itu memang bodoh atau pura-pura tidak sadar jika ia baru saja membuat pernyataan paling fenomenal sepanjang sejarah dunia. Sebuah pernyataan lamaran, -satu-tanpa cincin, -dua-di atas kuda,-tiga-di hadapan dua pengawal dan ajudan dan -empat- mereka bahkan baru bertemu selama kurang dari dua puluh empat jam. Dan sudah ada lamaran di antara mereka, apa boleh kita katakan ini namanya kegilaan dunia ke tujuh?
Kalau kalian berpikir Redd melambung karena lamaran Richard, silahkan kalian menuju pintu keluar. Karena nyatanya wanita itu tengah memikirkan kadar kewarasan pria dibelakangnya?
Lamaran? Di pertemuan pertama? Apa pria ini menganut hukum cinta pada pandangan pertama?
Karena kalau iya, maka Redd akan memukul rahang pria ini sekali lagi dan mengatakan bahwa kalimat itu adalah omong kosong belaka.Tidak percaya?
Maka lihatlah seperti apa kisah cinta pada pandangan pertama antara Putri Anna dan Pangeran Hans. Berakhir mulus? Tidak, itu berakhir penghianatan. Bahkan walau Anna dan Hans telah menyanyikan lagu 'Cinta Membuka Pintu' bersama-sama sambil menari di atas menara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sang Raja (straight)
Ficção Histórica[sudah diterbitkan jadi cerita berbayar di web novel] [ditulis sejak 30 Mei 2018 - 18 September 2020]