9. Makasih

1.9K 189 0
                                    

Dipandang sebelah mata itu nggak enak, apalagi soal pekerjaan yang emang kamu ahlinya di situ.

Saat ini Kamu lagi uring-uringan, seharian Jihoon dan temen-temen deket kamu kecipratan omelan mu.

"(Y/N)! Kamu tuh kenapa sih?" Jihoon meninggikan suaranya saat kamu marah hanya karena kucing yang sedang berjalan-jalan di bawah meja yang sedang kamu tempati.

Kamu hanya manyun.

"Cerita sama aku, kamu tuh kenapa sih? Hari ini uring-uringan mulu. Lagi tanggal merah?" Ucap Jihoon sambil menggenggam tanganmu.

"Apa aku bener-bener nggak bisa di andalkan ji?" Jihoon bingung mendengarnya.

"Maksud kamu apa? Cerita yang bener." Jihoon merendahkan suaranya mencoba berdamai dengan mood mu.

"Oh iya aku lupa, aku kan emang nggak bisa apa-apa. Bisa masuk kampus ini aja udah syukur." Ucapmu menghiraukan ucapan jihoon.

"Anh (Y/N)." Ucap Jihoon tegas. Kamu kaget, jarang banget jihoon manggil kamu pake marga.

"Nde." Ucapmu spontan.

"Aku nggak suka kamu ngerendahin diri sendiri kaya gini. Kamu masuk kampus ini emang kamu pantas bukan karena rasa kasihan. Please love yourself more." Jihoon natap kamu pasti, tersirat banget ketidak sukaan jihoon dari wajahnya.

"I will." Ucap mu singkat dan lesu.

"Jadi kenapa kamu uring-uringan hari ini?" Tanya jihoon lagi setelah meminum capucinno nya.

"Aku nggak masuk jadi panitia pagelaran, padahalkan aku udah daftar." Ucap mu merajuk.

"Loh kenapa?" jihoon juga agak aneh mendengarnya.

"Mana aku tau!" Sewot kamu. "Waktu itu tingkat 2 yang kumpul rapat awal cuman 3 orang sisanya tingkat 3 sama 1. Dirapat itu aku kebagian jadi seksi documentasi lah sekarang aku nggak masuk seksi manapun, malah ada segelitir orang yang talkactive di tingkatan aku yang tiba-tiba ada di daftar. Padahal udah 3 rapat mereka nggak pernah hadir. Salah aku dimana coba! Kesel jadinya."

"Mungkin sekertarisnya salah nyantumin nama kamu." Hibur jihoon.

"Nggak mungkin ji, aku udah kenal banget sama sekertarisnya. Dia sunbae yang sering aku ceritain ke kamu." Jelas mu.

Jihoon sendiri juga bingung bagaimana kejadian ini terjadi, kalau Jihoon jadi kamu juga pasti jihoon kesel malah bakal langsung ngelabrak orang yang nyusun kepanitiannya.

"Udah ya pacar aku. Sabar aja. Mungkin kamu dikasih kesempatan buat ngelakuin kegiatan yang lain, kaya hangout bareng temen kamu atau ngedate gitu bareng aku." Jihoon menghibur mu, enaknya punya jihoon di sisi kamu ya ini. Dia selalu ngedengerin curhatan kamu + nggak akan jauh dari kamu selama mood kamunya belum bener. Kaya iklan-iklan di tivi, 'selalu setia di setiap saat'.

Kamu hanya mengangguk mencoba menetralkan emosimu, lega rasanya bisa bercerita tentang hal ini pada seseorang.

"Semangat dong makannya, nanti keburu nggak enak." Jihoon mencomot ketang goreng dinampan mu.

"Hmmm." Kamu makan dengan pelan.

"(Y/N)" panggil jihoon, kamu menegakkan kepala untuk melihat jihoon yang ada di depanmu.

"Itu ada saus." Jihoon menunjuk ujung bibir kiri nya.

Kamu mengusap bibir mu pelan, sebelepotan itukan kamu makan sampai ada saus di bibir mu.

"Masih ada." Ucap jihoon dengan telunjuk yang masih menunjuk ujung bibirnya.

"Mana?" Kamu pun bercermin di hp mu. "Nggak ada." Lanjutmu.

"masih ada, sini." Kamu mencondongkan tubuhmu agar lebih dekat dengan jihoon.

'Chuu'

Jihoon mencium singkat bibir mu. Kamu yang kaget hanya bisa diam.

"Ya! Kamu itu jail banget sih Ji." Omelmu. Kamu malu.

"Aku lagi ngehibur kamu loh ini." Ucap jihoon sambil kembali mengambil kentang goreng di nampan mu.

"Oh ya? Aku terharu kalo gitu." ucapmu dengan nada senang yang di paksakan.

"Aku nggak suka liat kamu cemberut tau. Bibir manyun kaya gitu ngegoda tapi liat kamu senyum itu lebih bagus lagi, Cantik." Ucap jihoon serius. Tatapan matanya yang meyakinkan membuat kamu juga yakin bahwa kamu merupakan salah satu perempuan paling beruntung di dunia.

"Makasih ji, udah mau berdamai sama mood aku yang kaya gini." Kamu tersenyum manis.

"Iya sama-sama. Senyum kaya gitu Itu baru pacar aku." Jihoon menjembel pipimu pelan.

Sesi makan dan curhat pun selesai.

Woozi ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang