Chapter 3 - Don't leave me, Dio.

105 4 0
                                    

"Semua ini hasil imajinasi luar biasa lo, Han. Gambar-gambar yang lo tempel di dinding kamar lo. Imajinasi yang selalu lo dambakan, semua ini lo yang bikin. Keluarga yang ada buat lo, temen-temen yang selalu menerima perbuatan lo. Kita hidup seperti apa yang lo mau. Dan lo gak tau betapa sakitnya itu." Lanjut Dio yang membuat Hana merinding sekujur tubuhnya. Hana tak bisa menjawab apa-apa, yang ia bisa hanya menangis. Apa semua ini benar imajinasinya?

Dio membawanya ke taman belakang sekolah bermaksud untuk menenangkannya, mereka bahkan sudah tidak perduli apakah kelas sudah dimulai atau belum. Mungkin tidak akan ada kelas, karna Hana jelas-jelas tidak menginginkannya.

Mereka duduk dikursi panjang ditaman yang hanya ada mereka berdua, suara burung yang damai seakan-akan sama dengan dunia Hana yang asli. Hana hanya bisa melamun, seperti yang dilakukan Dio sekarang.

"Kok lo tau gue dimimpi?" Tanya Hana memecah kesepian diantara mereka berdua,

"Entah, mungkin gue satu-satunya orang yang gak suka hidup disini. Or maybe Cuma gue satu-satunya orang yang dikasih tau sama lo"

"Kenapa?"

"Disini gak ada hujan, karna lo gak suka berisiknya gemercik hujan. Gaada kebahagiaan, dan gak ada lo, untuk waktu yang lama"

"Lo inget hari ini gak, Han? Seminggu sebelum ulang tahun ke-17 si Vindy?." Lanjut Dio

"Jadi?" Tanya Hana

"Lo ngulang hari ini lagi, buat memperbaiki semuanya. Lo inget kan malam ini Vindy bakal blind date sama temen gue, dan lo gak mau dateng?"

"Jadi hari ini 5 bulan sebelum ultah gue?" Tanya Hana yang semakin tegang mendengar penjelasan Dio.

"Lo harus ikut ya, Han." Ucap Dio bermaksud memastikan

"Gue juga gak berani tinggal disini gak sama lo. Ya jelas ikut lah kalo lo ikut" jawab Hana kembali dengan sifat dinginnya, tapi kali ini juga dibalut dengan ketakutannya.


Dio hanya menanggapi dengan senyum, juga merasa kasihan dengan Hana yang terjebak dalam mimpinya sendiri.


Karna Hana sampai sekarang masih dirundung ketakutan yang amat dalam, ia memutuskan untuk mengekori Dio kemanapun dia pergi. Yang Hana lakukan hanya menggengam tangan Dio dengan eratnya dan sesekali memeluknya erat. Ia juga memutuskan akan tinggal bersama Dio selama disini. Semuanya memang terasa biasa saja, alamat rumahnya, suasana kota, tapi saat Hana menyadari ini hanya imajinasi, ia akan menangis dengan kerasnya seperti orang gila.

Malam ini mereka akan menghadiri blind date Vindy yang pertama kalinya sebelum ia memasuki umur 17 tahun. Dio sudah siap dengan mengenakan kaos yang dibalut hoodie tebal, celana jeans lengkap dengan sepatu. Sedangkan Hana yang duduk terdiam disofa panjang ruang tamu Dio ini masih saja menggunakan seragam yang bahkan ia tak tau dapat darimana.

"Hana ayo pulang, lo ganti baju aja sambil ambil beberapa buat nginep disini. Lo kan tau gue gaada baju cewek" Ajak Dio yang sampai sekarang masih bergenggaman tangan dengan Hana, ia memang sudah hidup sendiri sejak 2 tahun lalu, jadi ia sama sekali tidak memiliki banyak baju, bahkan baju ibunya pun tidak ada.

"Gamau, gue begini aja" singkat Hana

"Lo masih aja deh Han mentingin ego lu. Kalo gue tinggalin lo mau sama siapa disini?"

Hana hanya terdiam

"Yaudah lepasin tangan gue ah, capek gue pegangan terus. Gue mau pergi ke Vindy, lo disini aja. Paling ntar dijemput sama manusia es" Ejek Dio seketika melepas genggamannya dan beranjak ingin membuka pintu rumah,

Hana kembali meraih tangan besar Dio, "Emang ada manusia es?" Tanya Hana penuh penasaran

"Ada lah, orang lo yang buat. Gak inget?" Jawab Dio kembali melepas genggamannya

"Ah, Dio!" seketika Hana meringkuk menutup wajahnya dengan tangan yang bertumpu dengan lututnya, terdengar suaranya terisak meski masih terdengar sangat lembut.

Dio kaget melihatnya, selama ini Hana adalah peri jahat dengan sifat tahan banting dimata Dio. Ia tidak akan menangis bahkan tidak akan perduli bila seseorang disekitarnya ingin meninggalkannya

Tapi kini ia dengan jelasnya membutuhkan Dio.

Terlihat jelas gemetar tubuh Hana, ia terlihat menyedihkan. Bahkan Dio pun tak sanggup jika harus menyentuhnya

"Han... Kok nangis, gue kan bercanda" ucap Dio

"Jangan....." Jawab Hana terisak-isak

"Iya, maaf ya.. Jangan nangis"

"Tinggalin... Jangan.. Tinggalin" Jawaban Hana yang mengagetkan Dio, selama bertahun-tahun mereka berteman, baru kali ini ia mendengar kata itu terlontar dari mulut Hana. Sepertinya sangat susah untuk dia mengucapkanya.

Dio dengan lembutnya mulai mengusap rambut Hana, dan kemudian memeluknya dengan lembut, Hana mulai mengalungkan tangannya ke badan Dio, membenamkan wajahnya dalam pelukan dan menangis disana,

"Jangan tinggalin gue, Dio" Ucap Hana dengan terisak-isak. 


*DEG

Seketika air mata Dio berlinang dengan cepatnya, begitu sakit mendengar Hana memohon kepadanya. Jantungnya berdegup dengan kencang, dengan segera ia menyeka air matanya itu. Sangat jahat bila Dio menginginkan Hana terus disini, sedangkan belum ada sehari saja Hana sudah ketakutan setengah mati. Dio hanya bisa melamun sambil terus memeluk erat gadis rapuh itu.

Hana yang seharian ini terus saja menangis, akhirnya terlelap dalam pelukan Dio. Membenamkan wajahnya dalam hoodie tebal yang dipakai Dio, Dio pun ikut terlelap sambil masih mendekap erat Hana.

 -----------


Dio mengedipkan matanya berkali-kali sesaat setelah ia terbangun, melihat jam yang terbalut ditangannya yang menunjukkan pukul 21.00, mengecek kondisi Hana yang masih saja terlelap dalam pelukannya. Mengelus lembut rambutnya, lalu turun kewajahnya. Hangat, tidak ada yang pernah menyentuh pipinya selain dia. Dio memang sudah menyukai Hana sejak lama, tapi selama itu pun Dio tak pernah melihat sisi rapuh Hana keluar sekalipun.

Dio mulai menyentuh lembut bibir merah milik Hana, menatapnya dalam, seakan ingin memiliknya. Ia menggenggam pipinya, mendekatkan wajahnya dengan wajah Hana. Memfokuskan matanya pada bibir tipis merah muda milik Hana, dan mulai memejamkan sedikit demi sedikit matanya saat bibir mereka hampir bersentuhan.

Sedikit lagi,

"Ah!" Teriak Dio yang seketika membuat Hana terbangun,

"Kenapa?" Tanya Hana dengan suara lemas, melepaskan diri dari pelukan Dio

"Ayo, cepet!" Balas Dio yang tanpa basa-basi menarik Hana keluar rumahnya, dan segera menaiki Ninja milik Dio, yang disusul oleh Hana dibelakangnya

My Sweet 17thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang