Part 3

7 2 0
                                    

Mereka terus menyusuri jalan setapak yang dilindung oleh pohon-pohon yang menjulang tinggi dari sengatan matahari. Hingga suara-suara aneh itu tidak terdengar lagi. Akra dan Kamga sampai di titik akhir jalan yang pernah dijejaki oleh Akra kemarin. Kamga mengeluarkan peralatannya membuka jalur untuk mereka jalani. Akra juga melakukan hal yang sama.

Setelah semak-semak itu tidak menghalangi jalan Akra dan Kamga, mereka meneruskan perjalanan dan bertemu dengan sebuah persimpangan. Akra memilih jalan yang mengarah barat, Kamga mengikuti saja. Di ujung jalan mereka menemukan sebuah portal yang sudah dijalari semak-semak dan berbagai tumbuhan yang menjalar. Menjadi sebuah kejutan bagi mereka berdua menemukan portal di tengah hutan yang padat pepohonan.

Kamga tidak mau masuk ke dalam portal tersebut, dan memilih balik ke Desa Asdaten. Akra pun menyetujui untuk pulang saja.

Seminggu kemudian, Akra masih penasaran ada apa di dalam portal tersebut. Ia ingin membujuk Kamga kembali, setelah Akra menanyakan hal tentang Kamga kepada ibunya. Suatu sore, saat Wanda menyusui adik Akra,

"Ibu, apa ibu tahu tentang Kamga?" tanya Akra.

"Kenapa kamu menanyakan hal itu?" Wanda menatap anak lelakinya.

"Aku diminta oleh Kamga menanyakan ini." Jawab Akra.

"Untuk ini, ibu tidak bisa menjawabnya. Biarkan Kakek Hatar yang menjelaskan pada Kamga sendiri, karena menurut ibu Kakek Hatar lah orang yang tepat menyampaikannya." Ucap ibunya.

"Apa orang tua Kamga sudah meninggal?" tanya Akra.

"Ibu juga tidak tahu."

Kemudian Akra tidak menanyakan lagi. Akra pamit kepada ibunya, pergi ke rumah Kakek Hatar untuk bertemu Kamga.

Akra memanggil-manggil Kamga dari luar tetapi tidak ada sahutan. Akra memutuskan masuk ke dalam rumah Kakek Hatar, dan sorotan mata Akra tertuju pada Kakek Hatar yang terbaring lemah di atas dipan. Hidungnya mencium dedaun yang direbus.

Dari balik tirai yang menjadi pembatas ruangan, Kamga terlihat membawa secangkir minuman yang berisi obat ramuan.

"Sejak kapan Kakek Hatar sakit?" tanya Akra, membantu membawa minum untuk kakek Hatar.

"Saat aku masuk rumah setelah kita mandi dari sungai tadi, Kakek Hatar sudah terbaring di atas dipan, lalu memintaku untuk merebuskan ini." Jawab Kamga, "Kakek, minumlah." Ujar Kamga. Membantu kakek Hatar bersandar.

"Kek, sebaiknya aku panggilkan tabib saja." Ucap Akra sambil memijiti kaki kakek Hatar.

"Tidak usah, besok palingan sudah baikan." Tolak kakek Hatar.

"Ada apa kamu kemari, Akra?" tanya Kamga. Meletakkan kembali gelas ke atas nampan.

"Tidak apa-apa, hanya mengajakmu keluar sebentar, tapi sepertinya kakek Hatar lebih membutuhkanmu." ujar Akra. Melirik Kakek Hatar yang kembali berbaring.

"Jika kalian ingin keluar, pergilah. Aku sudah tidak apa-apa, hanya butuh istirahat. Kalau kalian berbicara di sini malah menganggu tidurku." kata Kakek Hatar menyindir, mengusir secara halus dua pemuda cilik di dekatnya.

Akra tersenyum cengir, memperlihatkan gigi rapinya, ketika mendengar kakek Hatar, lalu berdiri, beranjak dari dipan tempat kakek Hatar berbaring.

"Kakek, aku keluar sebentar bersama Akra." Pamit Kamga yang dibalas anggukkan oleh Kakek Hatar.

Seperti biasa, dua pemuda cilik itu pergi ke AkkaZone. Tempat yang telah menjadi markas mereka.

***

Matahari telah menyongsong tinggi tapi Kakek Hatar masih saja terbaring di atas dipan. Biasanya, Kakek Hatar setiap pagi akan mengajarkan anak-anak desa beladiri tetapi hari ini tidak, ia meminta  Paman Tracie, salah satu anak didiknya, menggantikannya untuk sementara waktu.

Beberapa hari kemudian belum ada tampak Kakek Hatar akan sembuh. Kamga telah meminta beberapa tabib untuk mengobati Kakek Hatar tapi belum ada yang sanggup menyembuhkan penyakit kakek Hatar.

Dan sudah beberapa hari itu, Kamga tidak ikut berburu bersama Akra. Akra pergi berburu bermasa teman-temannya yang lain, namun ketika ia sampai pada jalan menuju portal, Akra memisahkan diri dari rombongan. Hari-hari sebelumnya Akra hanya melihat portal tersebut, tapi tidak untuk hari ini. Akra telah mengumpulkan keberanian untuk masuk ke dalam portal.

Akra menjelajahi pemandangannya ke setiap inci portal, melangkah masuk berlahan-lahan. Mengangkat kaki teratur lalu mengembalikan ke bumi sepelan mungkin seakan tidak mau mengganggu makhluk lainnya, dan malah membuat ia seperti pencuri yang sedang mengintai-intai barang curian. Setelah memastikan tidak ada apa-apa, Akra terus masuk. Sepuluh langkah ia menjauh dari portal, Akra memusatkan penglihatan ke tumbuhan yang menjalar di depanya seperti menutupi sesuatu. Akra semakin dekat, namun kakinya seperti menginjak sesuatu.

To be continued

The ZakwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang