●○Chap. X.1○●

251 26 5
                                    

Story di chapter ini beda sama chapter-chapter sebelumnya, In another world gitu. Jadi gitu lah ya...

-
Hari ini cerah, beda dengan hari-hari sebelumnya. Musim yang hangat namun kadang hujan, musim semi kembali datang.

'Persiapkan hati mu, kuat lah.' Kalimat itu yang terus Kamu ulangi dari beberapa hari yang lalu. Perasaan sedih dan serba-salah terus menghantuinya.

Hari ini benar-benar berbanding terbalik dengan suasana hati mu.

"Aku harap hari ini turun hujan." Gumam mu berharap di tengah hangatnya mentari pagi itu. Kamu tengah duduk di kursi taman menunggu seseorang. Taman terlihat begitu indah di hiasi bunga-bunga yang bermekaran.

Seseorang datang lalu duduk disamping mu, lebih tepatnya seorang laki-laki.

"Sudah lama menunggu?" Tanya laki-laki itu. Bucket hat dan masker yang ia pakai membuatnya terlihat misterius. Walaupun kamu 1000% sudah tau siapa dia.

Lee Jihoon atau Woozi, pacar mu. Iya benar, Woozi yang itu. Woozi anggota SEVENTEEN. Seorang idol sekaligus produser lagu.

Kamu menggeleng sambil tersenyum kearahnya. Hati mu ragu. Tidak pernah berharap hari ini datang. 'Kuat lah' batin mu.

Laki-laki itu menepuk pelan puncak kepala mu. "Good girl." Pujinya.

"Penampilan ku bagaimana? Apa cantik?" Tanya mu padanya.

Tangan Jihoon yang sedang melepaskan maskernya berhenti, lalu melihat kearah mu dengan tatapan bertanya.

"Cantik atau tidak?" Tanyamu lagi.

"Cantik." Jawabnya singkat dengan wajah yang sedikit menunjukan kebingungan.

"Syukurlah, hari ini aku ingin terlihat sangat cantik di depan mu." Ucap mu terus terang. "Ayo kita mulai date hari ini."

Kencan yang sudah lama kamu dan Jihoon rencanakan hari itu benar-benar berjalan lancar. Dimulai dengan jalan-jalan di taman dengan snack yang kamu siapkan, menonton film, dilanjutkan makan siang, berkeliling di distrik pertokoan, bermain ditempat arcade, dan terakhir makan malam ditempat langganan kalian berdua.

"Cape?" Tanya mu pada Jihoon. Kalian berdua sedang duduk di ayunan taman bermain dekan apartemen mu.

"Lumayan." Jawabnya.

"Makasih sudah mau mengantar ku pulang." Ucap mu lembut. Jihoon hanya mengangguk mendengarnya.

"Jadi apa yang ingin kamu katakan?" Tanya Jihoon.

Kamu kaget mendengarnya.

Jihoon beranjak dari ayunan, berjalan mendekati mu lalu berdiri tepat di depan mu. "Saat kita jalan-jalan di taman sampai tadi saat makan malam, seperti ada yang ingin kamu katakan. Aku rasa itu hal penting sampai kamu enggan untuk bicara. Jadi apa? Ada apa?" Tangannya meraih tangan mu, menggengamnya erat.

Sekuat apa pun hati mu tetap saja, seperti ada pisau menancap begitu dalam. Enggan untuk bicara, namun keputusan mu sudah bulat. Ini cukup sampai disini.

"Jihoon, aku sangat mencintai mu." Ucap mu, Jihoon mendengarkan tanpa berniat bicara atau membalas pengakuan mu. Setelah menarik napas panjang, kamu lanjut bicara, "Kamu tampan, suara mu indah, kamu juga baik pada ku. Tidak pernah aku sakit hati atau kecewa atas perlakuan mu selama kita pacaran atau selama aku mengenal mu."

Jihoon masih mendengarkan mu dengan penuh perhatian.

"Aku ingin hal-hal indah yang kita lewati tetap seperti itu, aku ingin kamu mengingat ku sebagai gadis cantik yang pernah ada disisi mu." Ekspresi wajah Jihoon mulai berubah, alisnya bertaut menunjukan kebingunan yang ia rasakan.

"Aku sangat senang melihat mu bersinar diatas panggung, bernyanyi bersama member yang lain. Aku sangat menyukainya, aku mencintai dirimu sebagai Jihoon dan sebagai Woozi."

Jihoon mulai resah mendengarkan ucapan mu. Dia berharap kekhawatirannya ini hanya pikiran bodoh semata.

"Tapi kamu sebagai Woozi begitu sulit untuk kumiliki, aku begitu serakah ingin memiliki mu sebagai Jihoon dan Woozi." Ucap mu dengan suara bergetar, hati mu sakit.

"Berhenti!" Ucap Jihoon memotong ucapanmu. Jihoon menarik tangan mu untuk berdiri lalu memeluk erat tubuh mu. "Ku mohon, berhenti bicara."

Tangisan yang sedari tadi kamu tahan, pecah. Kamu menangis dalam pelukan Jihoon dan kamu membalas memeluknya.

Hal yang kamu takutkan sejak pacaran dengan Jihoon yang seorang Idol, terus menghantui mu. Membuat kamu menjadi waswas dan tertekan sampai sulit untuk tidur dan menjadi tertutup pada siapa pun termasuk Jihoon sendiri. Kamu yang sekarang, merasa bahwa status sebagai pacarnya Woozi terlalu berat untuk kamu miliki.

"Ku ingin kamu tetap bersinar seperti bintang cantik di langit yang ku kagumi." Ucap mu sambil menangis.

Jihoon marah karena sudah dicampakan oleh mu, namun mendengar suara isakan tangis mu membuat nya luluh dan merasa tidak berdaya. Jihoon semakin mengeratkan pelukannya, "Ku mohon berhentilah bicara."

Kamu mencoba menenangkan tangisan mu, menarik napas dalam-dalam. "Tolong jangan maafkan aku.... , Aku memutuskan secara sepihak hubungan kita."

Jihoon tetap memeluk mu, mencoba mencari alasan dan penguatan agar hubungan kalian tetap terjalin sebagai kekasih. Sudah lama Jihoon merasa bahwa kamu sedikit cemas saat kalian akan bertemu, kamu sering bertanya tentang respon orang-orang yang tahu tentang hubungan kalian padanya. Bagaimana reaksi para member, para manager dan agensi. Kamu terlihat begitu memikirkan pandangan orang lain. Jihoon hanya berharap bahwa itu hanya kekhawatiran sesaat saja. Tapi ternyata Jihoon salah, membiarkan mu terus memikirkannya malah memperburuk kondisi dirimu sendiri. Harusnya dia mencoba lebih keras untuk meyakinkan mu bahwa semuanya baik-baik saja.

Jihoon melepaskan pelukan nya, melihat mu dengan sesama. Air mata yang tidak kunjung berhenti mengalir dari mata mu, membuat hatinya perih. "Maaf" ucap nya, sambil mengusap air mata yang mengalir di pipi mu dengan jarinya.

"Seharusnya aku lebih perhatian pada mu, maaf...., maaf" Ucap Jihoon. "Tolong pikirkanlah lagi keputusan mu tentang hubungan kita. Kumohon."

Jihoon menunduk mendekatkan wajahnya pada mu. Ciuman lembut menyapu bibir mu yang bergetar.

"Ini bukan ciuman perpisahan"

Kamu menunduk, mencoba menenangkan tangisan mu yang tidak kunjung berhenti. Hati mu perih, sungguh perih. Melihat respon jihoon terhadap keputusan mu begitu membuat hati mu ragu. Permohonan nya tidak bisa kamu hirau kan begitu saja.

"Mari kita lebih sering bertemu, aku ingin kamu lebih bersandar pada ku. Aku yakin semuanya akan baik-baik saja." Ucap Jihoon mencoba meyakinkan mu.

-End

Long, long, long time no see... 😊
Maaf ya, maaf nggak bisa nepatin janji 😣😭
Nggak janji bakal update kapan lagi..

Untuk para pembaca Imagine, saya meminta saran.. adakah nama atau panggilan yang cocok untuk FL kita di series ini. Atau kalian merasa FL nya nggak perlu nama biar bisa ngehalu woozi manggil nama kalian.. #akujugagitu . Tapi demi dialog dan narasi yang meyakinkan, saya butuh sebuah nama atau panggilan. Jadi silahkan kalian berkomentar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Woozi ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang