13. Heran

1.9K 171 6
                                    

Kamu jatuh terduduk karena bertabrakan dengan seorang laki-laki. Parahnya orang itu malah menyalah kan mu dan marah-marah hingga beberapa orang memperhatikan kalian.

'Ya tuhan.' Batin mu kesal.

Kamu hanya diam tak bergerak dari posisi jatuh mu. Merasa seluruh tenagamu menguap begitu saja. Hanya diam dengan tatapan kosong.

Laki-laki yang menabrakmu pun berlalu.

Ingin rasanya kamu meloncat masuk ke kolam untuk mendinginkan hati, pikiran dan mata mu yang panas.

"Bisakah saat ini hujan." gumammu sambil menunduk dan tetap terduduk.

Tiba-tiba ada yang mengangkat lengan atas mu. Menarik mu untuk bangun. Kamu kaget lalu melihat orang yang membantumu. Mata mu berair, Jihoon menarik mu untuk menepi dari trotoar jalan. Detik kemudian kamu memeluknya.

Jihoon membalas pelukanmu dan menepuk-nepuk punggung mu. "Ada aku."

Kamu menangis sesengukan di pelukannya. Entah apa yang ada dipikiran mu, kamu merasa strees yang kamu alami terus menerus bertambah. Entah masalah dari mana dan apa. Terkadang ada titik dimana kamu merasa bahwa semua yang terjadi membuat kamu merasa harus menanggung semuanya sendiri.

Setelah cukup lelah menangis, kamu pun berhenti dan menengadahkan kepalamu untuk melihat jihoon.

"Emm.. pacarku kalo lagi strees suka nggak ngajak-ngajak." Ucap jihoon dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya. Tangan jihoon yang tadi memelukmu kini sudah berpindah menangkup kedua pipimu dan menghapus jejak air mata disana.

Kamu masih diam dan berusaha keras untuk menghentikan sesengukan mu.

"Maaf, akunya kurang peka." Ucap jihoon lalu memelukmu lagi.

Kamu menggeleng. "Bukan salah kamu, kok minta maaf." Ucapmu dengan suara agak serak dan pelan.

"Hehehh." Jihoon hanya cengengesan mendengarmu berkata seperti itu. "Lain kali kalo ada apa-apa bilang, stress nya biar ada yang nemenin."

Kamu mengangguk dan semakin mengeratkan pelukanmu.

"Jadi hari ini kamu mau kemana? Nggak biasanya pulang lewat sini?" Jihoon bertanya setelah kamu duduk tenang disampinganya.

"Oh iya." Seakan kembali di ingatkan oleh jihoon, kamu menepuk dahimu.

"Data yang kemarin basah jadi harus minta lagi ke Perpustakaan kota." Ucapmu sambil beranjak untuk kembali berjalan.

"Oh, mau ditemenin?" Tawar jihoon lalu menyusul langkah mu.

"Emangnya kamu nggak sibuk?"

"Nggak juga, nanti sore harus kumpul buat diskusi soal tugas akhir semester." Tutur Jihoon yang sekarang sudah berjalan beriringan dengan mu.

"Nggak usah nemenin aku kalo gitu." Ucap mu.

"Kenapa?"

"Takut kamu nanti telat kumpulnya."

"Takut kamu nangis lagi dijalannya." Ucap jihoon menirukan mu. "Lagi tanggal merah kan?" Tanya jihoon sambil lalu.

"Loh kok tau?" Kamu berhenti berjalan, lalu segera menutupi bagian belakangmu dengan buku yang kamu pegang.

Jihoon tertawa pelan, "nggak keliatan kok, aman."

"Terus kamu tau dari mana?" Kamu berjalan menyusulnya.

Jihoon tersenyum penuh arti.

"Ih jawab." Tegas mu.

Namun jihoon tak berniat untuk menjawabnya sehingga kamu akhirnya menyerah untuk bertanya.

Kalian berjalan beriringan sambil sesekali mengobrol acak tentang apa pun.

**********

"Makasih udah nemenin." Ucap mu pada jihoon, setelah selesai dari perpustakaan.

"Hmm, kalo gitu anter makan." Jihoon mengenggam tangan mu, lalu menuntunmu berjalan mengikutinya.

"Siap!" Ucap mu senang.

Jihoon makan sup daging dengan lahap seperti biasa.

Kamu menaruh selembar daging panggang diatas mangkuk nasi jihoon.

Jihoon menatap mu, seakan bertanya ada apa.

"Ungkapan terima kasih." Ucap mu membalas tatapannya.

Jihoon hanya mengangguk-angguk dan melanjutkan makannya.

"Ji, aku masih penasaran." Tanya mu yang sudah selesai makan.

"Soal?" Tanya jihoon singkat lalu menyuapkan nasi kemulutnya.

"Kok kamu bisa tau kalo aku lagi tanggal merah? Padahal Hana sama Sena aja nggak bisa nebak." tanya mu heran.

Jihoon tersenyum lalu memasukan potongan daging terakhir kemulut nya.

"Rahasia." Jawabnya. Jihoon lalu menghabiskan minumannya dan langsung beranjak dari kursi.

"Jihoon-ah." Panggilmu kesal, lalu menyusulnya.

Jihoon membayar tagihan sedangkan kamu hanya mengekorinya.

"Udah aku bilang itu rahasia." Ucap jihoon yang tahu bahwa kamu tidak puas dengan jawabannya.

"Tapi aku penasaran Ji." Rengekmu.

Jihoon tersenyum, "kalo gitu aku ke kampus lagi. Sampai ketemu nanti." Jihoon pun berjalan meninggalkanmu.

Kamu menyerah lagi kali ini. Kamu sangat bersyukur karena Jihoon.

'Terima kasih tuhan, kehadiran Jihoon di dekat ku membuat hari ku lebih baik.'

Woozi ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang