Waktu Untuk Berdua

12.1K 546 19
                                    


"Kenapa kau mencium pipi ku?" tanya Dini gugup kemudian mengutuk dirinya yang seharusnya tidak mempertanyakan itu.

"Emangnya cium bibir boleh?"

"Heeehhhh????" Tubuh Dina menjauh otomatis dari Kemal. Entah setan apa yang merasuki Kemal siang-siang begini hingga membuat Dini was was. Dia harus kabur.

"Aku lupa kalau sore ini ada yang mau jemput kebaya jadi harus buru-buru ke kios." ucapnya sambil beringsut menjauh dan melarikan diri keluar rumah.

Kemal mendecak kesal setelah ditinggal Dini karena sangat susah bagi mereka untuk memiliki waktu berdua begini. Dia sudah berencana menaklukkan Dini tapi sepertinya istrinya itu punya sering dinding untuk menghalangi niatnya.

Benar saja. Sudah 4 hari dan Dini sama sekali tidak peduli dengan keberadaan Kemal meskipun mereka sudah tinggal serumah dan tidur di kamar yang sama karena Dini hanya terpaku pada pekerjaannya dan Putra.   Bahkan saat tidur pun Putra ada diantara mereka. Kemal sampai frustasi mencari ide untuk mendekati Dini. Dia tidak mau memaksa istrinya karena Dini pasti teringat dengan kejadian malam itu. Hanya akan membuat masalah jika itu terjadi, fikirnya.

Saat Kemal pulang dari restoran, Dini masih sibuk menjahit di ruangannya. Dan saat Dini selesai, pasti Kemal sudah tertidur. Kemal sempat berfikir Dini hanya mencari alasan untuk menjauhinya. Tapi kenapa? Mereka kan pengantin baru. Sampai kapan Kemal harus menunggu Dini untuk benar-benar menerima lahir dan batin?

"Belum mengantuk?" tanya Kemal membuat Dini sedikit kaget saat menjahit sebuah kemeja dinas saat malam minggu. Kemal heran, apa Dini sama sekali tidak punya waktu untuk hal lain selain menjahit hingha mengabaikannya hampir seminggu ini? Apalagi lusa Kemal akan pergi ke Jakarta selama 3 hari untuk memantau progres restorannya disana dan membahas rencana renovasi.

"Belum, mungkin setengah jam lagi." jawab Dini tanpa menoleh.

"Ini sudah jam 11 Dini." ucap Kemal dengan nada meninggi hingga siapapun yang mendengarnya bisa tahu kalau Kemal sedang kesal.

"Tapi besok baju nya mau dijemput jadi harus dikerjakan sekarang."

"Sepertinya kita butuh penjahit satu orang lagi biar kamu gak sesibuk ini. Kita sudah menikah tapi aku merasa kita hanya orang yang tinggal serumah tanpa ikatan apapun. Kau gak peduli dengan perasaanku?" Sepertinya Kemal sudah tidak bisa menahan emosi nya lagi.

Dini terkesiap dan menghentikan aktivitasnya. Melihat ekspresi kesal dan frustasi di wajah Kemal membuatnya menyadari betapa egois dirinya saat ini.

Dini yang tidak enak hati akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan pekerjaannya. Dia menyusul Kemal yang sudah pergi ke ruang keluarga dan duduk disana tanpa menyalakan lampu. Laki-laki itu melipat tanganmu di dada sambil menatap kosong ke depan. Baru kali ini Dini melihat Kemal semarah ini dan itu artinya dia sudah keterlaluan.

"Kamu marah?" tanya Dini pelan setelah duduk disamping Kemal.

"Nggak. Lanjutkan aja pekerjaannya. Ini sudah jam 11." kata Kemal berusaha tenang.

"Tapi itu mukanya kenapa kayak jeruk purut? Asem banget..." Dini mencoba mencairkan suasana dengan sedikit candaan yang terdengar garing.

"Kemal masih kesal." batin Dini karena laki-laki itu memilih diam.

"Ya sudah aku pergi!" ucap Dini dan hendak berdiri namun segera ditahan Kemal agar dia duduk kembali.

"Mau kemana?" tanya Kemal ketus.

"Kan tadi disuruh menjahit lagi.." jawab Dini.

"Putra sudah tidur." kata Kemal seperti mengisyaratkan sesuatu.

"Iya, kan besok dia sekolah jadi harus tidur jam 9." timpal Dini. Dia tidak peka dengan maksud Kemal.

Kemal mengacak-acak rambutnya frustasi dan ekspresi nya semakin semrawut. Apa yang harus dikatakan nya agar Dini mengerti hal yang difikirkannya sekarang?

"Kamu kenapa sih.. Kan sudah aku temenin jadi mau apalagi?" Tanya Dini. Sebenarnya dia mengerti tapi tetap berpura-pura seakan tidak tahu apa-apa.

"Besok lusa aku mau ke Jakarta selama sebulan. Mungkin cuma aku yang merasa berat untuk pergi karena ada atau tidak adanya aku dirumah ini gak punya arti bagimu kan?" Kemal sengaja berbohong. Padahal dia pergi tidak selama itu.

Wajah Dini padam. Dia baru saja menikah dan membayangkan Kemal harus pergi selama itu membuatnya sedih.

"Ya sudah.. Gak usah pulang saja sekalian." ucap Dini merengut.

Kemal merangkul pinggang Dini lalu mengangkat tubuh wanita yang dicintainya tersebut kepangkuannya sambil memeluknya erat-erat.

"Aku sudah berusaha untuk bersabar Dini. Tapi melihat mu setiap hari membuatku gila. Kau sangat pemalu sampai-sampai aku takut untuk mendekati mu. Bahkan kau tidak pernah berganti pakaian didepan ku padahal aku ini suami mu. Dari ujung kepalamu sampai mata kaki semua itu sudah menjadi milikku tapi kau tidak mengizinkanku menyentuhnya. Senang yah melihat aku tersiksa?"

Dini tidak menjawab. Hanya helaan nafas yang terdengar darinya. Kemudian dengan satu gerakan pasti Dini balas memeluk Kemal dengan erat.

"Aku mau melakukannya." bisik Dini.

Darah Kemal berdesir. Dini sudah memberi izin kepadanya dan tanpa membuang-buang waktu, Kemal mendekatkan wajah mereka untuk kemudian memagut bibir istrinya itu dengan penuh hasrat hingga mereka susah bernafas dan juga pakaian yang mereka kenakan sudah berserakan dilantai.

Mungkin ini bukan pertama kalinya, tapi bagi Dini malam ini adalah yang pertama karena dia melakukannya dengan sadar, bukan karena pengaruh minuman keras. Ruangan itu pun menjadi saksi kedua insan yang memadu kasih tanpa ketakutan dan rasa bersalah seperti sebelumnya.

"Aku mencintaimu". Ucap Kemal ditelinga istrinya itu setelah dia tertidur. Menyadari ini adalah ruang keluarga, Kemal segera bangkit dan menggendong Dini ke kamar yang satunya lagi.

Seperti mimpi, Kemal terus memandangi wajah Dini yang tertidur pulas sambil mengelus bahunya dengan lembut. Kemal masih ingin bercinta tapi dia tidak ingin memaksakan Dini lagi. Istrinya itu tampak lelah karena terlalu memaksakan dirinya bekerja hingga larut malam setiap hari.

Kemal mengusap perut Dini yang tertutupi selimut dan berfikir kalau mungkin saja buah cinta mereka sudah terbentuk malam ini. Perasaan itu membuatnya terharu sebab saat Dini hamil dulu, Kemal tidak pernah mendampinginya. Tidak pernah melihat Dini memakai baju hamil saat perutnya membesar juga tidak pernah menemaninya saat dia melahirkan. Semua itu ingin dia lakukan setelah mereka menikah.

Dia berjanji untuk tetap ada bagi Dini disetiap momen-momen penting dalam hidupnya.

#bersambung

Unmarried MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang