12. Bertemu

1.8K 176 3
                                    

Hari pertama kuliah bukan hari yang terlalu bagus menurut mu. Menurut ramalan cuaca tadi pagi, hari ini mendung berpotensi hujan dan payung mu malah tertinggal di atas meja. Sungguh itu menjengkelkan.

Hari ini ada dua mata kuliah dan salah satu kelasnya ada diujung kampus lantai 4 kelas paling ujung, itu jauh dari kelas awalmu. Kamu harus berlari-lari untuk sampai tepat waktu ke kelas selanjutnya.

Perkuliahan berakhir dengan tugas-tugas sederhana.

Saat kamu tengah berjalan pulang, tiba-tiba hujan turun deras. Kamu segera berlari untuk berteduh. Halte memang tidak telalu jauh tapi karena hujannya lebat baju mu tetap basah.

-Euk! Euk!-

Kamu cegukan. Angin berhembus dengan membawa hawa dingin hujan yang luar biasa.

Kamu mencoba menahan napas mu agar tidak cegukan, tapi nihil karena yang kamu butuhan sekarang ini suasana hangat. Kamu memakai baju yang cukup tebal. Kaos + jaket denim + rok panjang 3/4 + flat shoes favorit mu, tapi kamu masih tetap kedingina.

Berlari kembali kearah kampus pun cukup untuk membuat kamu basah kuyup. Tak ada pilihan yang lebih menguntungkan, sehingga kamu tetap memilih duduk di halte menunggu bis mu datang. Tapi masalahnya kamu mulai lelah karena ceguan mu yang tak hilang-hilang.

Kamu mulai mengoyang-goyangkan tanganmu. Bergerak agar suhu badanmu naik. Namun sialnya, kamu terlalu kencang mengoyangkan tangganmu hingga gelang yang kamu pakai terlempar kedepan membentur motor yang pas sekali saat itu lewat di depan mu. Gelang mu membuat suara benturan yang agak kencang hingga si pengendara motor itu kaget dan berhenti.

'Yak!! (Y/N) bodoh.' Batin mu.

"Maaf!" Ucap mu sambil membungkuk dan ada perasaan takut kalau si pengendara itu akan minta ganti rugi.

"Hmm, lain kali hati-hati nona." Pengendara itu lalu pergi.

'Selamat...' kamu benar-benar lega.

"Permisi."

"Ah ya?!" Ucapmu kaget sambil melihat sumber suara. Laki-laki bertubuh kecil tapi tetap saja lebih tinggi dari pada dirimu, perponi agak panjang dengan rambut basah karena hujan.

"Lain kali tolong berhati-hatilah." Ucapnya sambil menyodorkan gelangmu yang tadi terlempar.

"Iya, terima kasih." Ucapmu sedikit membungkuk dan tersenyum agak canggung.

Dari penampilannya kamu tak bisa menebak dia tingkat berapa. Tapi yang kamu tau pasti dia anak club musik universitasmu, terlihat dari jaket yang ia pakai.

Bis mu pun datang tak lama dari kejadian itu.

Dan entah apa yang terjadi kamu dan laki-laki yang memungut gelangmu-yang akhirnya kamu tahu namanya Jihoon, Lee Jihoon- itu jadi sering bersama menunggu bis di halte. Lebih tepatnya setiap hari senin menjadi jadwal kamu dan jihoon menunggu bis bersama. Ini sudah hampir terjadi selama 2 bulan lebih.

Entah karena terbiasa atau hanya perasaan mu saja bila jihoon tak ada kamu merasa risih menunggu bis sendirian.

Hari ini dia muncul kembali, dengan keberanian penuh akhir nya kau bertanya padanya.

"Permisi sunbae." Ucap mu meminta perhatianya.

"Ya?" Jihoon mengalihkan pandangannya pada mu.

"Maaf jika saya lancang, saya tidak melihat sunbae dihalte selama 2 minggu terakhir. jadi saya penasaran, apa sunbae tidak apa-apa?" Ucap mu dengan gugupnya.

"Oh kau mengkhawatirkan ku. Terima kasih." Jihoon tersenyum dengan manis dan dengan luar biasa membuat orang dihadapannya ini menjerit terkesima dalam hati.

'Manisnya.' batin mu.

"Ah.. bukan seperti itu.. hanya saja-" ucapan mu terpotong karena Jihoon yang tertawa.

"Jangan grogi seperti itu, tenanglah, dan selama 2 minggu kemari aku ada urusan di club musik jadi yah begitulah."

"Oh.." hanya itu yang terucap dari mulut mu. Entah kenapa sekarang kamu malu dan tidak ingin melihatnya.

"Kita belum berkenalan, aku Lee Jihoon dari jurusan musik." jihoon mengulurkan tangannya tanda meminta berjabat tangan.

Kamu membalas ajakan berjabat tangannya dengan canggung, "Aku (Y/N) dari jurusan bahasa Inggris."

"Salam kenal (Y/N)."

Woozi ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang