Chapter 6

1.1K 51 1
                                    

Suasana rumah kecil Donghae dan Yoona tiba-tiba terasa begitu menyeramkan bagi Yoona. Sepulang dari makan malam, Donghae langsung mengurung diri di kamarnya. Yoona merinding ketakutan, takut jika Donghae melakukan hal yang tidak-tidak di kamarnya karena ia mendengar pecahan kaca.

"Lee Donghae, gwenchana?" Tanya Yoona sambil menggedor-gedor pintu kamar. "Aisshh.. apa yang dilakukan namja itu??"

Yoona pun segera membuka pintu kamar yang ternyata tidak dikunci. Suasana kamar Donghae terlihat sangat berantakan, sprei dan bantal sudah tidak berada di tempatnya, buku-buku yang tertata rapi sudah bertebaran di atas lantai, bahkan diantaranya sudah terlepas dari sampulnya dan rusak. Tidak ada sosok Donghae disana, satu-satunya kemungkinan ia berada di kamar mandi.

"Ya! Lee Donghae! Kau mau menambah pekerjaanku ya!!" protes Yoona sambil membuka pintu kamar mandi. Namun ia segera membekap mulutnya sendiri, ia terkejut karena ada aliran berwarna merah bercampur air. Dilihatnya Donghae sedang duduk terkulai di samping wastafel, tangan kanannya berdarah akibat ulahnya meninju cermin wastafel berkali-kali. Dibawahnya juga berserakan pecahan cermin kaca.

"Lee Donghae!! apa yang kau lakukan??" pekik Yoona histeris. Ia segera mendekati Donghae. Donghae hanya terdiam tak menanggapi Yoona.

"Kau berdarah, Donghae... Ayo cepat obati lukamu.." Yoona segera menarik perlahan tangan Donghae. Namun dengan segera ditepis Donghae dengan kasar.

"Ya! Kalau kau tidak segera diobati akan berbahaya tahu! Bagaimana kalau pecahan kaca itu malah masuk ke dalam tubuhmu!!" gusar Yoona. Ia menarik Donghae dan memapahnya keluar kamar mandi.

Gadis itu dengan sigap mengambil kotak obat dan mulai mengobati kepalan tangan Donghae dengan hati-hati.

"Kenapa kau melakukan hal ini, bodoh?" Tanya Yoona sambil menyelesaikan balutan perban.

Donghae terdiam membisu, namun wajahnya kini bergetar, ia mulai menangis perlahan.

Yoona melebarkan matanya. "Ya! Kau menangis?? Sebelumnya, kau mengejekku anak kecil tapi kau sendiri juga cengeng seperti anak kecil!" protes Yoona. Donghae masih diam dan hanya menunduk. Sadar bahwa apa yang diucapkannya salah, Yoona segera beralih.

"Mianhae, kalau kau ada masalah kau boleh cerita padaku..." ujar Yoona merasa bersalah. Mereka terdiam sesaat.

Melihat Donghae hanya terdiam Yoona segera bangkit, "Baiklah, kalau begitu... aku harus membereskan pecahan kaca dulu, kalau kau butuh aku.. panggil saja ok!" ucap Yoona.

Yoona segera melangkah beranjak menuju ke kamar mandi, namun ia ditahan oleh tangan kiri Donghae yang tiba-tiba mencengkeram lengan Yoona.

"Berhenti.." lirih Donghae. Yoona segera menoleh.

"Bolehkah aku meminta suatu hal padamu?"

Yoona terdiam sesaat dan kemudian berkatan. "Apa?"

Donghae tampak ragu mengatakannya, "Aku mohon... bantulah aku melupakan Sica..." ungkapnya. Kedua mata sayunya kini menatap Yoona tampak sedih dan menyakitkan.

Yoona otomatis kaget mendengar permohonan Donghae yang ia pikir mustahil dilakukan olehnya.

"Aku tak sanggup melihatnya... Aku mohon Yoona, aku tidak sanggup lagi..." ucap Donghae memohon dan menangis.

**

-Keesokan harinya-

Kedua mata Yoona membulat sembari memotong-motong daun bawang dengan kecepatan yang tidak manusiawai. Ia kemudian mendecak kesal sembari membatin. 'Gyaaaa! Yang benar saja namja itu berkata hal seperti itu! Apa dia gila? Bagaimana bisa aku melupakan dia dari cintanya itu! Aishhh... dasar namja tak tahu diri itu membuatku kebingungan saja!!' gerutu Yoona.

We Are Destiny [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang