Biarlah Rahasia

25.6K 1.4K 40
                                    

"Tidaaaakkkk!" Dini berteriak sangat keras hingga Kemal yang masih 'lelah' terjaga dari tidurnya. "Apa yang kau lakukan padaku?" Tanya Dini marah sambil melempari Kemal dengan bantal dan guling kemudian memukuli dada pria itu sambil menangis.

"Tenang dulu! Tenang!" Kemal menahan kedua tangan Dini sampai dia berhenti bergerak. "Aku akan menjelaskan semuanya. "

"Menjelaskan apa? Kau pria menjijikkan!" Umpat Dini.

"Jika kau tidak memancingku, aku tidak akan melakukannya. Kau tidak ingat apa yang terjadi semalam ketika kau mabuk?"

"Aku...mabuk?" Dini mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Dia shock ketika difikirannya berputar apa yang telah terjadi semalam dan langsung menyembunyikan dirinya didalam selimut sambil menangis. "Ya Tuhan, apa yang telah ku lakukan?" Ratapnya sambil menangis terisak-isak.

"Dini, aku minta maaf. " Kemal mencoba menyentuh bahu Dini tapi Dini segera menepisnya.

"Jangan sentuh aku! Badan ini sudah kotor, Kemal, aku tidak suci lagi. Aku berdosa besar kepada ayah ibuku, apa yang akan ku katakan kepada mereka? "

"Kemal! Tok tok tok! Kemal?" Hendra sudah berdiri di depan pintu rumahnya hingga Dini dan Kemal panik.

"Cepat pakai bajumu!" Perintah Kemal. "Cuci wajahmu, matamu masih sembab. Aku tak mau, kalau Hendra sampai tau, nanti dia bisa memberi tahu kedua orang tuamu."

"Katakan saja kau takut dia akan mengadu kepada Amy dan keluargamu! "Sindir Dini.

"Apa kau mau semua orang mengetahui apa yang terjadi tadi malam?

Dini berfikir, dan sepertinya Hendra memang benar. Mereka harus berpura-pura tidak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka.

Setelah memakai kembali pakaian nya, kecuali kemeja yang kena muntahan tadi malam, Kemal langsung membuka pintu dan berpura-pura menguap seperti orang yang baru bangun.

"Kamu kok udah datang Dra? Inikan masih subuh. " tanya Kemal setelah Hendra masuk kedalam rumahnya.

"Aku khawatir sama Dini. Dia baik-baik saja kan? Jam tujuh pagi, orang tuaku akan berkunjung kesini jadi aku harus memeriksa keadaan kalian. "

"Artinya, kami berdua harus segera pergi?"

"Ya, maaf kawan! Aku tidak bermaksud mengusir kalian, apalagi Dini. Kamu tau kan dia adalah sahabatku dari dulu. Tapi, jika mereka melihat kalian berada disini, mereka akan beranggapan yang tidak-tidak. Mana Dini?" Kemal berjalan menuju kamarnya dan mendapati pintu kamarnya terbuka.

"Loh, Dini dimana?" Tanya Hendra. Dia mengernyitkan kening melihat kondisi ranjang barunya yang sangat kusut seperti baru saja terjadi perkelahian diatasnya.

"Apa Dini parah banget mabuknya sampai-sampai ranjang ini berantakan sekali?" Tanya Hendra, tapi Fikirannya langsung mengarah pada kemungkinan yang lain. "Jangan bilang kalau tadi malam kalian..."

"Kalian apa? Jangan berfikir macam-macam." Setelah mengucapkan itu Dini sudah muncul di depan mereka dengan wajah yang lesu.

"Bagaimana keadaanmu sekarang, Dini? Masih pusing?" Tanya Hendra perhatian. Dari dulu dia memang selalu peduli pada sahabatnya itu.

"Udah kok. " suara Dini terdengar serak.

"Baguslah.. tapi... Aku lihat ada yang berubah di wajahmu. Bentuk bibirmu itu. " Hendra menunjuk bibir Dini dan menatapnya dengan teliti. Hendra adalah seorang dokter spesialis kelamin jadi dia tau detil perubahan fisik seseorang.

"Apaan sih Hendra? Kamu nggak sopan banget. "

"Aku paling tau kalau saat ini Dini tidak berkencan dengan siapapun. Dan aku paling tahu bahwa dia tidak pernah, maaf...'berciuman' hanya dengan melihat bentuk bibirnya saja. Tadi malam, bentuknya masih sama. Kenapa hari ini berbeda? Kemal, jelaskan padaku. Apa yang telah kau lakukan pada sahabatku?" Tanya Hendra curiga.

Akhirnya tangis Dini pecah, dia menutup wajahnya dengan malu kemudian berlari kembali ke kamar mandi dan mengurung dirinya di dalam.

"Aku sudah tahu jawabannya." Ujar Hendra dengan nada suara kecewa. "Beraninya kamu!" Ucapnya sesaat sebelum kepalan tangannya melayang ke wajah Kemal. Kemal balik menyerang kemudian menendang Hendra untuk menjauh darinya. "Aku tidak pernah berniat buruk dari awal Hendra!" Kemal mencoba membela dirinya.

"Semua orang tidak pernah berfikir untuk berbuat jahat, tetapi akan melakukannya jika dia punya kesempatan. Dasar pria brengsek! Kau telah menyakiti kedua sahabatku. Kau merenggut masa depan Dini, dan kau juga telah mengkhianati Amy. Kau sudah PUAS??" teriak Hendra di akhir kalimatnya.

Kemal langsung terduduk lemas dan menyandarkan kepalanya ke dinding sambil menangis. "Aku tidak pernah berniat menyakiti siapapun Hendra. Tapi, kemarin aku tidak bisa menahan diriku. Aku ini pria normal. Jika saja dia tetap tertidur hingga pagi, aku tidak akan melakukan apa-apa padanya. Tapi tadi malam, dia bangun dan kami sempat bertengkar. Aku mengancam akan menciumnya dan dia malah menantangku untuk melakukannya. Aku marah dan menciumnya. Kau tau sendiri, aku pernah diam-diam menyukai Dini sebelum aku  bersama dengan Amy. Semua rasa itu seperti kembali kedalam hatiku, aku melupakan semuanya, aku melupakan Amy dan hanya ada Dini di pikiranku hingga aku tidak bisa menahan diriku."

"Aku muak mendengar ceritamu. Bagaimanapun, kau harus tanggung jawab padanya!"

"TIDAK!" Ujar Dini. Dia mendengar semua percakapannya dari kamar mandi dan langsung bereaksi ketika Hendra menyuruh Kemal untuk bertanggung jawab padanya. "Aku tidak butuh tanggung jawab darinya. Hendra, aku mohon. Sebagai sahabatmu, aku ingin kau menyembunyikan ini dari semua orang termasuk Amy. Aku tidak mau dia sedih."

"Jadi, kau akan menanggung semua ini sendiri?" Tanya Hendra sementara Kemal tak bisa berkata apapun. Dia memilih bungkam.

"Aku akan menganggap semuanya tidak pernah terjadi. Jadi, Hendra tolong bantu aku untuk melupakan ini. Jangan katakan ini kepada siapapun. "

"Bagaimana jika kau hamil?"

Kemal langsung terkesiap ketika Hendra menanyakan hal itu. "Apa kemungkinan Dini bisa hamil?"

"Kemungkinan besar, iya! Dini akan menanggung aib sendiri jika dia hamil sementara orang yang menghamilinya sudah hidup bahagia dengan orang lain. Apa itu adil?"

"Aku akan menggugurkannya!"

"APAA?" teriak Kemal. " Apa salah anak itu sampai kau harus menggugurkannya?"

"Dini jangan gegabah, kalian sudah melakukan dosa yang besar, dan kau mau menambah dosamu dengan menggugurkan janinmu sendiri?"

"Biarlah aku yang menanggungnya sendiri. Hendra, aku mau pulang. Aku sudah tidak tahan lagi ada disini." Dini berusaha menegarkan dirinya.

"Baiklah, biar aku antar!" Ujar Hendra.

"Tidak perlu! Aku bisa pulang sendiri. Tolong pengertiannya,Dra. Aku ingin sendiri. "

***
Sudah dua hari berlalu, tapi Kemal masih belum bisa melupakan malam yang kelam itu. Dia masih merasa bersalah kepada Dini tapi wanita itu menyuruhnya untuk melupakannya begitu saja. Sebenarnya, Kemal lebih puas jika Dini memukulinya atau melaporkannya kepada polisi daripada didiamkan begitu saja tapi Kemal terlalu pengecut untuk menghadapi risiko yang akan dia terima ketika semua orang tau.

Ketika dia hendak berangkat ke kantor, Hendra menghubunginya melalui ponsel. Sepertinya Hendra punya kabar yang penting makanya dia menelepon sepagi ini.

"Halo Ndra? Dini kenapa?"

"Kau tau darimana kalau aku ingin mengatakan sesuatu tentang Dini? Jadi, kamu mikirin dia terus? Menyesal? Telat, Dini sudah pergi selamanya...!"

Mata Kemal membelalak ketika mendengar kabar itu. "APAAAA?"

#TBC

Jangan lupa vote dan komentarnya yah guys!

Unmarried MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang