DUAPULUH TIGA: ANEH

14.2K 482 3
                                    

Neva menyusuri koridor sekolah sendirian. Sesekali Neva melirik kanan dan kiri. Neva bingung mengapa saat Neva berjalan terdengar suara orang berkata mengenai Andran. Andran, Andran, dan Andran yang kini keluar dari bibir para siswa-siswi SMA Nusantara.

Neva pun langsung memasuki kelas nya dengan wajah yang bingung. Dan langsung menduduki bangku nya. Neva bingung saat Neva sudah duduk di bangku nya terlihat sudah ada tas Aira namun orang nya tidak ada. Tiba-tiba terdengar sebuah langkah cepat memasuki kelas X-1 ternyata dia adalah Aira, Aisyah dan Maudy. Dan mereka pun langsung menghampiri Neva.

"Kalian dari mana aja?" Tanpa apa-apa lagi dan menunggu lama, Neva langsung bertanya.

"Kita habis pastiin gosip yang beredar di sekolah Nev, yang lagi jadi tranding topic." Ucap Aisyah heboh.

"Emang apaan?" Tanya Neva yang sudah memasang wajah bingungnya tersebut.

"Si Andran jam segini udah dateng, terus pakean nya rapih banget dong, pake dasi di leher kan biasanya dia itu pake dasi di tangan nya, pake iket pinggang di pinggang biasanya kan di dada." Jawab Maudy yang tak kalah heboh dari Aisyah.

"Terus ya, baju nya di masukkin. Rambut nya rapih, sepatu nya udah sepatu warior bukan sepatu vans yang ala-ala anak nakal gitu." Timpal Aira sembari berbicara dengan nada yang sedikit kencang.

"Dan lo pada tau ga? Kemarin jam dua malem si Andran spam line gue coba nanyain berapa banyak tugas yang udah di kasih sama para guru." Sahut Aisyah.

"Untung nya gue Shalat Tahujud, jadi gue bales line dia. Tapi aneh kan si Andran?" Lanjut Aisyah.

"Ah, masa sih?" Neva kembali bertanya. Neva, sungguh-sungguh tidak percaya dengan ini semua, sebelum Neva yang melihat secara langsung.

"Yaampun lo aja yang mantan nya, ga percaya apa lagi kita Neva." Ucap Aira sembari menatap Neva. Aira meyakinkan Neva.

Dodot dan Angga yang baru saja datang langsung membicarakan mengenai Andran. "Si Andran kenapa sih?"

"Gue juga ga ngerti. Tiba-tiba jadi anak baik gitu anjir," Ucap Dodot. "Panjat sosial ah kali,"

"Tapi gue juga pingin tobat Dot, gue pingin jadi anak baik gue pingin pinter biar bisa bahagian Mamah sama Bapak." Sahut Angga.

"Yaudah yu ah ke kantin." Ajak Dodot.

Angga dan Dodot pun berjalan beriringin menuju kantin. Senyampainya di kantin Dodot dan Angga pun langsung menduduki kursi yang masih kosong.

"Si Anjing!" Ucap Bagas yang sedang memegang handphone miliknya tersebut. "Kenapa ni si Lala main minta putus aja Goblok!"

"Eh, lu ngomong di jaga Gas." Sahut Andran yang langsung menatap Bagas dengan tatapan tajamnya.

Teman-teman nya yang mendengar Andran berkata seperti itu langsung keanehan. Mengapa, Andran menjadi sosok yang menjadi lembut? Bukankah, Andran yang malah sering berbicara kasar? Bukankah Andran yang paling tidak bisa lembut? Mengapa, semua jadi berbanding terbalik?

"Lu kenapa sih Ndran? Kayak jadi anak baik gitu?" Tanya Ilham. "Jangan so baik, getek anjir,"

"Maneh mah, jadi aneh kunaon sih?. (Lo mah, jadi aneh kenapa sih?.)"

"Salah? Kalau gue mau berubah? Kalau kita kayak gini terus gimana kita mau sukses?" Tanya Andran. "Lo bayangin aja kalau kita terus kayak gini, masa depan kita mau kayak gimana?"

"Iya sih ada bener nya juga kata si Andran." Ucap Arfan. "Mana gue mau bikin mamah sama bapak gue bahagia." Lanjut Arfan.

"Sekarang gini ya? Kalau kita nakal terus apa hal positif nya buat kita? Terus kalau kita bodo? Apa bisa kita jadi anak sukses? Engga kan? Gue juga pingin bahagiain orang tua gue, apa lagi gue cuman punya bokap." Sahut Andran.

Andran [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang