6

2.6K 519 94
                                    

bismillahirrahmanirrahim.

;;;;;

"Halo sahabat!"

"Ten... masih pagi..."

"Halo sahabat Ten, apa kabarnya?"

Lian mendengus. "Mending gue jadi sahabat wali atau hijau daun aja deh daripada jadi sahabat lo."

Mendengar ucapan Lian, Ten hanya tertawa pelan. "Lo hina gue kayak apapun hari ini tenang aja sista, gue nggak akan marah."

Otomatis Lian mendongak menatap Ten yang tengah tersenyum cerah ke arahnya. "Eh? Kok kayaknya lagi bahagia banget, kenapa? Punya pacar?"

Ten hanya tersenyum penuh rahasia dan berkedip, membuat Lian berdiri dari bangkunya. "Seriusan? Serius lo udah punya pacar? Kapan jadiannya? Ah temen macam apa sih lo, gue masih jomblo ini masa lo meninggalkan gue?"

"Makanya, balikan lagi aja sama Mark. Gampang."

Lian memukul kepala Ten agak keras, tetapi Ten bukannya membalas ia hanya tertawa keras. "Eh tapi beneran apa lo udah punya pacar? Gue tanya serius."

"Belum kok. Kalau kata anak jaman sekarang sih kita masih kakak-adek-an."

"Huh." Lian mendengus entah yang keberapa kalinya. "Adik tingkat dong. Anak mana dia? Satu kampus, kan?" Lian memperhatikan gerak-gerik Ten. Bukannya menjelaskan Ten malah mengeluarkan ponselnya. Lian selalu tidak paham apa yang dipikirkan Ten karena pemikiran Ten terlalu tidak bisa diprediksi alias aneh-aneh. Seperti sekarang ini. Ia entah kenapa tengah mengetik sesuatu di ponselnya.

Beberapa detik kemudian ia menunjukkan layar ponselnya pada Lian. Lian terbelalak. "Lah? Akuntansi? Lo balikan lagi sama Sohye?"

"Enak aja! Gue sama dia udah end! Sad ending! Ogah gue sama Sohye lagi." Ten langsung berteriak. Untung kelas masih sepi, hanya ada enam orang selain mereka berdua, "Bukan Sohye. Teman satu angkatan dia sih tapi bukan Sohye. Gila aja gue balik lagi sama Sohye." Ten mengerucutkan bibir.

"Ya maafin gue, nggak salah kan kalau gue mikirnya lo balikan sama Sohye. Lo kan mainnya sama anak FIB mulu kan baru satu itu doang yang sama anak FEB." gentian Lian yang tertawa. "Siapa namanya?"

Ten memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket merahnya. "Gue baru mau kasih tahu kalau lo udah balikan sama Mark."

"Kok semuanya selalu balik lagi ke Mark, sih? Kita udah end, sad ending." Ucap Lian menirukan ucapan Ten. "Kalau gitu gue nggak bakalan tahu sampe gue mati dong? Gue kan sama Mark udah nggak bakal balikan lagi..."

Pukulan pelan mendarat di pundak kanan Lian sedangkan Lian sekarang sedang menelungkupkan kepala di bangku. "Lo kok pesimis gitu sih? Kan gue jadi sedih liat lo gini..."

"Gak usah sok-sokan peduli sama gue, deh. Dasar lo air mata buaya."

"Galak bener."

;;;;;

Harusnya Lian hari ini bisa pulang lebih awal gara-gara kelas dibatalkan karena dosennya sedang rapat tapi ia tidak sengaja bilang ke teman satu organisasinya dan ia tiba-tiba disuruh pergi mengambil proposal event sekitar jam setengah empat sore. Sekarang masih jam satu siang berarti dia stuck di fakultas dua setengah jam.

Dan ia stuck bersama Ten.

Walaupun makan siang ini yang membayari adalah Ten tapi sama saja, ia kesal sejak tadi pagi terus bersama Ten, membuat badmood semakin parah. Apalagi ia tadi tidak sengaja berada satu lift bertiga dengan Mark dan Ten. Sangat awkward dan Ten sampai sekarang tidak berhenti membicarakannya.

11:11Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang