The Heartbeats

1K 91 13
                                    


Langit telah menggelap, namun bunyi decit sepatu dan pantulan bola masih terdengar menggema di gymnasium yang kini diterangi oleh cahaya lampu. Berjalan menghampiri sang kapten yang berdiri di pinggir lapangan, Kuroko melirik sekilas pemuda berambut merah yang tengah berkonsentrasi pada bola oranye di tangannya.

"Bagaimana pendapatmu tentang Akashi?"

"Eh?" Kuroko menoleh dengan cepat, terkejut dengan pertanyaan mendadak kaptennya.

Kaoru terkekeh. "Kalian sudah berteman lama bukan?"

"Dia... orang yang hebat," ucapnya setelah terdiam sesaat.

Kaoru tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lapangan. "Aku sempat beberapa kali melihat pertandingan mereka di Interhigh dan Winter Cup. Jujur saja, kemampuan mereka membuatku terkejut. Terutama Akashi. Aku tidak pernah mendengar ada anak kelas satu yang menjabat sebagai kapten, sehebat apa pun dia. Tapi sekarang aku mengerti karena aku pun mengangkatnya sebagai wakilku segera setelah dia bergabung," kekehnya.

Mau tak mau Kuroko tersenyum. "Akashi-kun selalu bisa diandalkan."

Bola menggelinding ke luar lapangan, dan semua gerakan terhenti saat Kaoru meniup peluit tanda latihan berakhir.

"Kaoru-san," panggil Kuroko sebelum Kaoru beranjak pergi, teringat akan tujuannya mendekati pemuda itu. Ia menyerahkan buku catatan yang sedari tadi dipegangnya. "Ini, rekap pertandingan kemarin yang kau minta."

"Ah, terima kasih," Kaoru menerimanya, lalu tersenyum dan mengacak rambutnya pelan sebelum bergabung dengan yang lain.

Rona samar menjalar ke wajah Kuroko. Menggeleng pelan, ia kembali melanjutkan pekerjaannya mengumpulkan handuk, tak menyadari sepasang mata yang mengawasinya tajam.

.

.

Semua berjalan lebih lancar dari dugaannya.

Hanya memerlukan waktu beberapa hari bagi Kuroko untuk menyesuaikan diri dengan kondisi klub—yang sebenarnya cukup mudah dengan adanya kelima anggota Generasi Keajaiban. Ia merasa kembali ke masa-masa SMP. Kecuali kali ini tidak ada Momoi yang menemaninya, dan sebaliknya ada seorang pemuda bersurai merah yang tak pernah absen mengantarnya pulang.

Jam latihan klub sebenarnya cukup fleksibel mengingat setiap anggota mempunyai jadwal kuliah yang berbeda. Namun memasuki musim turnamen seperti sekarang, waktu latihan berubah intensif dan memaksa mereka untuk tetap tinggal di dalam gym sampai larut malam. Alasan yang cukup untuk membuat Akashi menawarkan diri mengantarnya pulang.

Usai membereskan gym bersama dengan beberapa anggota yang bertugas piket, Kuroko menghampiri Akashi yang telah selesai membersihkan diri dan tengah menunggunya di depan pintu. Pemuda itu menoleh melihatnya mendekat dan tanpa berkata sepatah kata pun segera meraih tangannya—menggenggamnya.

Terkejut, Kuroko hanya mampu terdiam ketika pemuda itu menariknya pergi-untuk kesekian kali mengabaikan getaran kecil yang muncul tiap Akashi menyentuhnya. Tapi ia telah memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi.

"Akashi-kun?"

Tak ada jawaban. Pemuda itu mempercepat langkahnya hingga hampir menyeretnya.

"Akashi-kun!"

Kuroko segera menahan tubuhnya agar tidak menabrak Akashi ketika pemuda itu berhenti dan berbalik menghadapnya. "Ah, maaf," ucapnya sembari sedikit melonggarkan genggamannya, namun tetap menekan tangannya lembut.

"Kau baik-baik saja?"

Akashi tersenyum meski tak sampai ke matanya. "Ya, aku baik-baik saja. Bagaimana kalau makan malam sebelum pulang?"

Fated to You {AkaKuro}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang