Part 1

31 2 0
                                    

THE ZAKWAN

Written by Rymela Justin

Perkenankan saya bercerita tentang sebuah kisah lama yang belum terungkap di masa kini.

Di sebuah desa yang asri, damai, tentram dan nyaman, bernama Desa Asdaten. Tinggallah seorang kakek yang bernama Hatar. Setiap hari, sebelum melakukan kegiatan kakek Hatar selalu meluangkan waktu pergi ke makam istrinya sebagai tanda cinta dan kesetiaan terhadap belahan hatinya.

Kakek Hatar dikenal oleh warga desa, sebagai orang yang ramah, baik, dan mandiri. Tidak banyak kakek yang berusia seperti kakek Hatar yang masih melakukan kegiatan sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, karena bagi kakek Hatar jika ia masih mampu kenapa meminta bantuan orang lain.

Suatu hari, ketika matahari belum menunjukkan rupanya, kakek Hatar dibangunkan oleh suara tangisan bayi. Kakek Hatar beranjak dari tempat tidur, menuju ke dapur, meminum air putih segelas, seperti biasa. Namun, suara tangisan bayi itu belum juga hilang, Kakek Hatar mengira itu adalah tangisan Akra, anak tetangga sebelahnya. Tangisan itu semangkin kencang, setelah didengar lebih jelas lagi suara tangisan bayi itu berasal dari depan rumah kakek Hatar. Segera kakek Hatar berlari ke depan dengan stamina yang ia miliki. Ternyata dugaannya benar. Seorang bayi laki-laki tergeletak di depan pintunya, di dalam sebuah wadah bayi, berbalut kain merah, ada sebuah buku yang terselip di antaran kain merah yang memyelimutinya. Betapa terkejutnya kakek Hatar dan membawa bayi lelaki itu ke dalam rumahnya.

Kakek Hatar mencoba menenangkan bayi tersebut, tetapi tetap saja bayi itu menangis. Karena kakek Hatar dan istrinya tidak memiliki anak, membuat kakek Hatar tidak tahu bagaimana mengurusi seorang bayi. Tapi ada satu hal yang kakek Hatar tahu, bahwa setiap bayi harus mendapatkan ASI.

Kakek Hatar membawa bayi lelaki itu ke tetangga sebelah rumahnya, mungkin Ibu Akra bisa memberikan ASI untuk bayi yang baru saja ia temukan. Kakek Hatar mengetuk pintu namun tidak ada seorangpun yang kunjung membuka pintu tapi suara dari dalam menyuruhnya untuk masuk.

Kakek Hatar masuk dan mencari sumber suara tadi berasal dan menemukan seseorang yang ia butuhkan.

"Ibu Akra, bisakah kau menolong bayi ini, ia kelaparan." ucap Kakek Hatar.

Wanda, Ibu Akra terkejut menatap kakek Hatar yang sedang menggendong bayi, segera Wanda mengambil bayi itu dari kakek Hatar.

"Berikan kepadaku." pinta Wanda. Mengulurkan tangan, menyambut bayi lelaki. Dan membawa bayi itu ke pelukannya, lalu ke kamarnya.

Kakek Hatar menunggu dengan muka cemas, gusar dan berbagai perasaan lainnya, tidak lama kemudian suami Wanda, Zou keluar, menemani kakek Hatar.

"Kakek Hatar, dimana kau menemukan bayi itu?" tanya Zou.

"Tadi aku bangun oleh suara tangisan bayi, kukira itu adalah tangisan Akra tetapi setelah aku dengar lebih jelas lagi, suara tangisan itu berasal dari depan rumahku, aku ke depan dan menemuinya." ujar Kakek Hatar.

Wajahnya mulai tampak lega karena tangisan bayi sudah tidak terdengar lagi karena telah mendapatkan apa yang dibutuhkan.

"Jadi apa tindakkanmu selanjutnya kakek Hatar?"

"Aku tidak tahu siapa yang telah tega membuang bayi itu, aku ingin membesarkannya. Bisakah kalian membantu membesarkan bayi itu?"

"Tentu saja, Kakek Hatar, dengan senang kami akan membantu." Jawab Zou.

Zou tidak tega menolak permintaan Kakek Hatar karena selama ini Kakek Hatar telah banyak membantu keluarganya, hal ini juga membawah keuntungan bagi Zou karena dengan adanya bayi itu anak akan memiliki teman.

Wanda ikut bergabung setelah urusannya dengan bayi selesai.

"Kakek Hatar, mau dinamakan siapa bayi lelaki ini?" tanya Wanda.

Memposisikan dirinya disamping suaminya, dan bayi masih dalam lengannya.

"Dahulu, aku dan istri menginginkan seorang anak lelaki dan akan di beri nama Kamga. Jadi biarkan bayi lelaki itu yang memiliki nama itu."

Bayi lelaki yang baru diberi nama Kamga itu begitu tenang di dalam pelukkan kakek Hatar setelah ia mendapatkan asupan energi. Kakek Hatar bisa mendengarkan suara dengkuran halus dan tenang dari manusia baru ini.

***
Delapan tahun kemudian.

Akra dan Kamga tubuh menjadi anak yang sehat, cerdas dan kuat. Mereka selalu bersama walau terkadang ada pertengkaran antara mereka berdua, namun itu tidak berlangsung lama. Hanya membutuhkan waktu dua jam mereka akan kembali main bersama lagi.

Setiap hari Akra dan Kamga membantu Wanda, Zou dan Kakek Hatar. Kakek Hatar mengajarkan mereka ilmu beladiri yang ia miliki. Selain itu, Zou juga mengajarkan mereka berburu dan bertanggung jawab. Disaat usia mereka telah menginjak delapan tahun, mereka telah diizinkan berburu ke hutan tanpa ditemani oleh orang dewasa.

Suatu ketika, Akra dan Kamga berburu ke hutan bersama teman-temannya yang lain. Akra menemukan sebuah jejak jalan setapak yang belum pernah ia susuri. Akra yang memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi, membuat ia mengikuti jalan setapak tersebut, meninggalkan teman-temannya.

Pohon-pohon besar yang menjulang tinggi mengiringinya setiap ia melangkah, mengikut setiap jejak. Walaupun Akra mendengar suara aneh-aneh, ia tetap meneruskan jalannya, terkadang ia harus membersihkan semak-semak belukar yang menghalanginya. Hingga Akra sampai pada titik dimana semak-semak itu tidak bisa lagi ia tebas sendiri. Karena haripun mulai gelap. Akra berbalik arah, kembali ke teman-temannya. Besok ia akan kembali ke sini, mengajak Kamga.

Akra sudah berada di mana ia berpisah dari teman-temannya, mengintai sekitar pepohonan rindang tapi ia tidak melihat teman-temannya, mungkin mereka telah pulang ke desa, pikir Akra. Namun, ada suara yang memanggil-manggil namanya. Ternyata yang memanggilnya adalah Kamga.

"Dari mana saja kamu? Yang lain sudah pada pulang." Cecar Kamga ketika menemukan Akra.

"Sudahlah, nanti aku ceritakan. Mari kita pulang sebelum hari benar-benar gelap." Kata Akra santai seolah ia tidak dikhawatirkan.

Kamga sudah menahan kesal, dan mengiyakan saja ajakan Akra. Kamga sangat mengkhawatirkan Akra, ia tidak tahu apa yang akan ia katakan kepada Ibu Wanda dan Ayah Zou jika ia pulang tidak bersama Akra apalagi kakek Hatar. Jadi setelah teman-temannya pulang, Kamga tetap menunggu Akra ditempat dimana ia terakhir melihat Akra dan beruntung Akra kembali. Tapi Akra tidak menyadari ada raut kekesalan di wajah sahabatnya.

Sepanjang perjalanan pulang Kamga masih penasaran kemanakah Akra kabur tadi tetapi Akra belum mau cerita jika sedang dalam perjalanan.

Kapan dan apa yang akan diceritakan Akra kepada Kamga??

To be Continued...

The ZakwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang