Wanita itu sedang menyiapkan makan siang, namun dikagetkan oleh dua pemuda cilik yang ngos-ngosan, berhamburan sambil tertawa riang, mendekatnya.
"Tumben, kalian pulang secepat ini." Ujar Wanda, yakin bahwa makhluk peganggunya adalah Akra dan Kamga.
"Hanya sudah kangen masakan, Ibu. Aku tidak kosentrasi tadi saat berlatih, terbayang masakan ibu." Kata Akra sambil mengatur nafasnya, hidung mencium wangi masakan ibunya.
"Tidak usah memuji begitu, apa yang kalian mau?" Tuding Wanda. Tahu gelagat anak lelaki itu.
"Ada yang ingin kami bicara dengan Ibu Wanda dan Ayah Zou." Akui Kamga.
"Apa yang ingin kalian bahas, kelihatan sangat penting?"
"Memang penting sekali, Ibu." Sahut Akra."Baiklah, tunggu ayah pulang. Setelah makan siang kita bicarakan. Sekarang, tolong bantu ibu, membawa ini." Ujar Wanda, memberikan tumpukan piring pada Akra.
Kamga sudah tidak sabar ingin menyampaikan niatnya. Setelah makan siang usai, ia dan Akra duduk menghadap Ayah Zou dan Ibu Wanda.
"Apa yang ingin sampaikan?" kata Zou, memulai perbincangan.
"Aku ingin meminta izin untuk pergi mencari orang tuaku." Kata Kamga tegas.
"Bukannya aku tidak mengizinkanmu, itu adalah hakmu mencari siapa orang tuamu, tapi usiamu masih belia." Ujar Zou.
"Aku juga telah berjanji pada Kakek Hatar, tidak mengizinkan kamu pergi dari desa ini hingga umur 17 tahun." Sela Wanda.
Bagi Zou, Kamga belum cukup usia untuk berpergian meski temani oleh Akra tetap saja, Akra juga seusia Kamga. Zou dan Wanda berjanji akan mengizinkan Akra dan Kamga pergi mencari orang tua Kamga setelah usia mereka tujuh belas tahun.
Kamga dan Akra menerima alasan orang tua Akra. Mereka harus menunggu sembilan tahun lagi. Selama sembilan tahun itu Kamga dan Akra melatih kekuatan fisiknya dengan beladiri juga berburu. Hingga mereka tumbuh menjadi remaja yang paling di idolakan oleh remaja putri di desa Asdaten. Bukan hanya ketampanan fisik yang menjadi sorotan, kebaikan dan tingkah laku mereka juga membuat orang-orang di desa mengagumi dua remaja itu.
***
Usia Akra dan Kamga telah menginjak tujuh belas tahun. Sebelum pulang dari mandi sore di sungai dekat Akkazone. Kamga terduduk memandangi matahari terbenam yang menjadi hobinya dari dahulu.
"Kamga..." Sapa seorang wanita ketika melintas di dekat Akkazone.
"Iya, ada apa Alena?" ujar Kamga."Orang tuaku memintamu untuk makan di rumahku nanti malam, jika kau bisa?" ucap Alena dengar suara lembutnya.
"Tentu... Apa hanya aku?" selidik Kamga, melirik sahabatnya yang bersembunyi."Tidak, bisakah aku meminta tolong padamu. bilang pada Akra untuk ikut makan malam di rumahku?" pinta Alena.
"Pasti... dengan senang hati aku akan melakukannya untukmu." Ucap Kamga, sambil memberikan senyuman mautnya. Alena mengangguk lalu pamit pulang.
"Akra... keluar dari tempat bersembunyianmu. Dia sudah tidak di sini lagi" ujar Kamga.
Kamga suka sekali menganggu Akra, setiap Akra selalu bersembunyi jika bertemu Alena, atau ketika berpapasan Akra selalu menghindari kontak mata dengan Alena tapi mencuri-curi lirik jika Alena tidak melihatnya."Mau sampaikan kamu, memendam perasaanmu itu?" tanya Kamga ketika Akra keluar dari tempat persembunyiannya.
"Entahlah..." celingak-celinguk mengitari sekitar memastikan Alena tidak akan mendengarkan pembicaraan mereka."kamu masih yakin tidak mau mengatakannya? Kita minggu depan akan pergi. Apa susahnya mengatakan padanya. Kamu begitu mudah berbicara pada wanita-wanita tapi kenapa pada Alena tidak seperti itu?"
"Aku merasa ia tidak menyukaiku, lihat saja ia selalu berbicara padamu." Gumam Akra. Memainkan tanah dengan kakinya, membentuk sesuatu di sana.
"Kamu tidak akan tahu sampai kamu mengatakannya" ujar Kamga. Melihat sahabatnya itu yang sedang dimabuk asmara.
"Kamu juga tidak tahu bagaimana susahnya mengatakan hal itu?" kata Akra sarkas.
"Lihat saja jika kamu nanti melihat wanita yang kamu suka, itupun kalau kamu masih lelaki normal." lanjut Akra.
"Aku lelaki normal." Kata kamga tegas.
"Lalu dari sekian banyak gadis di desa ini bahkan gadis desa tetangga yang menyukaimu. Tidak ada yang menyangkut di hatimu?" tanya Akra serius.
"Sudahlah, jangan membahas ini."
***
Akra berdiri di pohon AkkaZone, menyilangan tangan ke dada, mengusir hawa dingin malam dan rasa gugupnya, menunggu wanita yang sukai. Malam terakhir ia berada di desa Asdetan, Kamga berhasil membuat Akra berani mengungkapkan perasaan. Kamga meminta Alena bertemu Akra dan Alena menyetujuinya.Dengan berupaya sekuat mungkin Akra mengatakan bahwa ia menyukai Alena, dan itu tidak sia-sia. Ternyata Alena Juga menyukainya. Dan berjanji pada Alena, ia akan kembali ke desa dan menikahi Alena. Alena pun sama, ia juga mengatakan ia akan menunggu Akra hingga waktu itu tiba.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
The Zakwan
Adventure[[COMPLETED]] The Zakwan adalah sebuah dongeng yang menceritakan pertualangan dua orang yang telah bersahabat dari kecil. Kamga dan Akra dua lelaki tampan yang banyak dikagum oleh penduduk desa akhirnya memutuskan keluar dari desa mereka untuk menc...