4. Piece of heart

3.5K 572 54
                                    

"Kita berdua seperti sepasang belahan hati yang telah patah..."

.

.

.


Sudah sejam lamanya Jisoo berkutat di dapur. Hari ini ia menyiapkan beberapa makan siang special untuk Taeyong.

Beberapa saat yang lalu ayahnya menelpon, ia mengatakan bahwa perusahaan sedang menyiapkan peluncuran produk baru sehingga Taeyong pasti akan sangat sibuk.

Pagi tadi Jisoo telah berpesan pada Taeyong agar ia jangan sampai melewatkan makan siang. Meski Taeyong sudah meng'iya'kan pesan dari Jisoo, Jisoo masih tetap khawatir kalau Taeyong mungkin tak sempat untuk makan siang. Jisoo tahu bahwa Taeyong memiliki maag. Itulah mengapa ia kini sedang menata beberapa makanan semanis mungkin di dalam rantang yang akan ia bawakan untuk Taeyong.

Dengan diantar oleh sopir setianya Taeil, Jisoo sampai di perusahaan keluarganya. Perusahaan yang kini dijalankan oleh suaminya. Jisoo tersenyum. Ia membenahi kaca mata dan rok panjangnyanya, lalu memasuki kantor yang megah itu.

Beberapa pegawai tampak memberi salam pada Jisoo. Tentu saja mereka sangat mengenal Jisoo, Putri dari si pemilik perusahaan dan istri dari sang direktur muda yang tampan. Dengan langkah pelannya Jisoo berjalan menuju lift. Pintu lift itu baru akan tertutup, ketika seorang perempuan mencegahnya, lalu masuk ke dalam lift dan berdiri di samping Jisoo. Mereka bertemu tatap dan bertukar senyum sekilas.

Pintu Lift terbuka di lantai 3. Perempuan cantik yang berpenampilan elegan itu keluar menduhului Jisoo.

Jisoo berjalan menuju ke ruangan Taeyong. Sekretaris Kim langsung menyapanya.

"Apa Taeyong sedang sibuk?" Tanya Jisoo.

"Dia sedang rapat, tunggulah di dalam Nona Jisoo"

"Ah begitu." Jisoo nampak berpikir sejenak, menimang-nimang apakah ia harus menunggu atau menitipkan saja makan siang untuk Taeyong pada sekretarisnya, seperti biasanya.

"Sekretasis Kim, tolong berikan makan siang ini untuk Taeyong ya." Jisoo akhirnya menyerahkan rantang itu pada sekretaris Kim.

"Oh, mengapa tidak tunggu saja di dalam? Rapatnya akan selesai sebentar lagi."

"Tidak apa-apa. Aku harus segera pergi ke toko." Jisoo tersenyum lebar. Ia berpamitan pada sekretaris Kim lalu memustuskan untuk pergi.

Jisoo hanya berpikir bahwa mungkin Taeyong tidak akan senang dia datang kemari. Mungkin saja.

15 menit kemudian Taeyong kembali ke ruanganya. Ia menemukan sebuah rantang berisi makanan di atas mejanya. Taeyong mengernyitkan dahi.

Pintu ruangannya kemudian terbuka, Taeyong menoleh dan mendapati sekretaris Kim yang berjalan masuk membawakan setumpuk berkas untuknya. Taeyong menghela napas.

"Makan siang dulu, Pak." Sekretaris Kim menunjuk rantang di atas meja. Taeyong mengangkat alisnya, meminta penjelasan.

"Nona Jisoo tadi datang kemari membawakan makan siang untuk anda."

"Jisoo?"

Sekretaris Kim mengangguk sambil tersenyum. Ia meletakkan berkas yang ia bawa di atas meja lalu permisi keluar dari ruangan.

Taeyong duduk di kursinya. Ia melonggarkan dasinya lalu membuka tutup rantang berwarna perak itu. Tak banyak berpikir, Taeyong pun menyantap makan siang itu. Masakan Jisoo tak pernah bermasalah di lidahnya. Ia selalu memakannya dengan nikmat. Dan jujur saja, ia tak begitu bernafsu dengan makanan yang ada di kantin perusahaan.

Paperstar ☆ [Taesoo] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang