5. Khawatir

2.2K 208 0
                                    

Kamu berjalan menyusuri koridor di fakultasmu. Jadwal kuliah mu selesai minggu ini dan kamu punya waktu 4 hari libur sampai minggu depan.

'Pulang ah' pikirmu saat sudah berada di depan universitas.

Kamu menunggu bismu di halte, lalu mata mu menatap sosok yang sangat kau kenal.

"hyun ah!" Panggilmu.

Hyun hee (adik paling besar mu) melihatmu lalu melambaikan tangannya.

"Eonni, selesai kuliah?" Tanyanya.

"Hmmm. Apa yang kau lakukan di seoul?" Tanya mu padanya.

"Berkunjung pada mu." Jawabnya dan kamu pun hanya ber oh ria.

-Di apartemenmu-
"Ini ada makanan dari ibu" hyun hee meletakkan kotak bekal dengan ukuran yang cukup besar di meja.

"Gomawo, mandi terus istirahat."

"Hmm.. araseo." Hyun hee pun beranjak dan berjalan ke kamar mandi sambil membawa ranselnya.

-Bip!Bip!- hp mu bunyin menujukan notifikasi dari Line.

¤Littel happiness
-aku di halte deket apartement kamu, lagi hujan lumayan deres, jemput bawa payung 2!

'Tinggal terobos apa susahnya sih, hujanya juga nggak deres-deres amat, nyuruh mulu. Untung sayang' gerutumu dalam hati.

Kamu pun beranjak, lalu pergi mengambil payung mu dan payung jihoon yang ada di sini.

"Hyun hee, eonni ke luar dulu sebentar, ara!" Kamu pun melangkah dengan santai ditengah gerimisnya hujan.

-kitttt-- terdengar suara rem mobil yang keras lalu tak lama kemudian terdengar suara benturan yang sangat kencang.

'Kecelakaan kah?' Batin mu gelisah. Hujan pun turun semakin deras.

Dengan langkah cepat kamu berjalan, melewati beberapa pertokoan dan berbelok di ujung jalan.

Jantung mu seakan berhenti berdetak melihat bus yang menabrak halte. Banyak orang yang berkerumun disekitar halte. Panik, kamu segera berlari menghampiri kerumunan itu mencoba mencari keberadaan jihoon. Namun nihil, orang yang kamu cari tak dapat kamu temukan. Perasaan mu benar-benar kacau. Kamu mempererat pegangan mu pada payung yang kau pegang. Mencoba menenangkan kegelisahan yang melanda.

-wee woo wee woo!-
Ambulan datang dan orang-orang mulai bergemuruh membicarakan para korban.

"Mengerikan sekali" komentar seorang ibu-ibu.
"supirnya terluka lumayan parah." Ucap ibu-ibu yang lain.
"Hmm, pemuda yang ketabrak di halte juga. sangat mengerikan."

Mendengar itu hati mu serasa dihantam palu besi. Khawatir dengan Jihoon, kamu berusaha untuk tetap tenang melihat para petugas ambulan menolong si supir yang terhimpit badan mobil dan seorang laki-laki yang tergeletak tak jauh dari halte.

"Cepat." Seorang petugas ambulan berteriak kepada rekannya. Mereka sedang mengangkat si pemuda ke atas tandu.

Mata mu sudah merah menahan tangis. Hati mu benar-benar hancur melihat orang diatas tandu itu. Korban itu menggunakan hoodie hitam, hoodie kesukaan jihoon.

"Jihoon.." ucap mu lirih. Tenagamu benar-benar lenyap entah kemana. Kakimu kaku, seakan bumi ini menahan mu berlari untuk melihatnya. Air matamu mengalir begitu saja. Tangan mu bergetar hebat.

"Kasian ya" ucap seseorang disamping mu. Suara orang yang sedang kamu tangisi. Dengan cepat kamu menoleh, melihat orang di samping mu. Perasaan lega yang luar biasa kamu rasakan. Detik selanjutnya kamu sudah memeluknya di tengah derasnya hujan. Sedangangkan orang yang dipeluk bingung dengan tingkahmu.

"Kenapa nangis?" Jihoon bertannya padamu saat ia sudah menarikmu berteduh di sebuah minimarket di dekat halte.

Kamu masih menangis di pelukanya. Jihoon sungguh bingung juga khawatir tentang sikapmu. Apa lagi pelukanmu yang begitu erat seakan takut kehilangannya.

"Hey, udahlah jangan nangis kaya gini." Jihoon menengadahkan kepala mu agar kamu menatapnya. Tangan jihoon mengusap air matamu. Kamu tak bisa menghentikan isakan mu. Hati mu masih terlalu terkejut atas kejadian tadi.

"Setakut itukah kamu liat kecelakaan?" Jihoon khawatir. Kamu mengangguk dan kembali menyandarkan kepala mu di dada jihoon.

"Aku takut kamu kenapa-napa." Suaramu parau setelah cukup lama menangis.

"Emang aku kenapa?"

"Aku takut waktu liat haltenya ketabrak, takut kamu ikut jadi korbannya." Kamu tetap memeluknya sambil menengadahkan untuk menatap matanya.

"Tadi karena hujannya berangin jadi aku nggak nunggu di halte, aku nunggu di sini. Nggak lama bus itu nabrak halte. kalo nggak kepikiran nunggu disini mungkin aku juga ikut ke rumah sakit." Cerita jihoon dan diakhiri dengan senyum manisnya.

"Aku khawatir tau." Komentarmu lalu memanyunkan bibir mu.

"Hmm, aku tau. Makasih khawatirnya, hehehh"

Kamu pun ikut tersenyum.

"Yuk pulang." Ajak jihoon.

Kalian pulang ke apartement mu dengan bergandengan tangan dan sesekali berlari-lari kecil.

Woozi ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang