Chapter 5 - Vindy

69 6 0
                                    

I would like to express my condolences about what happened in Jakarta, Manchester, and children of Syria. I hope the lives of the victims rest in peace. We will honor you by not giving in to the darkness. We are with the world :)

------ 

"Banguuunnn!!"

"Ah..."

Hana PoV

Aku mengedipkan mataku beberapa kali, menyesuaikan mataku dengan cahaya mentari yang begitu silaunya, sesaat setelah Dio menyibakkan tirai kamarku. Ah, maksudnya tirai kamarnya yang kutempati.

Tak terasa sudah 3 hari aku berada didunia ini. Tidak ada yang aneh, aku nyaman disini. Hanya saja, aku sedikit merindukan orang tua-ku. Mungkin saja mereka juga merindukanku, atau mungkin mereka tak sadar bahwa aku menghilang.

Hari ini sepulang sekolah nanti, aku akan mencoba untuk pulang kerumahku di dunia ini. Karna aku sudah menyesuaikan diri dan merasa baik-baik saja, mungkin untuk pulang kerumah juga akan baik-baik saja, semoga.

Lagipula aku merasa kasihan dengan Dio yang terus-terusan tidur di sofa ruang tamunya.

"Cepetan, kura-kura! Gue gak mau telat lagi karna lo" teriak Dio dari halaman rumahnya, telah menunggu diatas ninja merahnya. Di cluster kecil seperti ini, suaranya pasti terdengar bahkan jika aku sedang dibelakang rumah.

Tanpa basa-basi, aku ikut menunggangi sang ninja merah milik Dio setelah memakai helm. Kami pun melaju ke sekolah dengan kecepatan yang lumayan.

Satu-satunya hal yang tak mau kulakukan disini adalah sekolah. Karna entah kenapa, setiap aku datang, guru mata pelajaran pada hari itu juga datang, namun ia tembus pandang. Apa cuma aku yang melihatnya atau memang imajinasiku saja, tapi teman-temanku dikelas hanya menghiraukannya. Dan guru tembus pandang itu juga mengajar seperti biasa. Kadang ia duduk sambil membaca buku, kadang ia menulis dipapan tulis sambil mengajar seperti biasa, kadang dia menghampiri meja murid-murid dan melakukan percakapan, sedangkan murid-muridnya sibuk sendiri

Saat ku tanya pada Dio atau Vindy, mereka juga hanya menggelengkan kepala menandakan bahwa mereka tidak tahu. Aku fikir hanya kelasku saja yang seperti itu, ternyata semua kelas-pun sama.

Apamaksud dari semua ini? Apa ini yang benar-benar kuinginkan? Apa aku sejahatitu?

------ 

Author PoV

Kriiiiinngg

"Hana, kamu mau kemana hari ini?" Tanya Vindy sambil memasukkan buku-buku yang berserakan diatas mejanya kedalam tas.

"Mau coba pulang, Vin"

"Pulang? Emang dari kemarin Hana dimana?" Tanya Vindy yang kaget dan mulai penasaran

"Rumah Dio" jawabnya singkat, ditambah senyuman tipis yang menandakan rasa senangnya

"Gue balik dulu, Vin" lanjut Hana yang dengan bergegas menggendong tasnya dan berlari keluar kelas

Vindy mengikutinya dibelakang dengan raut wajah yang tidak tertebak

"Dio! Tunggu!!" Teriak Hana dari kejauhan, menyusul Dio yang sudah menunggu dimotor, diluar gerbang sekolahnya

"Hana..." panggil Vindy dari belakang,

Hana tak meresponnya

Vindy mengejarnya dengan cepat, tiba-tiba ia terjatuh tanpa sebab, kepalanya menyentuh tanah kasar persis dibelakang Hana. Melukai pelipisnya

"Hana! Gue jatuh hehehe" Teriak Vindy dengan posisi sedang mengelus pelipisnya yang berdarah, bersimpuh ditanah kasar tersebut sambil berkekeh

Hana menoleh kebelakang sejenak, melihat Vindy yang telah bersimpuh diatas tanah tersebut.

"Besok lagi ya, gue udah ditungguin" jawab Hana yang melanjutkan jalannya menyusul Dio yang menunggunya

Vindymeringkuk melipat kakinya dan menyembunyikan wajahnya dengan kedua lengannya. Lukanyamenyebar cepat, darah dipelipisnya menetes deras diikuti oleh air matanya yangmengalir dengan cepat. Orang-orang disekitarnya menghilang, suasana disekolahmenjadi berubah, sampah-sampah menghilang, dan ia pun ikut menghilang. 

   

My Sweet 17thTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang