Suara penyiar radio mendominasi kesunyian yang timbul di dalam mobil. Di antara mereka berdua tak ada yang mau membuka percakapan ataupun hanya sekadar basa basi. Suara sang penyiar juga seolah tak mereka dengarkan. Masuk ke telinga kanan keluar ke telinga kiri. Kedua remaja itu sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Nata terus fokus pada jalanan di depan, mukanya masih keliatan pucat. Sementara Za menyandarkan punggungnya ke jok sambil memejamkan matanya berharap ia segera terlelap, karena jujur ia sangat lelah. Namun rasa kantuknya tidak membuatnya terlelap di dunia mimpi. Ia kembali membuka matanya dan duduk tegap. Matanya lurus menatap jalanan di depan, ia lalu menghela napas berat dan memutar badanya menghadap Nata.
Gadis itu menatap Nata lekat-lekat, seolah sedang meneliti satu per satu lekuk tubuh cowok itu. Seolah mencari perubahan dari Nata saat ini. Nata yang merasa risih di tatap seperti itu hanya bisa berdeham namun fokusnya tak berubah.
Za juga tidak bergeming. Ia terus menatap cowok itu sampai Nata melirik dan bertanya 'Apa?' padanya. Za hanya menggeleng pelan. Sadar bahwa di depannya ini adalah orang sakit membuatnya sedikit cemas. Bagaimana bila terjadi apa-apa dengan Nata terus mobil ini kecelakaan? Berbagai hal buruk muncul di kepalanya. Namun dengan cepat ia menepis prasangka itu. Nata tidak selemah itu. Dan dia juga datang dengan selamat ke kafe tadi.
Gadis itu mengedikkan bahu lalu kembali menyenderkan badannya ke jok. Ia kembali ke posisi semulanya. Posisi nyamannya. "Habis ini mau kemana?" tanya Za dengan tatapan ke arah jalan. Cowok itu hanya melirik sekilas. Dan tak ada jawaban darinya.
"Aku ngomong loh." Merasa tak ada tanggapan ia kembali bertanya. "Ngapain datang ke kafe?" kali ini ia bertanya sambil melirik ke Nata.
"Aku kira kau ngomong sama kaca."jawab Nata datar yang membuat Za mendelik sinis padanya. Jika saja Nata sedang tidak dalam keadaan sakit -setengah sakit- sekarang mungkin ia akan menerkam lelaki itu sekarang juga. Dari awal sampai saat ini jika berhubungan dengan Nata pasti akan membuatnya naik darah, meskipun sekarang Nata telah merangkap menjadi temanya.
Dan sekarang ia jadi berfikir kenapa ia mau Nata menjadi temannya. Za memasang muka datar dengan sedikit tekukkan di sana. Nata yang sempat melirik ekspresi gadis itu membuatnya tersenyum tipis. Namun tak tertangkap oleh penglihatan Za.
Setelah percakapan singkat itu, suasana dalam mobil kembali hening. Nata tak masalah dengan itu. Dan gadis itu juga rupanya, ia sedang dalam mode bête on. Mobil melaju dengan kecepatan sedang sampai di sebuah rumah bercat putih kekuningan. Nata memakirkan mobilnya di pinggir jalan, karena halaman rumah Za yang tidak cukup luas dan juga jalanan yang sempit untuk memakirkan sebuah mobil.
"Thanks." Ucap Za dengan senyum terpaksa. Nata yang melihatnya tertawa geli dalam hati. Namun cowok itu hanya memasang muka datar sambil mengedikkan bahu. Za segera turun dari mobil Nata dan membantingnya sedikit keras. Ia berjalan memasuki rumahnya tanpa menoleh sedikitpun ke mobil Nata.
Suara kaki melangkah terdengar beriringan dengan suara langkah kakinya. Seseorang yang lebih tinggi darinya dengan badan tegap tengah berjalan beriringan dengannya. Za memberhentikan langkahnya, ia menatap Nata datar namun menusuk. "Ngapain?"
"Masuk." Jawab Nata singkat padat dan jelas.
Cowok itu menghiraukan Za yang masih berdiri di sana. Ia terus berjalan masuk ke rumah Za, bak rumah sendiri. Za yang melihat itu hanya bisa membuang nafas kasar dan memutar bola matanya jengah. Ia ikut masuk ke dalam kediamannya.
Dilihatnya Nata berdiri menatap beberapa bingkai foto yang terpajang rapi di dinding ruang tengah. Gadis itu hanya terus berjalan menuju kamarnya sekadar membersihkan diri dan berganti pakaian. Berharap setelah ia keluar kamar, mahluk itu sudah pulang ke rumahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Space
ספרות נוערNamaku Netaza. Aku tidak suka berhutang budi ▲▼▲ Namaku Greyson Mahardinata. Aku tidak pernah sesibuk ini saat tak mengenalnya ... ©Copyright 2017, by zahara