Casley Stuart Pov
Aku menatap pada pintu yang terbuka. Chistian. Dia baru saja pulang kerja. Aku duduk di dapur sambil membalut lukaku. Dia melangkah cepat dan berlutut.
"Casley apa yang terjadi dengan dengkulmu? Kamu jatuh lagi?" Christian mengecek lukaku. wajahnya tampak khawatir.
"Aku hanya tersandung, tidak masalah." kataku acuh tak acuh.
Aku berada di tempat Christian hampir satu minggu. Dia sangat baik dan peduli padaku. Aku sudah memberitahukannya keseokan harinya seperti janjiku apa yang terjadi malam itu saat dia menjemputku di apartemen Sean.
Dia mendengarkanku dan wajahnya sama percis seperti Jack kakak kedua aku saat dia marah jika seseorang menyakitiku.
Pagi hari setelah aku meninggalkan apartemen Sean. Sekretarisnya menelpon kantorku di LA. Michelle mengkhawatirkanku, dia lalu menelpon menanyakan apakah aku butuh sesuatu, tapi aku memberitahukannya bahwa aku hanya butuh waktu untuk mengungkapkan sesuatu. Dia mengatakan aku gila karena aku masih peduli pada seseorang yang sudah sangat menyakitiku. Aku tidak menginginkan apapun dari Sean. Aku hanya ingin membuktikan bahwa apa yang aku katakan itu benar.
"Apanya yang baik-baik saja? Lututmu masih belum sembuh benar dan sekarang luka lagi, lihat bukan cuma lutut tapi sikut dan... telapak tanganmu. Katakan apa yang terjadi Casley." Dia menunjukan semua lukaku seakan aku tidak mengetahui luka tersebut di tubuhku sendiri.
"Tadi tersandung saat menyebrang jalan." aku menarik tanganku dari genggamannya.
"Tapi bagaimana bisa setiap hari kamu tersandung, memang ada batu atau air yang membuatmu tergelincir?" Dia mencari sesuatu dari kotak P3K dan membantuku membersihkan lukaku.
Aku menggelengkan kepala, aku tidak bisa memberitahukan apa yang terjadi padaku. Sudah tiga hari sejak aku mengikuti Cathrine dan Bianca kemanapun dia pergi, setiap pulang aku membawa 'hadiah' di tubuhku. Bukan mereka yang membuatku jatuh, Akupun tidak mengerti siapa dan kenapa, semua nya terjadi begitu cepat dan di tempat yang ramai juga.
Aku merasa seseorang mendorongku dengan sengaja. Pertama kali aku pikir hal itu terjadi karena kecerobohanku, tapi kedua dan ketiga, aku tidak bisa mengatakan itu kecerobohanku lagi. Aku tidak bisa mengatakan kepada Christian tentang hal ini. Tidak... sampai aku menemukan bukti.
"Sudah bertemu klientmu?"
"Tidak, aku sudah jadwalkan jumat ini." Vincent punya klient baru disini, dia mengatakan bahwa aku harus menemui mereka karena kebetulan aku berada disini. Jadi aku menolongnya memenuhi kebutuhan mereka.
"Jadi kemana saja hari ini?" Aku mengernyit saat dia mengobatiku.
"Aku hanya jalan-jalan di sekitar, belanja... dan ke perpustakaan..." Matanya mencurigaiku. Dia sepertinya tidak percaya ucapanku.
"Jangan bohong padaku Casley, aku tahu kemana kamu pergi hari ini. Jangan katakan kamu tidak tahu siapa ini." Aku melihat handphonenya. Dia mengambil fotoku saat aku sedang mengikuti Cathrine.
"Aku... aku.." aku tidak bisa berkata apa-apa.
"Apa? Gak bisa ngomong? Aku sudah katakan kepadamu, jangan mengikuti mereka lagi. Kamu...."
"Kamu tidak mengerti Chris, Aku tidak bisa melihatnya terluka." Aku jadi marah kepadanya.
"Tapi lihat dirimu. Kamu juga sudah melukai diri sendiri. Apa gunanya kalau dia tahu sendiri dibanding kamu memberinya bukti? Tidakkah kamu pikir bahwa dia akan lebih membencimu karenamya?" Dia mulai jengkel juga.
"Aku ga peduli kalau dia benci atau tidak, aku hanya ingin kasih tahu yang sebenarnya."
"Tapi dia tidak ingin melihatmu, dan apa yang kamu dapat beberapa hari ini? Apa? Tidak ada. Tidak ada Casley... Jadi bagaimana kamu ingin memberinya bukti jika tidak ada hal yang bisa dibuktikan. Dia punya kehidupannya sendiri. Bisakah kamu melupakannya sekarang?"
"Kamu tidak mengerti perasaanku Chris, aku hanya... aku hanya.. aku tidak bisa Chris..." Aku berlari keruanganku dan menangis. Aku menelungkupkan mukaku di bantal, apa yang terjadi hari ini semuanya membuatku shock.
Lima Jam Sebelumnya
Aku duduk di cafe depan apartemen Sean, menunggu Catherine dan Bianca keluar lalu mengikuti kemana mereka pergi. Disini aku berpakaian seperti mata-mata menggunakan wig dan kacamata. Pakaian seperti anak remaja dan menguntit mereka beberapa hari terakhir. Ini hari ketiga tepatnya aku menguntit mereka. Tapi tidak sekali pun mereka menunjukan hubungan yang intim.
Setiap hari mereka pergi shopping, dan bertemu EO baru untuk diskusi pernikahan. Aku tahu dia seorang EO karena dia selalu menemani Catherine menemui vendor pernikahan setiap hari. Ada sesuatu yang aneh dengannya. Sepertinya dia sangat memuja Catherine. Catherine sangat cantik tidak di ragukan, bodynya yang sempurna, kepandaiannya, kebaikannya dan caranya berpakaian membuat semua wanita dan pria dengan mudah memujanya.
Aku pernah memergoki EO baru memperhatikan Catherine dan berlaku seakan-akan dia seorang pria. Aku tidak tahu apakah ini hanya perasaanku atau penilaianku yang terlalu berlebihan.
Mereka sedang berada di toko kue dan pastry sekarang. Test makanan mungkin. Pikirku. Aku mengambil beberapa foto mereka. Dan dari expresi Bianca, aku berasumsi dia sedang cemburu. Ini foto yang aku mau. Aku sangat exited dan memfoto beberapa gambar lagi. Dari tempatku berdiri, aku bisa melihat mereka beradu pendapat, hanya saja tidak terdengar.
Aku penasaran, aku harus mendekatinya untuk mendengar apa yang mereka perbincangkan. Aku menyiapkan tape recorder di kantongku, dan menyebrang. Orang banyak jalan dan menyebrang di jalanan, membuatku lebih mudah mengintai Cathrine.
Dipinggir jalan, aku berdiri menunggu lampu hijau untuk memyebrang. Tiba-tiba aku merasa seseorang mendorongku dengan sengaja, membuatku jatuh ke tengah jalan. Mobil itu berhenti tiba-tiba dan mengerem tepat waktu. Beberapa mobil dibelakangnya menabrak satu sama lain. Aku benar-benar shock. Banyak orang berteriak karena takut, aku jatuh tersungkur dengan lutut dan tanganku menyokong tubuhku. Lukaku yang terakhir terbuka lagi bahkan makin parah.
Seorang pria yang hampir menabrakku keluar dari mobil menghampiriku.
"Hey kamu tidak lihat jalan ya? Kamu bisa mati jika aku tidak berhenti. Athu tidak?" Katanya dengan marah.
"Maaf, seseorang mendorongku." Dia akhirnya meninggalkanku dengan umpatannya dan tidak peduli kondisiku.
"Hey apa yang terjadi? Sini biar aku lihat lukamu? Kamu baik-baik saja?" Seseorang pria bertanya dan membantuku berdiri.
"Ya. Aku tidak apa-apa."
"Kamu bisa jalan sendiri?" Seorang wanita memberikan barang-barangku yang berserakan di jalan saat aku jatuh.
"Ya. Terima kasih."
"Tidak apa-apa. Tolong lebih hati-hati." Dia tersenyum ramah.
"Maaf, apa kamu lihat seseorang mendorongku dari belakang?"
"Aku rasa tidak, banyak orang disini."
"Begitu.. terima kasih."
"Okay, tidak masalah, hati-hati." Dia pergi dan kembali berjalan.
Aku kembali jalan ke toko kue dimana Catherine berada. Tapi sayang dia sudah pergi....
Presents
Christian masuk ke kamarku. Kehadirannya membangunkanku dari lamunan. Dia duduk di ujung kasur.
"Aku tahu bagaimana perasaanmu. Maafkan aku." Dia mencium kepalaku.
Aku duduk dan memeluknya. "Please, jangan suruh aku berhenti sekarang. Aku sudah sangat dekat. Aku yakin aku bisa dapat bukti lain secepatnya." Kataku dalam isak tangisku.
"Sttt aku tidak mau kamu sedih seperti ini. Tapi aku juga tidak ingin kamu terluka. Aku mengkhawatirkanmu."
"Aku tahu."
"Jangan kamu lukai diri sendiri. Ok." Aku mengangguk. Dia mencium kepalaku lagi. Aku bisa merasakan kehangatan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Holding Your Desire (Versi Indonesia)/(Published by Novelindo Publishing)
Lãng mạnSean Harringtons demi memendam hasrat seksual, ia berusaha fokus dan mencapai kedudukan sebagai CEO yang baik di sebuah perusahaan minyak. Hubungan jarak jauh bukanlah hal yang mudah baginya, tapi sampai kapankah ia dapat memendam hasratnya ini? Cas...