Kedua tangannya dengan spontan menutup mulutnya sendiri yang hampir saja menjerit melihat ada dirinya yang lain didepan matanya.
Matanya masih saja melotot melihat dirinya yang lain sedang menggambar di meja belajarnya, menempelkan satu persatu dari hasil karyanya di dinding gelap, kamar itu hanya mendapat penerangan dari lampu kecil yang menyala diatas meja belajar.
Hana berfikir, dirinya yang lain akan menjerit juga jika ia melihat Hana sedang mengawasinya, dengan cepat Hana bersembunyi disebelah tempat tidur yang terletak bersebrangan dengan meja belajar; tempat Hana yang lain sedang menggambar.
Tok Tok
Seseorang mengetuk pintu, dan Hana yang lain beranjak dari kursinya untuk membukakan pintu
Tidak ada siapa-siapa disana.
"Masuklah" Cakap Hana yang lain seraya kembali duduk dikursi depan meja belajarnya, pintunya tiba-tiba tertutup.
Hana yang melihatnya pun semakin histeris, hingga ia menangis. Disaat seperti ini, Ia hanya ingin kembali ke tempat asalnya; atau setidaknya ada Dio untuk menemaninya disini.
- Hana POV
Aku terus saja menutup mataku berharap aku akan terbangun didunia nyata.
Akhirnya suara isak tangisku terlepas dari kerongkongannya, dengan spontan aku membuka mata dan menutup mulutku dengan tanganku
Hana yang lain tiba-tiba menghentikan guratan pensilnya,
Apa dia melihatku?
Ia mengelap air mata yang jatuh dipipinya
"Aku sudah bosan menggambar, Vin"
Mataku terbelalak mendengar pernyataan darinya, apa maksudnya ia menyebut Vindy?
Aku terus saja memikirkannya, tanpa disadari ia telah beranjak dari kursinya, langkah kakinya semakin mendekat
Tak ada yang bisa kulakukan selain membeku, sampai dia berdiri tepat didepanku.
Ia melihat keluar jendela kamar dengan tatapan menyedihkan,
"Aku ingin bersamamu"
Sampai sekarang aku masih belum mengerti dengan siapa ia berbicara, karna disini hanya ada dia dan aku yang bahkan tak terlihat olehnya.
Ia pergi mengambil buku gambar dan sebuah pensil, kemudian duduk tepat disamping ku.
Kini ia hanya terdiam menatap dalam-dalam hasil gambarnya,
Hanya ada hitam dan putih didalam kertas-kertas gambarnya, hitam kemudian putih, kadang hanya ada goresan-goresan kasar dari pensilnya, satu-satunya gambar yang menyenangkan yang kulihat adalah kertas paling terakhir; karna kertas itu sepenuhnya putih.
Apa yang terjadi padaku didunia ini? Bukankah dunia ini adalah alam mimpiku sendiri?
- Author POV
Sudah hampir setengah jam Hana dan Hana yang lain duduk bersebelahan hanya melihat kepada lembar-lembar lukisan tersebut.
Sampai akhirnya Hana yang lain tersebut memecahkan kesunyian dengan menggumam dengan nada yang tak dimengerti,
Gumam-an yang membuat Hana ngeri bukan main.
Hana yang lain tersebut kemudian mengambil pensil tajamnya yang terletak dilantai,
Sambil terus bergumam ia menusuk-nusuk ujung pensil tersebut kedalam lengan sebelah kirinya,
Darah mengalir sedikit demi sedikit keluar dari kulitnya, Hana yang melihatnya dengan refleks berteriak histeris menjauh dari Hana yang sedang asyik bergumam tersebut.
Ia menangis menyadari bahwa dirinya didalam dunia mimpi begitu menyedihkannya.
Tangisannya bercampur dengan jeritannya,
Sedangkan Hana yang satu lagi terus saja melakukan hal yang sama.
-----
"Hana?"
Suara lembut yang mengisi telinga Hana membuatnya membuka sedikit demi sedikit kelopak matanya,
Hana meneteskan air mata,
"Nana"
"Nana...."
-----
"Hana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet 17th
FantasyBagaimana rasanya menjalani detik-detik ulang tahun ke-17 terperangkap dalam mimpi? Apakah Hana bisa keluar dari dunia mimpi yang ia gambar sebelum hari ulang tahunnya? Apakah ia bisa merubah sifat buruknya sebelum hari itu?