.
.
.
.
.
.Redd masih diam di dalam kamarnya tanpa suara, ia duduk di depan cermin tidak bergerak. Mengamati seluruh bayangan yang terpantul di atas cermin, bayangan yang tidak dikenalinya.
Seumur hidupnya, bahkan sejak ia kecil. Redd selalu mengharapkan impian yang sama dengan impian seluruh wanita di dunia ini.
Ia ingin menikah. Dengan pria yang dicintainya, dihadiri keluaganya dan memegang tangan ayahnya menuju altar.
Ia selalu sadar bahwa keinginanya yang ketiga dan kedua adalah mustahil, karena ia bahkan dibuang oleh orang tuanya. Tapi ia masih berharap ia bisa mewujudkan impian pertama, karena itu sugguh sederhana.Wanita itu tersenyum miris, menyadari bahwa dari mimpinya itu hanya tidak ada satupun yang terwujud. Ia tidak punya ayah, tidak punya keluarga dan lebih lagi ia akan segera menikah dengan pria yang tidak dicintainya.
Mata Redd berembun, ia sudah nyaris menangis. Namun ia segera mendongakkan kepalanya ke atas, mencegahnya jatuh.Demi Tuhan, ia tidak mau merusak riasan jutaan dollar ini.
"Redd,"panggilan itu membuat Redd menoleh ke arah pintu.
Itu Charlotte, berdiri di ambang ruangan sambil membawa sebuah kotak beludru biru tua.
Wanita itu memakai rok terusan berwarna putih dengan ornamen rumit berwarna hitam yang menghiasi gaun selutut itu. Sebuah coat bulu putih menyampir di pundaknya dan rambut merahnya yang terurai tertutup oleh topi jaring. Wanita itu tersenyum, sebelum menutup pintu dan berjalan ke arah Redd."Kau baik-baik saja?"tanyanya lembut.
"Ya,"jawab Redd cepat."Aku hanya gugup."
"Itu hal wajar,"ucap wanita itu keibuan."Aku punya sesuatu, dan mungkin itu bisa mengurangi rasa gugupmu."
Redd memandang bertannya dan Charlotte menarik kursi ke depan Redd. Ia kemudian duduk, dan menunjukkan kotak yang sedari tadi dibawanya.
"Apa itu?"tanya Redd penasaran.
Charlotte tersenyum dan membuka kotak itu cepat. Redd terperangah dan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berdecak kagum.
"Tiara?"bisiknya sambil mengamati benda itu lekat-lekat. Redd terpesona karena tiara itu punya kemewahan yang purba, tiara itu sederhana dengan lempengan perak tipis yang berbentuk daun menumpuk menjadi setengah lingkaran. Bagian tiara itu membelah dibagian depan, yang dihubungkan dengan sebuah krystal berbentuk tetesan air berwarna biru laut dan campuran warna langit senja di tengahnya.
"Ya. Tiara, The Alexandra's Hope "jawab Charlotte cepat."Ini tiara kerajaan, pemilik pertamanya adalah Ratu Alexandra. Istri Raja pertama Chevailer, mahkota ini dibuat dari emas dan berlian asli. Legenda bilang Ratu Alexandra itu adalah seorang penyihir putih, jadi saat ia akhirnya menikah dengan Raja yang seorang manusia. Teman-temanya yang merupakan peri hutan dan peri laut menghadiahkan tiara ini untuknya. Ada mitos yang mengatakan, bahwa tiara ini bisa mewujudkan permintaan apapun. Maka seorang Raja Chevailer meminta tiara ini untuk memenangkan semua perang yang ia hadapi. Tapi tentu saja hal itu membuat banyak orang memperebutkannya, suatu hari saat ia sudah tua ia meminta tiara ini untuk menyembunyikan sihirnya dan sejak saat itu tak ada satu harapanpun yang terwujud dari tiara ini. Tidak satupu. "
Redd mendongak menatap Charlotte, matanya berbinar geli.
"Jadi benda ini dibuat oleh kekuatan ajaib para peri?"
"Ya."
"Baiklah,"ucap Redd cepat."Aku tidak akan kena sihir kan bila memakainya?"
"Tidak,"Charlotte tertawa."Tentu tidak, kau tidak akan kena sihir apapun selain sihir kecantikan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Sang Raja (straight)
Narrativa Storica[sudah diterbitkan jadi cerita berbayar di web novel] [ditulis sejak 30 Mei 2018 - 18 September 2020]