Ramai dan hening, dua kata bertolak belakang yang menggambarkan suasana perpustakaan saat ini. Waktu berlalu begitu cepat hingga tak terasa Ujian Akhir Semester sudah di depan mata. Kegugupan dan ketegangan melanda bak wabah, membuat perpustakaan selalu penuh oleh para mahasiswa yang mendadak menjadi rajin.
Kuroko bersyukur ia mendapatkan tempat duduk, atau setidaknya lega tak ada yang mengambil spot favoritnya—sebuah meja terpencil di sudut kiri ruangan. Ujiannya akan berlangsung satu jam lagi dan ia bertekad untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Namun, beberapa menit terlewat dan tak ada satu pun kata yang tersangkut di kepalanya.
Ia tak bisa fokus.
Tidak ketika pemuda bersurai scarlet duduk dengan tenang di depannya.
Tanpa sadar ia membalik halaman buku terlalu keras, mengundang perhatian dari pemuda di depannya.
"Ada yang salah, Tetsuna?"
"Ah, tidak. Maaf mengganggumu, Akashi-kun."
Hari ini ujian memasuki minggu kedua alis terakhir, yang berarti sudah beberapa kali dalam seminggu Kuroko bertemu mantan kaptennya di perpustakaan. Ia tidak tahu kenapa, tapi pemuda itu selalu datang di waktu yang tepat dan berhasil menemukan dirinya—seperti cenayang. Alhasil, mereka selalu berakhir belajar bersama sebelum salah satu dari mereka pergi.
Seperti saat ini.
Tak ada yang mereka lakukan selain membaca dan sesekali menulis, Akashi bahkan tidak mengajaknya berbicara. Tapi keberadaan pemuda itu sendiri sudah cukup membuatnya tak nyaman. Oleh karena itu, ia mendesah lega dalam hati ketika sesosok familiar mendekat dan bergabung bersama mereka.
"Tetsu-chan! Dan, ehh... Akashi-kun?"
..
..
..
Kuroko menatap selembar kertas di tangannya tanpa ekspresi. Seharusnya ia tahu kedatangan Momoi tak pernah disertai kabar baik. Masih segar diingatannya senyum ceria gadis itu saat mereka bertemu dua hari lalu.
"Taman bermain?" beonya.
"Akhir pekan ini," ujar Momoi semangat. "Pamanku memberi banyak tiket dan aku berencana mengajak kalian semua. Anggap saja sebagai penyegar setelah ujian berakhir. Bagaimana?"
"Ide bagus," sahut Akashi, sesuatu berkilat di matanya. "Kau akan pergi, kan, Tetsuna?"
Betapa Kuroko berharap untuk kembali memutar waktu dan mengatakan tidak. Tapi nasi sudah berubah menjadi bubur. Ia bahkan berusaha mengabaikan godaan untuk membuang tiket di tangannya dan berdalih hilang—meski ia ragu Momoi akan diam saja. Gadis itu sudah pasti akan memberinya tiket baru.
Mendesah, ia kembali memasukkan tiketnya ke dalam tas lalu melenggang keluar kafetaria. Ia baru saja menyelesaikan makan siang setelah berhasil melewati ujian dengan perut kosong.
Mata-mata mengawasi pergerakannya yang melintasi koridor fakultas. Hawa keberadaannya yang tipis kini seolah menghilang ketika tiap pasang mata berhasil menemukannya, dan ini semua berawal dari artikel tentangnya yang dimuat di majalah kampus. Momoi benar tentang klub jurnalistik yang berniat mewawancarainya dan ia tak kuasa menolak ketika gadis bersurai pink itu memohon padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fated to You {AkaKuro}
FanfictionTakdir seolah mempermainkan Kuroko Tetsuna saat ia kembali dihadapkan dengan masa lalu yang berusaha dihindarinya selama tiga tahun ini, Akashi Seijuro. Akankah pertahanannya runtuh dan ia kembali jatuh pada pemuda itu? Akaxfem!Kuro, College!AU