9. Spring Day (Osaka 1)

3.3K 507 32
                                    

"Love is like polaroid,
so instant.."

.

.

.


Tidur Jisoo terusik akibat suara berisik yang terdengar dari luar. Jarum jam menunjukkan pukul setengah tujuh. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali sampai kesadarannya terkumpul sepenuhnya. Usai membasuh wajah dan menyisir rambutnya yang berantakan, Jisoo bergegas keluar dari kamarnya.

Dilihatnya Taeyong sedang sibuk berkutat di dapur. Jisoo membuka matanya lebih lebar. Taeyong sedang memotong-motong sesuatu. Kemudian fokusnya beralih pada sesuatu yang juga sedang ia goreng. Jisoo terperangah. Taeyong sedang berdiri di dapur, memakai celemek, dan memasak. Tanpa menunggu Jisoo langsung menghampiri Taeyong.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Jisoo, masih tak percaya.

Taeyong mengangkat spatula di tangan kanannya sebagai jawaban.

"Biar aku saja Taeyong. Jika kau lapar seharusnya bangunkan saja aku, kemari biar aku" Jisoo hendak mengambil alih spatula di tangan Taeyong tapi lelaki itu melarangnya.

"Sedikit lagi matang." Jawab Taeyong, melanjutkan kembali aktivitasnya. Jisoo pun akhirnya mundur dan memilih menonton melalui meja makan. Hari ini Jisoo melihat sisi lain dari seorang Lee Taeyong. Dia mungkin terlihat dingin di luar, tapi Jisoo bisa merasakan kehangatannya, meski dia mungkin tidak pernah menujukkannya pada Jisoo. Dan hal itu kembali membuat hatinya berdegup kencang.

Jisoo mengambil selembar tisu di atas meja, melipatnya sembarang hingga berbentuk bintang. Jika boleh Jisoo berbesar kepala, maka ia ingin menyimpulkan bahwa Taeyong sedang memasak untuknya. Bahwa Taeyong sedang berusaha untuk lebih peduli padanya.

Lamunan Jisoo membuyar ketika Taeyong meletakkan piring di hadapannya, lalu ia duduk di seberang Jisoo dan meletakkan piringnya.

"Wah." Jisoo terpukau dengan sarapan yang kini ada di depan matanya. Dilihatnya Taeyong sudah mulai menyantap miliknya, Jisoo pun mengikuti. Matanya membelalak seiring dengan sensasi dari setiap kunyahan di dalam mulutnya. Taeyong nampak melirik-lirik reaksi Jisoo namun tak berniat untuk langsung bertanya.

"Aku tidak tahu kalau kau pandai memasak." Ucap Jisoo dengan mulut penuhnya.

"Aku adalah chef di rumahku." Jawab Taeyong bangga sambil tersenyun simpul.

Tiba-tiba ekspresi wajah Jisoo berubah muram.

"Kenapa? Apa ada yang salah?" Tanya Taeyong, menyadari Jisoo tak lagi mengunyah makanannya seantusias tadi.

"Kau pasti merasa kesulitan karena harus memakan masakanku selama ini." Sahut Jisoo, ia menundukkan wajahnya, merasa tidak enak. Taeyong menautkan alisnya.

"Masakanku rasanya sangat standar. Aku pikir itu baik-baik saja karena kau tidak pernah mengeluh. Tapi setelah memakan masakanmu aku jadi merasa.."

"Tidak apa-apa." Potong Taeyong. "Lagipula memakan masakkan yang dibuat khusus untukku rasanya jadi lebih enak." Taeyong melanjutkan kembali makannya hingga tak tersisa sebutir nasipun. Sementara Jisoo membutuhkan waktu lebih lama untuk menncerna makanannya karena hatinya yang sedang meluap-luap.

.

.

Jisoo menoleh ketika lonceng di pintu tokonya berdering, menandakan seorang pelanggan datang.

"Oh, kau datang lagi." Jisoo tersenyum mendapati salah satu pelanggan setianya datang lagi. Lelaki SMA itu tersenyum lalu menghampiri Jisoo.

Paperstar ☆ [Taesoo] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang