Bab 6

6 1 0
                                    

Kadang aku takut mengirup udara.

Karena aku bisa mengingatmu.

Tapi aku bersyukur masih bisa menghirup udara.

Aku bisa tersadar, bahwa kau suah tidak di sini.

Bahwa Aku sendiri.

▲▼▲

Cleo yang ingin ke kamarnya berhenti saat melihat adiknya yang sedari tadi hanya mundar mandir tidak jelas. Nata bingung. Dia bingung sama apa yang membuatnya gelisah begini. Dan Cleo juga ikut bingung, tadi ia ingin mengambil sesuatu di kamarnya tapi apa? Dia lupa. Tapi cewek itu berdecak tidak peduli. Ia malah teringat sesuatu.

"Ehem.." Dehaman Cleo membuat Nata berhenti dan menoleh ke arahnya.

"Gimana tuh perkembangannya, Bang? Hubungan kamu sama... em, siapa tuh 'teman sebangkumu itu'?" Cleo menurun naikkan alisnya, menggoda adiknya. Nata tampak mengernyit bingung. Setelah beberapa saat ia baru mengerti maksud kakaknya.

Bagus! Siapa lagi kalo bukan Linka? Batinnya.

Sekarang ia malah dikecengin kakaknya sendiri.

"Baik."

Nata menghempaskan dirinya di kasur.

"Baik gimana? Emang hubungan kalian udah sampe mana?" Cleo mencoba mengorek informasi lebih dari adiknya. Nata menghela napas, jengah dengan sifat kakaknya yang sangat kepo.

"Teman!" Cowok itu mendelik.

"Kok sama dia kamu kayaknya perhatian banget kata Linka? You can't lie to me," Cleo masih terus melancarkan aksinya.

"Keluar kau sana dari kamarku," Nata menatap kakaknya sinis. Cleo menyeringai sambil bersedekap.

"oke oke." Cleo berjalan ke luar, tapi ia kembali berbalik menatap adiknya sambil tersenyum menggoda.

"I know you have another crush with her. I see, brother." ucapnya lagi sebelum menutup pintu kamar Nata.

Cowok itu terpaku.

Another crush?

Apaansih? Nata hanya geleng-geleng kepala.

Tapi sesuatu di dalam dirinya membenarkan perkataan kakaknya.

Sekarang ia tahu alasan dibalik kebingungannya.

Itu bukan hanya sekadar simpati.

Dan alasan mengapa dia bersikap seperti itu.

▲▼▲

Pukul 01.00 am. Hujan deras terus mengguyur kota metropolitan ini. Suara gemericik hujan terdengar sangat jelas bergemuruh, membuat orang-orang yang sudah terlelap terganggu. Hawa dingin menyeruak menusuk tulang-tulang gadis itu. Gadis itu menggigil dengan gigi bergemeletuk. Hanya selembaran kaos tipis yang ia kenakan dan pakaian dalam tentunya.

Za meringkuk di pojok kamarnya seperti bayi dengan kedua tangan menutup indra pendengarnya. Isakannya terdengar pilu. Gadis itu semakin merapatkan diri ke dinding, mencoba mencari perlindungan, namun itu sia-sia. Dinding itu tidak membantu, dinding yang dingin itu malah menyebabkannya semakin menggigil.

Kilatan petir dan guntur membuat ketakutannya semakin menjadi. Gadis itu sesekali berteriak histeris. Za dengan tertatih-tatih membuka laci meja belajarnya, ia mengobrak-abrik di sana. Ia kemudian berpindah ke tempat tidurnya mencari sesuatu yang dapat menyumbat telinganya. Namun nihil. Ketakutannya ini membuatnya tidak bisa berpikir jernih, dimana ia menyimpan earphonenya terakhir kali.

Gadis itu frustasi. Ia kembali meringkuk di pojok tempatnya tadi. Ia meraih sesuatu dari dalam saku kaosnya. Sesuatu yang bernama pil tidur. Hanya ini cara membuatnya berhenti, setidaknya untuk sekarang. Dengan harapan hujan ini akan segera reda. Berharap apa yang mengganggunya ini akan segera pergi. Lenyap. Tak bersisa.

Sudah cukup lama baginya untuk terus terpuruk dengan kejadian yang sama. Kejadian di masa lalu. Kejadian yang membuatnya phobia dengan suara hujan. Kejadian yang membuatnya harus jadi bayangan transparant.

Berharap saat ia bangun kejadian itu terhapus. Tak pernah terjadi.

Gadis itu kemudian terlelap damai dalam tidurnya.

▲▼▲

Hari ini Nata tidak datang. Kata Linka dia demam. Netaza ingin menjenguk lelaki itu, tapi ia bahkan tak tahu dimana rumah Nata. Ia ingin bertanya pada Linka, tapi Linka sudah raib saat bel pulang berbunyi. Hari ini cepat pulang karena ada rapat guru.

Za berjalan di koridor sambil menimbang-nimbang hp miliknya. Seperti yang ia rasakan 2 tahun balakangan ini. Siswa-siswi yang lalu lalang tak ada yang menyapanya bahkan sekadar melihatnya pun tidak. Ia bagai bayang transparant. Ketidak datangan Nata sedikit membuatnya merasa sepi. Tapi ia sudah biasa. Karena di sana hanya Nata yang mau bercengkrama dengannya dan mungkin juga Linka yang beberapa kali menyapanya.

Ia mau berangkat bekerja, tapi ini belum waktunya. Pulang ke rumah ia juga sendirian. Kini ia berjalan dimana langkah kakinya mengarah. Ia akan pergi mengunjungi suatu tempat. Sudah lama pikirnya. Beberapa waktu ini dia sibuk dengan kerjaannya.

Gadis itu menatap datar tempat tinggal orang yang ia kunjungi. Beberapa rumput liar tampak tumbuh di pusaranya. Za berjongkok dan memegang batu nisan penanda kuburan lalu mulai mencabut rumput liar yang tumbuh dan membuangnya. Ia menaruh beberapa tangkai bunga yang sempat dipetiknya di pinggir jalan saat ia menuju ke TPU ini. Tak sempat baginya ia ke toko bunga dahulu. Segala sesuatu juga tidak harus mewah, bunga sederhana seperti ini juga cukup indah.

Ia terus menatap lurus makam di depannya. Tak ada kesedihan maupun emosi lainnya. Tatapannya datar. Gadis itu menghela napas.

"Hai, By. Gimana di sana?" ia memberi jeda sejenak, seolah menunggu jawaban yang ia tahu tak akan mendapatkan jawaban. Za lalu mulai melanjutkan kembali. Helaan napasnya terdengar semakin berat.

"By maafin Za ya. Za gak tau harus ngomong apa selain itu." Air mukanya yang datar tadi mulai berubah menampilkan emosi yang sebenarnya. Suaranya sedikit tercekat dan terdengar lirih. Setitik air tampak meluruh dari mata coklatnya.

Pertahanan yang ia buat sekuat tenaga dan emosi yang ia coba tahan selalu runtuh disaat yang seperti ini. "karna Za.. ka-karna Za.. Aby.." ia tak bisa melanjutkan perkataannya, semuanya terasa menyangkut di tenggorokan.

Gadis itu kembali membangun pertahanannya, sedikit demi sedikit isakkannya mulai reda. Ia tak bisa berlama-lama di sini. Netaza menyiramkan air di kuburan itu dengan diiringi doa dalam hati. Ia tampak mengusap nisan Aby sejenak.

"Za pulang dulu." Cewek itu lalu beranjak menjauh meninggalkan nisan itu. Kini perasaanya sedikit lega.

▲▼▲

 SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang