Kebahagiaan yang Datang Terlambat

10.2K 395 19
                                    

Dini masih tidur dipelukan Kemal saat matahari mulai mengintip melalui tirai yang sedikit tersingkap dan menyinari wajahnya. Kemal yang sudah bangun tidak berniat membangunkan istrinya itu karena ini baru pertama kalinya dia melihat wajah Dini begitu polos dan tenang dalam tidurnya mengingat sejak mereka menikah Dini yang selalu bangun duluan dan menyiapkan sarapan.

Kemal membenamkan wajahnya dalam helaian rambut Dini yang terurai dan menciumi aromanya hingga membuat Dini terbangun.

“Udah pagi yah bang?” tanya Dini pelan sekali, hampir berbisik.

“Belum, nanti aja bangunnya yah.. aku masih mau disini sama kamu.” Ucap Kemal manja lalu kembali menciumi kepalanya.

“Jangan dicium terus dong, kan bau..!” larang Dini sambil sedikit menjauhkan kepalanya.

“Siapa bilang? Aku sedang mencium aroma kehidupanku, jantung hatiku, mana mungkin bau. Ini aroma yang paling harum yang pernah kuhirup selama ini. Kalau suatu hari aku tidak bisa menciumnya, aku pasti mati.”

Dini mencubit hidung Kemal karena ucapan gombalnya yang mengerikan itu membuatnya merasa mual. “Berarti besok di Jakarta abang nggak bernafas lagi karena kita berpisah yah? Awas yah kalo masih bisa pulang hidup-hidup.” Sindir Dini sambil tertawa.

“Ehhh.. malah nyumpahin.”

“Siapa suruh gombaaall?” ujar Dini lalu bangkit sambil membalutkan selimut menutupi tubuhnya yang tidak memakai apa-apa dibaliknya dan lanjut merayap ke kamar mandi.

***

“Papa!!” panggil Putra saat melihat Kemal menunggunya pulang di depan pagar sekolah. Dia berlari-lari kecil kearahnya saking senangnya.

“Bagaimana sekolahnya pahlawan papa?”

“Hari ini kami ada ulangan Matematika dan Putra dapat nilai 100 pa...” ucapnya bangga.

“Waaahhh,, hebatnya anak papa. Tapi anak papa senang kan sekolahnya?”

Putra mengangguk sambil tersenyum. “Kawan-kawan Putra udah baik-baik sekarang, kan Putra sekarang udah punya Papa.”

Kemal tersenyum getir mendengar ucapan Putra dan membuatnya mengingat rasa bersalahnya dulu karena tidak bisa bertanggung jawab untuk apa yang dia perbuat dan membayangkan Dini harus berjuang sendirian membesarkan buah hati mereka.

Angga baru saja pulang dari membeli benang ketika Putra dan Kemal tiba di kios dengan wajah sumringah mereka. Dini yang terlalu fokus dengan gamis yang dijahitnya nggak menoleh lagi kemana-mana bahkan tidak berpaling hanya untuk sekedar menyapa.

“Itu mau di jemput yah Din?” tanya Kemal untuk mengalihkan perhatian Dini.

“Nggak kok, dua hari lagi.” Jawab Dini kemudian melanjutkan akivitasnya.

“Kak Dini emang gitu kalo udah menjahit, gak peduli sama yang lain.” Sindir Angga.

Kemal mendekati Dini lalu mematikan mesin jahitnya dan sukses membuat Dini mendelik dongkol kearahnya. “Kenapa dimatikan?” tanyanya kesal.

“Nanti aja dilanjutkan kalo memang belum mau dijemput, kita makan siang dulu ya... nggak bagus nunda makan siang terus.”’

“Iya ma, Putra mau jalan-jalan bareng mama dan papa, sekaliiii ajaa.” Bujuk Putra

Dini akhirnya luluh mendengar permintaan anaknya dan memutuskan untuk pergi kemanapun yang mereka mau untuk hari ini mengingat Kemal pergi ke Jakarta besok untuk beberapa hari.

***

Dini, Kemal, Putra dan Angga menikmati ikan bakar ditepi pantai sambil bersantai. Kebetulan hari ini bukan hari libur sehingga pantai ini lebih sepi dan tenang, terasa pas untuk menenangkan lelah dan suntuk karena pekerjaan yang menumpuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unmarried MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang