The Intruders

1.1K 100 5
                                    

"Kau... menyukaiku?"

Ia meremas roknya gugup. Tubuhnya bergetar, namun ia tetap memberanikan diri menatap manik heterokrom di depannya. Tak ada raut berarti dari wajah itu—masih datar dan tampan, hingga sebuah seringai yang muncul membuatnya tercekat.

"Kau sadar dengan apa yang kau katakan, Tetsuna? Kau sudah tahu jika aku tidak akan pernah bisa membalas perasaanmu, bukan?"

Jantungnya mencelos.

"Aku tidak tahu alasanmu memasuki tim basket, tapi jika ternyata tujuanmu adalah untuk mendekatiku, kau benar-benar sama menjijikkannya dengan perempuan lain, Tetsuna."

Ketajaman di nada suara itu seolah membekukan aliran darahnya. Ia mematung, mulutnya terkatup. Ia tak dapat berkata-kata selain menatap nanar sosok yang perlahan melangkah mendekat, hingga seuntai kalimat dingin menerobos masuk tepat di telinganya dan membuat dunianya runtuh saat itu juga.

"Sadari posisimu."

.

.

Hari itu merupakan pukulan telak baginya.

Hari berhujan di mana klub basket Teiko melakukan latihan terakhir sebelum kelas tiga berhenti untuk fokus pada persiapan Ujian Nasional.

Hari di mana ia memutuskan untuk menyatakan perasaannya pada Akashi Seijuro.

Semua hancur tak bersisa.

Cinta pertamanya, harapannya, bahkan harga dirinya.

Ia tak berharap banyak Akashi dapat membalasnya, namun kata-kata yang ia terima saat itu sungguh menamparnya, membuat ia tersadar betapa naif dirinya.

Ia masih mengingat jelas rasa yang hingga kini kerap menghantuinya: dingin yang menembus kulit, langkah sepatu yang menggema di telinga, serta cairan hangat yang meleleh di pipi.

Ia tak berani bertatap muka dengan Akashi sejak saat itu. Berakhirnya kegiatan mereka di klub basket ditambah kelas yang berbeda menjadi keuntungan tersendiri baginya. Ia berusaha mengalihkan perhatiannya dengan menyibukkan diri belajar untuk persiapan Ujian Nasional.

Hari dimana Akashi Seijuro berdiri di podium sebagai lulusan terbaik adalah hari terakhir ia melihatnya, sebelum ia bertekad untuk memutus segala yang mampu menghubungkannya dengan pemuda itu. Termasuk diantaranya adalah basket, Generasi Keajaiban, bahkan Momoi, satu-satunya sahabat perempuan yang pernah ia miliki.

Begitu banyak pengorbanan yang telah ia lakukan dan semuanya mendadak menjadi tak berarti ketika takdir kembali mempertemukan mereka. Pemuda bersurai merah itu berdiri di sana, menyapanya, bersikap seolah tak pernah terjadi apapun diantara mereka. Ia merasa marah dan sakit hati, namun tak dapat berbuat banyak selain berusaha terlihat kuat di depannya. Jika Akashi ingin berpura-pura masa lalu itu tak pernah ada, maka ia dengan senang hati akan mengikutinya.

Kejadian tadi sore, bagaimanapun, membuatnya goyah. Ia tidak tahu apa yang pemuda itu pikirkan. Ia merasa dikhianati sekaligus dipermainkan. Ia membenci Akashi, namun lebih membenci dirinya sendiri yang tak mampu berkutik di hadapan sang pewaris tunggal itu.

Saat itulah ia tersadar bahwa lembaran cinta pertamanya belum tertutup sempurna. Seberapa dalam pun luka yang tertoreh, rasa cinta itu masih ada, terkubur jauh di dalam hatinya. Hanya perlu menemukan jalan keluar, dan ia akan kembali bertekuk lutut di hadapan Akashi Seijuro.

Ia terdiam.

Seperti itukah akhir yang ia inginkan...?

Drrttt.. drrttt.. drrttt...

Fated to You {AkaKuro}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang