15. RS

3.4K 534 81
                                    

"When you love someone you are scared of getting hurt and you will get hurt eventually"

.

.


Taeyong mengekor di belakang para perawat dan dokter yang mendorong brankar Seulgi menuju ke ruang operasi. Begitu sampai di depan pintu, mereka berhenti sejenak dan membiarkan Seulgi berbicara pada Taeyong.

"Taeyong.." Seulgi meraih tangan Taeyong yang menggantung di sisi tubuhnya.

"Mmm.." Sahut Taeyong lembut.

"Kumohon tetaplah di sini sampai aku selesai operasi." Pinta Seulgi lirih. Taeyong mengenggam tangan Seulgi balik lalu menatapnya teduh. Ia lalu mengangguk, menenangkan Seulgi.

"Jangan gugup." ucapnya.

Brankar Seulgi lalu didorong masuk dan pintu ruang operasi itupun ditutup rapat.

Taeyong menghela napasnya panjang. Ia menghempaskan bokongnya di kursi tunggu dan memijat keningya. Ia melirik arloji di tangannya lalu kembali mendengus. Di saat seperti ini, Taeyong tidak tahu harus menghubungi siapa. Seulgi hidup sendirian di Seoul. Orang tuanya sudah bercerai dan hidup terpisah di luar negeri. Taeyong bahkan tidak mengetahui nomor kontak mereka. Satu hal yang pasti, Taeyong tidak mungkin meninggalkan Seulgi sendirian.

Namun di satu sisi, Taeyong teringat Jisoo. Lagi-lagi ia mengabaikan perempuan itu. Taeyong bermaksud menjemput Jisoo namun ia berakhir dengan meninggalkannya lagi. Tapi di sisi lain Taeyong juga tidak bisa mengabaikan Seulgi yang menangis minta tolong padanya. Wanita itu sendirian. Taeyong mengacak rambutnya frustasi. Ia merogoh ponsel di kantung celananya dan memutuskan untuk menelepon Jisoo.

Nada sambung itu tidak kunjung disambut untuk beberapa saat hingga panggilan itu akhirnya diangkat di detik-detik terakhir.

"Jisoo?"

"Mm.." Sahut Jisoo dari seberang telepon. Suaranya begitu pelan.

Taeyong sedang memilih kata untuk diucapkan agar Jisoo dapat mengerti namun gadis itu lebih dulu bertanya.

"Bagaimana keadaan Seulgi Unnie?"

"Oh? Dia sedang dioperasi." Jawab Taeyong.

Lalu terjadi keheningan. Mereka berdua sama-sama merasa tidak enak.

"Jisoo." Panggilnya lagi. "Aku mungkin tidak pulang malam ini jadi--"

"Aku tahu." Jawab Jisoo langsung. "Semoga operasinya lancar." Tambahnya.

"Iya." Sahut Taeyong kemudian.

Dan panggilan itu lalu ditutup. Taeyong kembali menghela napas. Mau bagaimana lagi? Pikirnya.

Setelah dua jam menunggu, pintu ruang operasi itu akhinya terbuka. Taeyong yang sejak tadi tertidur di kursi langsung tersadar dan menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang operasi di susul dengan Seulgi yang terbaring tak sadarkan diri dengan kakinya yang terbalut perban.

"Bagaimana operasinya?" Tanya Taeyong.

"Lancar. Dia akan segera dipindahkan ke kamar inap." Jawab Dokter. Mereka lalu mendorong brankar Seulgi menuju ruang kamar yang telah disiapkan.

Usai memindahkan Seulgi para perawat itu lalu meninggalkannya bersama Taeyong. Beberapa saat Taeyong hanya terdiam mengamati wajah wanita itu. Ada beberapa luka beret di dahi dan di dagunya. Taeyong merasa kasihan melihatnya. Taeyong lalu membenarkan selimut Seulgi dan beranjak  menuju sofa untuk tidur di sana.

.

.

Taeyong membuka matanya perlahan ketika sinar matahari mulai mengusiknya pagi itu. Ia menggeliat pelan untuk meregangkan otot-ototnya yang pegal akibat tiduran di sofa. Lalu ia teralih pada tempat tidur pasien di mana saat ini Seulgi sedang tersenyum ke arahnya. Taeyong langsung beranjak bangun.

Paperstar ☆ [Taesoo] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang