Bab 3

6 1 0
                                    


Gadis itu hanya menatap datar Nata lalu duduk di bangkunya, di samping Nata. ia tak tahu kalau ternyata dia sebangku dengan dengan perempuan yang ditemuinya di taman. Dia kira di kursi yang di tengah itu, ternyata bukan. Nata sebenarnya ingin memperkenalkan diri dengan teman sebangkunya ini, walaupun first impression mereka tidak begitu baik. Tapi melihat sikap cewek yang sepertinya juga tak peduli mengenai dirinya, ia jadi mengurungkan diri bersalaman.

Mungkin jam istirahat saja. Pikirnya.

▲▼▲

"Jadi gimana hari pertama lo, Ma brother?" tanya Linka. 5 detik sebelum bunyi bel, gadis itu sudah berdiri cantik di depan kelas Nata. Dan saat guru keluar ia langsung nyelonong masuk ke dalam, dan sekarang ia sudah berada teap di depan muka Nata.

Linka sudah tahu bahwa ia satu kelas dengan sepupunya ini, dan bangku kosong di tengah tadi merupakan bangku Linka -Tadi dia tak sempat mengikuti pelajaran pertama sampai saat jam istirahat, ia sedang sibuk latihan untuk kompetisi tari tingkat kota-. Seperti biasa, Nata hanya menatap Linka datar kemudian berdiri dari kursinya dan berjalan keluar kelas. Seperti anak ayam yang mengikuti induknya, Linka juga ikut berdiri dan mengekori Nata.

"Lo mau kemana? Oh iya tadi sori ye gue gak nemenin lo nyari ruang guru."

"Hm" Nata hanya bergumam kecil.

"Lo mau kemana sih?" Linka mulai gemas karena Nata tak menjawab pertanyannya.

"Kantin." Linka mengernyit bingung.

"Kantin bukan kesitu kali jalannya. Disitu tuh," dia menunjuk ke arah yang berlawanan dengan arah yang mereka tuju.

"Oh," Nata berucap lirih, kemudian berbalik. Dan saat itu juga tawa Linka meledak.

"Makanya, jangan sok tau arah," masih dengan tawa Linka mengikuti Nata.

Dan jujur saja Nata tengsin sendiri.

▲▼▲

Pelajaran terakhir, dan sebentar lagi kelas akan bubar. Sampai sekarang pula Nata belum memperkenalkan dirinya kepada gadis di sampingnya ini. Ia ingin membuka obrolan saat pak Galih sedang asik bercakap ria dengan seseorang di seberang telepon sana. Tapi baru saja ia ingin membuka mulut, tiba-tiba suara bel menghentikan Nata. gadis itu langsung merapikan mejanya dan segera berlalu dari kelas itu.

Mungkin lain kali! batinya.

▲▼▲

Za kini tengah berada di ruang khusus karyawan untuk mengganti bajunya dengan seragam pelayan. Seorang cewek dengan rambut sebahu yang pastinya juga salah satu pelayan di kafe ini masuk ke dalam. Ia tersenyum ramah ke arah Za

"Kau yakin mau bekerja?" tanya cewek yang bernama Tisa, ada raut khawatir di sana. Za mengangguk sebagai jawabannya. Ia lalu berjalan keluar dari ruang karyawan itu.

"Za, bisakah kau pergi membawa pesanan ini ke meja nomor 5? Aku sudah kebelet. Tolong ya," Za mengangguk kemudian pelayan itu kemudian pergi setelah memberikan sebuah nampan kepada Za. Dia kemudian membawa nampan yang berisikan pesanan meja no.5

"Ini pesanannya, Mas. Selamat menikmati." Ia menaruhnya dengan sopan dan berlalu pergi.

▲▼▲

Lama-lama Nata jadi jenuh berada di kamarnya. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat, sampai akhirnya ia berada di kafe yang tidak jauh dari rumahnya. Yang menjadi perhatian Nata saat pertama masuk ke dalam kafe adalah pelayan cewek yang dari tadi mundar mandir menanyakan pesanan kepada pelanggan yang cukup ramai memenuhi kafe. Ia kemudian duduk di salah satu meja yang kosong. Ia menaikan menu seolah sedang membaca untuk memerhatikan cewek itu dan agar dia tidak ketahuan. Entah kenapa ia bersembunyi.

 SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang