PROLOG

6.6K 555 43
                                    

Ruangan megah bernuansa putih dalam kelamnya merah cadilac di beberapa ornamennya membuat kesan elegan bak istana modern. Seorang pria duduk menyilangkan kakinya yang jenjang  berhadapan dengan seorang wanita yang juga menyilangkan kaki ramping yang sedikit tertutup rok panjang semi transparan yang membelah sepaha. Mata mereka saling mengadu.

Tidak satupun bersuara. Hanya mereka berdua dengan secarik kertas di atas meja di hadapan mereka. Tatapan itu intens membuat gelenyar aneh membuncah di dalam diri si pria. Berbeda dengan wanita dengan wajah santainya, terlihat polos dan berwibawa namun cukup tegas.

Secarik kertas yang akan mengubah kehidupan mereka setelahnya. Menunggu untuk digapai dan ditandatangani. Si pria dengan tatapan kelamnya memperhatikan dengan sangat intens iris mata berwana soft hazel milik calon wanitanya mencoba membacanya dan mempelajarinya.

"Sudah puas menatapku Tuan?" ucap wanitanya sedikit menaikan alisnya. Mengejek. Jarinya masih asik mengetuk lengan sofa yang dudukinya.

Si pria hanya terkekeh seraya sedikit menunduk. Menertawakan sesuatu. Dari tawanya seperti tawa penuh kemenangan. Kemenangan karena berhasil memecahkan sebuah teka-teki yang rumit. Lalu menatap kembali wanitanya, tangannya terulur mengarah ke secarik kertas diatas meja. Dan kemudian menandatanganinya dengan pena yang selalu ada di saku dalam jasnya. Berwarna hitam dengan ornamen emas mengkilat.

"Srigala tidak akan kenyang hanya dengan menatap mangsanya, nona" jawab pria itu kembali menatap intens iris hangat yang membuat gelenyar aneh tubuhnya mendidih. Menguap membuat embun-embun panas dalam dirinya, membuat sesuatu mengeras dibagian bawah setelah selesai menggoreskan tinta diatas kertas itu.

Sang wanita tersenyum, senyum yang berbeda dari gambaran wanita yang tegas, polos dan berwibawa. Sudut bibir plum menggoda itu terangkat membentuk smirk indah, melempar tatapan lembut sekaligus menggoda pada pria didepannya yang sedari tadi bersusah payah menahan sesuatu yang semakin sesak dibawah sana.

Pandangannya tidak bisa putus begitu saja. Seperti ada sebuah benang tak kasat mata diantara kedua pasang mata itu. Mengalirkan sengatan-sengatan panas menusuk kedalamnya, memporak porandakan benteng yang susah payah dibangun menjadi hancur berkeping-keping.

Ketukan sebuah pintu bahkan tidak dapat didengar oleh mereka yang masih saling menatap intens. Dan benang itu hilang.

Hilang seperti menguap menjadi butiran-butiran halus udara saat si wanita kembali memasang wajah berwibawa nan lembut yang kemudian mengembalikan kesadaran si pria secara utuh.

"Maaf, rapat akan segera di mulai 5 menit lagi Daepyonim" ucap sopan sekretaris si wanita seraya tersenyum menunduk.

Wanita itu memang sangat meperhatikan setiap sudut kantor dan bawahannya. Bahkan sekretarisnya saja terlihat sangat berkelas. Jangankan sekretarisnya, bahkan security disini adalah lulusan dari sekolah keamanan ternama di korea selatan.

Wanita itu kembali menatap prianya dengan senyum lembut lalu beranjak dari duduk manisnya. Sejenak merapihkan bagian bawah roknya dan beridiri tegap, menyapa prianya yang sudah berjalan gagah menuju kearahnya.

Tangan si pria dengan cepat melingkar indah dipinggang ramping wanitanya, lalu menariknya pelan menepis jarak antara mereka, mendekatkan bibir sensualnya pada telinga wanitanya yang sudah bersemu.

"Bertemu lagi nanti………………sayang" ucapnya memberi penekanan diakhir ucapannya lalu mengecup pipi halus bak kapas kualitas tinggi itu lembut. Mengalirkan sengatan keseluruh tubuh si wanita hingga membuatnya menutup matanya menikmati lembutnya bibir sensual yang sedari tadi mengintimidasinya.




•xia•
•••2017•••

I Know Another Side of You //YOONHUN//Where stories live. Discover now