BtL02

1.9K 172 0
                                    

Seokjin menggenggam erat tangan adiknya, memberikan dukungan melalui genggaman hangat seorang kakak, memberitahukan adiknya untuk berjuang. Operasi Jungkook telah selesai dua jam yang lalu, kini Seokjin dan Bibi Lim tinggal menunggu namja bergigi kelinci itu sadar.

Ada ketakutan pada Seokjin ketika adiknya sadar nanti, Seokjin takut jika adiknya bertanya tentang keadaannya. Meski dokter mengatakan bahwa Jungkook akan bisa berjalan kembali dengan terapi rutin, tapi dokter juga tidak bisa memastikan berapa lama Jungkook akan duduk di kursi roda.

Seokjin hanya sendiri diruang rawat adiknya, masih ada dua polisi berjaga di depan ruangan Jungkook. Sementara Bibi Lim pamit pulang  untuk mengurus pemakaman Nyonya Kim dan  mengambil beberapa keperluan yang dibutuhkan untuk beberapa hari kedepan.

Kreekk

Pintu ruang rawat inap Jungkook dibuka oleh seorang namja dengan gummy smile-nya. Dia adalah Eunhyuk manager dari Kim Seokjin.

"Jin,. aku turut berduka cita ne, dan bagaimana keadaan adikmu?"

"Hyung. . .Aku bukan kakak yang baik untuk Kookie, aku tidak bisa melindungi Kookie sehingga ia seperti ini hyung. Dia tidak akan bisa berjalan untuk sementara waktu hyung." curhat Seokjin kepada managernya.

"Kamu yang sabar ya Jin, kamu harus semangat untuk membuat adikmu juga semangat." ujar Eunhyuk, selain ia ingin menjenguk dan menemani artisnya ia juga ingin menyampaikan sesuatu dari pimpinan agensi tempat Seokjin bekerja.

Eunhyuk memeluk Seokjin cukup lama, sampai Seokjin membuka suara untuk menanyakan sesuatu pada managernya seraya melepaskan pelukannya pada Eunhyuk dan duduk kembali disamping ranjang Jungkook. "Hyung . . bagaimana diluar sana? Apa berita tentang keluargaku telah menyebar."

Eunhyuk menarik kursi yang ada dipojok ruangan mendudukan dirinya disamping Seokjin, "Beritamu telah menyebar luas Jin, bahkan di depan rumah sakit banyak sekali fansmu," Eunhyuk menarik nafasnya sebentar.

"Hyung. .  apa ada sesuatu yang buruk yang akan kau sampaikan kepadaku?" Seokjin tahu jika ada hal buruk terjadi pada artis di agensi, pasti akan berakhir dengan pemecatan.

"Maafkan hyung Jin, hyung tidak bisa membantumu. Ne, Sangjanim memecatmu, mengambil fasilitas apartemenmu karena berita tentang ayahmu. Sekali lagi maafkan hyung. Hyung merasa tidak berguna sebagai managermu." ucap Eumhyuk dengan nafas beratnya.

"Sudahlah hyung, ini bukan salahmu, kau hanya pegawai disana."

"Hyung berjanji akan mencarikanmu pekerjaan Jin." janji Eunhyuk.

"Terima kasih hyung, aku mengandalkanmu untuk yang satu ini." pinta Seokjin. "Tapi aku akan fokus untuk merawat adikku dulu hyung."

"Baiklah, jika kau butuh sesuatu hubungi hyung, dengan senang hati hyung akan membantumu." setelah beberapa lama, Eunhyuk pamit pulang.

"Umma. . " sebuah suara sangat pelan menarik perhatian Seokjin yang tengah menahan kantuknya.

Seokjin membelalakkan mata ngantuknya, memanggil nama adiknya, "Kookie sayang . . ini hyung, akhirnya kau bangun juga"

"Hy. .hyung, Um . . umma." lirih Jungkook.

"Tenang dulu ne," Seokjin mengusap kepala Jungkook dengen lembut, satu fakta yang dia lupakan kalau Jungkook bertanya tentang Ummanya yang sudah meninggal. Kemudian Seokjin memencet tombol darurat untuk memanggil dokter.

"Tenang ya sayang, ada hyung di sini sekarang."

"Umma hyung, umma." gumam Jungkook.

"Umma, umma sudah dipanggil Tuhan sayang." meski tidak tega, Seokjin tetep memberitahu keberadaan Ummanya yang sebenarnya.

Tangis Jungkook pecah, Seokjin ingin memeluk adikknya namun tidak bisa karena kondisi Jungkook yang tidak memungkinkan, Seokjin hanya bisa menggenggam erat tangan Jungkook sambil terus mengusap kepalanya. Untunglah dokter segera datang dan memberikan obat penenang untuk Jungkook, sehingga Jungkook kembali tidur.

#

Keesokan harinya Seokjin meninggalkan Jungkook bersama Bibi Lim untuk memberikan penghormatan terakhir Umma-nya sebelum dimakamkan. Upacara pemakanman telah selesai, Seokjin kembali ke rumahnya untuk mengganti pakaiannya dan membawa barang pesanan Bibi Lim yang tertinggal. Setelah ini Seokjin berencan ke apartemennya untuk mengemasi barangnya, karena bukan haknya lagi untuk tinggal disana.

Ting tong.

Seokjin menghentikan aktifitasnya sebentar untuk membukakan pintu.

"Pengacara Park." sapa Seokjin melihat siapa yang datang, pengacara Park datang bersama beberapa orang yang Seokjin tidak ketahui namanya. "Silahkan masuk Pengacara Park," Seokjin mempersilahkan masuk Pengacara Park dan empat orang yang datang bersamanya. Seokjin merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi lagi pada diri dan keluarganya.

"Begini Seokjin, maksud kedatanganku kemari ingin menyampaikan bahwa rumah ini akan disita oleh pihak Bank, kerena Ayahmu sudah menunggak cicilan bank beberapa bulan."

"Mwo?"

"Dengarkan aku dulu Seokjin," lanjut pengacara Park kembali, "Pihak Bank untuk sementara hanya menyita rumah ini, dan jika dalam beberapa bulan kedepan masih tidak bisa mengangsur utang di Bank maka kemungkinan besar perusahaan ayahmu juga akan disita. Mengingat saat ini ayahmu sedang menjadi buronan polisi, maka aku menyerahkan tanggung jawab ini kepadamu." jelas Pengacara Park yang membuat Seokjin memijit pelipisnya yang berdenyut nyeri.

"Ya Tuhan apalagi ini." gumamnya lirih.

tbc

#

yuk vote dan koment setelah bacanya...maaf ya jika banyak typo dan alur cerita yang membosankan gini.

Terima kasih semua~~ muaahh..

Back To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang