Chapter 10 - Aksel Juro Reynand

10 0 0
                                    

Hana yang belum memahami situasi hanya menggubris perkataan Aksel

"Aku Hana Talita" ucapnya seraya melihat sodoran tangan Aksel, tanpa membalas jabat tangannya.

"Namamu bagus, Aksel." Lanjutnya.

*DEGGG

"Aksel?" Tanya Hana untuk memastikan jika ia tak salah dengar.

Aksel mengangguk membenarkan

"Aksel siapa?"

"Aksel Juro Rey..."

"Reynand? Aksel Juro Reynand katamu?"

Aksel menatap Hana kebingungan,

"Kamu kenal saya?" Tanya Aksel,

"Ah, bu..bukan begitu..." Jawab Hana gugup sambil terus menghindari kontak mata dengan Aksel.

Flashback On

Malam ini seperti malam biasanya, Hana kembali berkutik dengan kertas dan pensil hitamnya dikamar. Tapi kali ini, tak seperti malam biasanya, Hana mengguratkan pensilnya dengan begitu dalam. Diiringi oleh suara ayah dan ibunya yang sedari tadi bersahutan memanggil Hana untuk segera turun menyapa tamu mereka.

Hana, yang seumur hidupnya bersandiwara dengan baik, untuk malam ini ia memutuskan untuk berhenti bersandiwara serta menjual senyumnya kepada rekan-rekan ayah dan ibunya.

Sembari mengguratkan pensil hitamnya kepada kertas putih diatas meja itu, Hana menuangkan segala keluh kesah dan permohonannya, semua air mata beserta senyum yang ia harap dapat ditoreh dengan ikhlas suatu saat nanti,

Aksel Juro Reynand, namanya.

"Aksel. Namamu bagus, aku pengen punya anak namanya seperti ini."

"Jangan jadi sepertiku, Acel. Aku harap kamu dapat bebas tersenyum dan bahagia."

Flashback Off

Tanpa terasa air mata sudah mengalir deras dipipi Hana, suara sesunggukan sedikit demi sedikit mulai terdengar, Hana berusaha menghentikan air matanya dengan menggigit bibir mungilnya.

"Hana?" Tanya Aksel yang sedari tadi memperhatikannya dgn bingung

Hana yang sadar bahwa telah diperhatikan oleh Aksel lalu bergegas mengusap air matanya,

"Hmm?" Jawab Hana sambil berusaha menghentikan tangis sesunggukannya,

"Kok nangis?"

"Gatau nih tiba-tiba, mungkin karna jatuh tadi"

"Sakit ya?"

"Engga"

*BRAKKK

Terdengar suara pintu terbanting dengan kencang dari lantai dua rumah Hana,

Aksel dan Hana yang mendengarnya bergegas sembunyi diantara semak semak.

"Hana !!!" Ayah Hana berteriak seraya mengobrak-abrik kamar kecilnya, sesaat setelah itu ia melempar barang-barang Hana keluar jendela.

Hana takut bukan kepalang, pasalnya Ayah Hana tak pernah seumur hidupnya berlaku sekasar itu.

"Hana!" Ayahnya sekali lagi meneriakinya, tapi kali ini tak sekeras dan sekejam sebelumnya, kali ini sepertinya ia mengkhawatirkan Hana.

"Aksel, aku lebih baik pulang" Bujuk Hana kepada Aksel.

"Tapi kalo Hana pulang, pasti Hana kena marah. Apalagi sebentar lagi matahari terbit."

"Hana..." Ayah Hana kembali memanggil-manggil Hana, dan kali ini sudah dipastikan bahwa Ayah Hana sangat mengkhawatirkannya.

Dan kali ini, Hana khawatir bukan kepalang, pasalnya ia tak pernah mendengar nada suara semacam ini keluar dari mulut Ayahnya dalam seumur hidup Hana.

Dan tanpa disadari nada suara semacam ini keluar juga dari mulut Hana dalam seumur hidupnya,

"Ayah..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Sweet 17thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang