Hikmah dan Karma

19.5K 1.2K 26
                                    


7 tahun kemudian

Pagi-pagi sekali Amy berjalan-jalan ditaman bersama bayi laki-lakinya yang ada didalam gerobak bayi untuk menghirup udara segar. Dia tampak lebih bahagia setelah menjadi seorang ibu dan berhenti bekerja di perusahaan travelling yang digandrunginya dulu. Baginya, menghabiskan waktu sebagai ibu dan istri yang baik adalah hal yang paling berharga dibanding apapun di dunia ini. Dia sudah banyak berubah setelah akhirnya bisa menikah dengan pria pilihan hatinya. Akan tetapi Amy harus berhenti sebentar karena tiba-tiba saja bayinya itu menangis.

"Ohhh.. sayangnya mama, cintanya mama.. haus yah sayang..! cup cup cup!" ucap Amy kepada bayinya itu lalu meminggirkan gerobak bayinya itu disamping kursi panjang. Dia mengangkat bayinya hati-hati lalu membaringkannya di pangkuannya agar dia bisa memberikan ASI kepada bayinya itu sambil menutupi dadanya dengan kain agar tidak mengundang perhatian orang-orang yang lewat di depan mereka.

"Amy?" Sapa seseorang yang memakai kaus berwarna abu-abu yang dipenuhi oleh keringat dan celana trainging berwarna hitam dipadukan dengan sepatu berwarna biru dan abu-abu. Wajah pria itu sudah ditumbuhi bulu-bulu halus layaknya pria brewokan dan kumis yang tipis. Dia terlihat lebih dewasa dengan penampilan seperti itu hingga Amy sendiri terpukau melihat perbedaan di wajah laki-laki tersebut.

"Ke..Kemal? Ini kamu?" Tanya Amy.

"Iya lah. Siapa lagi?"

"Duh, gimana nih, aku lagi ngasih anak aku ASI. Nggak mungkin kan kita bisa ngobrol sekarang. "

"Oh iya. Kalau begitu aku cabut saja deh. Nanti ada waktu, aku dan Hendra mampir kerumah kalian."

"Oke! Bye! Tapi ngomong-ngomong, kapan kamu balik ke Medan? Ku fikir kamu akan tetap stay di Bandung."

"Tadi malam. Aku cuma sebentar kok disini. Aku mau ngemasin barang-barang aku karena dua hari lagi aku akan pindah. Aku udah beli rumah di sebuah kota yang kecil karena aku sudah buka cabang restoran dan bakeri yang baru disana."

Amy membalikkan tubuhnya segera untuk memperbaiki bajunya setelah selesai menyusui putra nya itu.

"Jadi yang di Bandung, Surabaya ama Bali itu siapa yang ngurus?"

"Kan disetiap tempat itu ada manajernya. Jadi aku hanya akan menerima laporan dari mereka sekali dalam tiga bulan. Aku jamin mereka bisa di percaya."

"Waahh,, kamu hebat juga yah! Ini adalah hikmah yang kau dapat setelah melepaskan perusahaan sawit milik ayah kamu itu Mal. Kamu jadi tampak lebih bebas sekarang."

"Kamu juga My. Tapi apa hebatnya aku dibanding suamimu. Ku dengar dia sudah jadi jaksa di Jakarta."'

"Hmm.. jangan sok merendah Kemal. BTW, kapan kamu nikahnya? Umurmu udah 34 loh. Nanti keburu tua." ejek Amy.

Raut wajah Kemal berubah seratus delapan puluh derajat setelah Amy membahas pernikahan dengannya.

"Amy, katamu kesuksesanku sekarang adalah hikmah dari apa yang ku perbuat dulu. Tapi kegagalanku dalam urusan pernikahan adalah karma setelah apa yang ku lakukan pada Dini."

"Ya ampun Kemal. Jangan jadikan itu alasan untuk menghambat kebahagiaanmu. Bagaimana kalau Dini sudah bahagia dengan suaminya sekarang?"

"Bagaimana kalau dia menderita? Apa aku layak untuk bahagia?

"Susah ngomong sama kamu Mal. Dan ada satu hal yang nggak aku mengerti dari kamu Mal. Jika kamu memang masih mencintainya, masih merasa bersalah padanya, kenapa dari dulu kamu tidak pernah mencarinya? Kenapa kamu nggak menikahinya saja? Bukannya kau sudah mengambil keputusan untuk memilih jalan hidup kami sendiri? Ini sudah 7 tahun loh Mal. Kamu cuma buang-buang waktu selama ini."

"Kau kan sudah tahu Dini tidak mau melihatku lagi. Sudah 7 tahun dia bersembunyi dariku."

"Compicated banget yah masalah hidupmu Mal. Kalau aku lebih memilih bahagia daripada terus-terusan di hantui rasa bersalah. LIFE MUST GO ON! Aku yakin Dini juga nggak mau kalau kamu hidup seperti ini."

"Entahlah My. Aku duluan yah. Satu jam lagi aku ada pertemuan penting di hotel Mitra jadi aku harus pergi." Dia mendekati bayi Amy lalu mengelusi kepalanya dengan lembut agar bayinya itu tidak terbangun. "Semoga dia jadi anak yang baik dan pintar saat dia besar nanti." ucapnya lalu tersenyum kepada Amy dan meninggalkannya.

"MALLL!" panggil Amy.

Kemal berhenti lalu membalikkan badannya untuk menoleh Amy. "Apa?"

"Kamu mau pindah kemana?"

"Ke Sibolga!" jawab Kemal kemudian lanjut berlari lagi meninggalkan Amy yang nampak panik.

"Apa? Sibolga? Apa tuhan yang merencanakan ini semua? Ternyata mereka memang berjodoh!" Gumam Amy takjub.

Kemal berlari dengan hati yang gundah, matanya mencari-cari sosok yang sangat dia rindukan namun orang itu tidak mungkin muncul disini hingga membuatnya frustasi.

"Ini adalah tempat terakhir kali aku melihatmu Dini. Lucu sekali karena aku berharap akan menemuimu lagi. Apa aku masih bisa menemukanmu?"

#TBC

thanks buat kalian yang suka cerita ini.

Maaf jika ada yang mengecewakan. Terus ada yang bilang semoga Dini nggak sama Kemal. Bagaimana ya? Sepertinya pilihan hati mimin sudah kekeh sama Kemal. Maaf ya

WijiCute..

buat devitokkce , Mantyana, selenagomes563, DewiSitumorang7, ovisanusi,fdlhsyfa74, dan lain-lain yang gak bisa mimin sebutin satu persatu, tetap semangat ya untuk baca lanjutan ceritanya.

good


Unmarried MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang