Jantungnya berdegup dengan kencang, matanya beberapa kali mengerjap tak percaya, sedangkan keningnya mulai melembab seiring sengatan itu menjulur ke seluruh tubuhnya.
Matanya terpejam saat rengkuhan tangan kokoh lelakinya menarik tengkuknya untuk lebih dekat. Sengatan itu tidak berhenti, membuat pikirannya seperti berputar dalam otaknya yang kini kosong tak berpenghuni.
Sehun mengakhiri ciumannya sebelum Yoona pingsan kehabisan nafas, menatap intens wajah wanitanya yang sudah bersemu merah dengan keningnya yang sudah mulai berkeringat. Dalam pandangannya, tidak ada wanita yang lebih cantik dari wanita yang sedang berdiri tersipu malu karena sebuah ciuman darinya selain Yoona.
Perlahan Sehun menyeka bulir keringat di dahi wanitanya. Menghafal setiap inci wajah wanitanya, Sehun tahu dibalik Yoona yang anggun, tegas dan berwibawa ada seorang Yoona yang lugu. Bahkan untuk ciuman kecil seperti beberapa saat lalu mampu membuat Yoona tersipu malu dengan wajah merahnya. Sekalipun Yoona beberapa kali meladeni keisengan Sehun untuk membahas masalah dewasa, tapi Sehun tahu wanitanya bukan seseorang yang lihay mempraktekan apa yang sedang mereka bicarakan. Karena bagi wanitanya ucapan-ucapan menggoda itu dapat dipelajari hanya dengan menonton atau membaca.
"Ke…kenapa kau melihatku seperti itu" bibir mungil Yoona bergerak perlahan dengan suara yang nyaris tak terdengar jika saja Sehun tidak berada jarak yang tidak lebih dari 5cm dari wajahnya.
"Kau malu?" tanya Sehun setelah menyeringai dan melesakkan tangannya tepat di bawah telinga kiri Yoona lalu menciumnya lagi. Kali ini lebih dalam dan membutuhkan beberapa waktu sebelum akhirnya dia lepas lagi dengan nafas memburu.
"Apa yang harus kulakukan padamu" ucap Sehun sangat pelan, nyaris berbisik membuat Yoona mengerutkan dahinya dan menatap Sehun.
Sekali lagi. Sekali lagi Sehun menyesap bibir cherry Yoona lebih dalam, menyesapnya kuat seakan-akan itu heroin yang memabukan. Ciuman itu berubah menjadi pagutan-pagutan lembut yang membuat Yoona merasa jiwanya melayang entah kemana. Tangan kokoh Sehun yang lainnya merengkuh pinggang ramping Yoona, di sela-sela ciuman yang semakin panas, Sehun dengan sigap mengangkat tubuh Yoona dan memberi arahan agar kedua kaki Yoona melingkar pada pinggangnya.
"Aww…Se…sehumph…" Yoona berteriak kaget karena Sehun mengangkat tubuhnya dan membuatnya seperti seekor koala yang memeluk Sehun sebelum akhirnya Sehun menginterupsi dengan ciumannya.
Sehun bergerak membuat Yoona harus membuka matanya di sela bibirnya yang sibuk berciuman dengan Sehun. Sehun berjalan sembari menggendong Yoona semakin mendekat ke anak tangga.
"Ahhh…" leguh Yoona kaget saat dia merasakan tangan sehun meremas pahanya dan menggigit pelan bibirnya yang sudah mengabaikan ciuman Sehun.
Sehun tersenyum sesaat saat mendengar Yoona menjerit kaget bercampur dengan menahan leguhannya. Sehun bersusah payah membuat Yoona menyerah akan dirinya. Pertahanan diri Yoona adalah yang terbaik menurut Sehun, dia butuh tenaga ekstra untuk melumpuhkan Yoona hanya untuknya. Dengan sigap Sehun mengalihkan ciumannya pada leher jenjang Yoona yang sedikit berkeringat, membuat kulit putihnya tampak berkilau karena terpantul oleh cahaya lampu ruangan. Memberi ruang untuk Yoona bernafas.
Bibirnya masih sibuk menjelajahi leher jenjang Yoona dan beberapa kali berpindah ke pipi lembutnya. Lengan Yoona kokoh melingkar di balik tengkuk Sehun, beberapa kali meremas anak rambutnya.
KLEK
Entah dimana mereka sekarang, Yoona bahkan tidak merasa sedang menapak di bumi. Tubuhnya dipenuhi bunga-bunga bermekaran dengan segarnya, embun menyejukan mengaliri dirinya bersamaan dengan percikan-percikan menggeleyar di sekujur tubuhnya. Lengan lembut Sehun membelai keningnya, tubuhnya terasa nyaman diatas sebuah benda lembut, dibukanya mata yang sedari tadi enggan terbuka. Mata tajam dan hangat dengan wajah dingin seorang pria yang sedang berada diatasnya. Entah harus berapa kali Yoona berucap syukur pada Tuhan.
