Author POV
Bugh!
'Pasti Devan, gue yakin.' batin Yasmin.
Yasmin melihat cowok tersebut tetap memukuli Raihan sampai tersungkur di tanah tak berdaya. Cowok tersebut masih membelakangi Yasmin, sehingga sedikit susah melihat wajah cowok tersebut. Setelah cowok itu mengakhiri aktifitas nya. Ia membalikkan badan dan tersenyum hangat ke arah Yasmin.
'Dugaan gue salah, itu bukan Devan'
Yasmin masih terpaku di tempatnya. Yasmin cukup di buat kaget akan siapa yang telah membantu nya.
"Dava?"
"Lo gak papa kan?" tanya Dava penuh ke khawatiran dengan memutarkan tubuh Yasmin dan mengecek apakah ada yang luka.
"I'm fine. Gue gak papa dav." ujar Yasmin meyakinkan.
"Yaudah ayo gue anter lo pulang." Dava tak sengaja memegang tangan Yasmin yang biru karena cengkraman Raihan.
"Aw- jangan di pegang dav sakit." Yasmin kini meringis karena tangan nya perih.
"Sorry, sorry gue gak liat. Coba mana sini."
"Ma-mau ngapain? Gue baik-baik aja kali. Nanti besok juga udah sembuh."
"Sifat keras kepala lo gak ilang-ilang ya. Gue heran. Sini liat."
Yasmin menyodorkan tangan nya kearah Dava. Terlihat Dava yang begitu serius memandangi nya."Lo liat apaan sih?"
Seketika Dava memegang di daerah yang biru.
"Aduh! Aw! Sakit sih oon! Argh"
Marah Yasmin sambil menarik tangan nya kembali. Namun Dava hanya terkekeh."Yaudah kita mampir dulu yuk ke minimarket. Beli salep buat lo."
Yasmin hanya menjawab dengan bergumam. Kini keduanya sudah berada di minimarket dan Dava tetap fokus memilih salep buat Yasmin. Setelah melakukan transaksi, keduanya duduk di kursi depan minimarket tersebut. Mereka tidak menyadari sedari tadi ada seseorang yang memerhatikan sejak mereka di minimarket itu.
Seseorang yang berada di dalam mobil menatap Yasmin dan Dava tidak suka. Mencengkram kuat setir dengan rahang yang mengeras. Menahan amarahnya yang sejak tadi sudah memuncak.
"Gue obatin ya"
"Gausah dav, gue bisa sendiri nanti di rumah. Ini udah malam dan gue harus pulang sekarang. But dav, soal yang tadi gue sangat teramat berterimakasih atas bantuan lo. Gue..gue gak tau harus kayak gimana." jelas Yasmin sedikit pelan namun memasang senyum tipis ke arah Dava.
"It's okay. Gue bakal ada buat lo." Dava kini sudah memasang senyum hangat yang lebar. "Oiya yas, gue cuma mau bilang. Umm, tolong jangan jauhin gue atau bahkan benci gue. Yas, maafin kesalahan gue yang dulu. Gue.. gue sekarang hadir lagi disini, di kehidupan lo itu bukan berarti gue minta lo buat balik sepenuhnya. Gue cuma mau minta maaf, sampai lo maafin semua kesalahan gue yang dulu. Please jangan salah paham, gue tau kok lo juga udah punya pacar, maka dari itu gue gak ada niatan sama sekali buat hancurin hubungan lo. Setelah lo maafin semua kesalahan gue, gue bisa kok yas langsung pergi dari kehidupan lo tanpa ganggu lo lagi. Intinya gue gak akan pergi sebelum lo maafin gue sepenuhnya."
Yasmin tersenyum tipis lalu menatap Dava hangat. "Gue udah maafin lo dari dulu kok dav, oiya gue juga minta maaf ya soal sikap gue yang kemarin-kemarin lo datang ke rumah gue, terus gue gak nganggep lo."
"Iya gapapa kok santai aja, lagian juga gue wajarin. Tapi seriusan kan gue dimaafin?"
Yasmin mengangguk sambil tersenyum tulus. Melihat itu Dava lalu melemparkan senyum manisnya.
"Makasih yas makasih banyak."
Kini laki-laki yang tadi nya ada di dalam mobil seraya menyaksikan obrolan singkat Yasmin dan Dava justru sudah berada di hadapan mereka berdua dengan tatapan yang tajam.
"Lo gak perlu repot-repot ngejagain dia. Dia udah ada gue, pacarnya. Dan soal luka ini lo gak perlu khawatir karna gue yang bakal ngobatin dia."
"Tapi-"
"Oiya satu lagi. Lo gak perlu ngebuang waktu dan ngebuang tenaga lo buat cewek gue. And so clear? Lo catet itu dan kalo bisa di garis bawahi" jelas Devan tanpa memberikan jeda untuk Dava menjawab, dengan penuh penekanan tapi masih stay dengan wajah datar nya. Seakan-akan tidak menampilkan kemarahan.
Devan masih manatap tajam Dava dan menautkan jari nya di tangan Yasmin, tapi bukan di daerah yang sakit. "Dav gue balik-" ucap Yasmin terpotong karena Devan dengan cepat menarik Yasmin masuk kedalam mobil nya. Tapi dari kejauhan bisa dilihat bahwa Dava masih tetap tersenyum hangat memaklumi. Biasanya Devan akan membukakan pintu untuk nya tapi kali ini tidak.
Devan sudah lebih dulu memasang selfbelt. "Cepat pasang." Devan berkata dengan nada dingin dan tajam. Cepat-cepat Yasmin memasang selfbelt nya. Tanpa aba-aba Devan langsung menancapkan gas nya di atas rata-rata. Tidak seperti biasanya Devan seperti ini. Yasmin sangat takut jika Devan sudah begini.
Devan tetap menjalankan mobil nya tak menentu arah. Karna Yasmin tahu ini bukan jalan ke arah rumahnya, ataupun ke rumah Devan. Ini jalan entah kemana arahnya. Yasmin sudah tak kuat dengan tingkah Devan yang masih tidak mau menurunkan kecepatannya. "Dev.. Stop" Yasmin malah kini sudah menangis tersedu-sedu sampai badan mungil nya yang naik turun. Menandakan ia tidak baik-baik saja.
Ciiitt!
Devan langsung mengerem mendadak tanpa meminggirkan mobil nya terlebih dahulu. Membuat badan Yasmin sedikit terhuyung ke depan. Yasmin menatap Devan tak percaya. Sedangkan Devan hanya diam membeku dengan tatapan kosong yang tidak bisa di artikan.
Untung jalanan sepi jadi tidak menimbulkan kecelakaan. "Dev, minggirin dulu mobil kamu."
Devan langsung meminggirkan mobilnya tanpa aba-aba. Sudah sekitar lima belas menit Yasmin dan Devan berdiam tak ada suara. Sadar jika Yasmin tidak suka jika situasi seperti ini langsung membuka suaranya "Dev, kamu marah? Tapi kamu mau kan dengerin penjelasan aku?." bujuk Yasmin dengan isakan yang mereda.Devan masih bergeming di tempat tidak menoleh ataupun menjawab. "Dev? Jawab dong" ujar Yasmin sedikit merengek. Devan menghembuskan nafas kasar dan menggusar wajah nya lelah. "Aku brengsek." hanya dua kata yang di lontarkan Devan dan itu justru membuat Yasmin mengernyit kan dahi. Tidak mengerti dengan perkataan Devan barusan.
"Maksud kamu?" tanya Yasmin setenang mungkin, berharap Devan tidak mengetahui kejadian ia dengan Raihan. "Aku gak bisa jagain kamu." tutur Devan sepelan mungkin. Keduanya kembali terdiam, lalu Yasmin membuka suara nya kembali. "Kamu... tau dev?" tanya Yasmin pelan. Devan mengangguk sambil menahan gejolak emosi atas apa yang Raihan lakukan. "Darimana?" tanya Yasmin lagi. "Itu gak penting ra, aku baru datang itu pas Dava yang lebih dulu nolongin kamu, sedangkan aku cuma diem aja di mobil. Pengecutkan? Bener kan? Aku brengsek ra?" Yasmin kembali terdiam ia bingung ingin menjawab apa karena ya nyata nya bukan Devan yang membantu sejak kejadian keji tadi.
"Jawab ra" desak Devan dengan wajah yang sudah berubah menjadi pias. "Enggak. Kamu gak brengsek dev." jawab Yasmin pada akhirnya "Aku mau pulang dev." sambung Yasmin lagi.
Devan mengerti keadaan Yasmin sekarang. Ia tak mungkin memaksa Yasmin untuk menjelaskan semua nya sekarang. Akhirnya Devan membalas dengan anggukkan dan segera menancapkan gas lalu pergi dengan kecepatan standar, tidak seperti sebelumnya. Kini lebih pelan. Karna ia tak mau mengecewakan Yasmin untuk kedua kali nya.
***
Sorry for typo
Vomment please :v
👇👇👇
KAMU SEDANG MEMBACA
2FAB 4YOU (COMPLETED)
Teen Fiction#3 wattys (27/3/19) #1 cutegirl (14/3/19) #2 masasma (17/11/18) #2 relationshipgoals (23/02/19) Devan putra aysel. ~Aku bulan, si pemilik hati bintang. Yasmin latifa azzura. ~Nyatanya aku hanyalah matahari, dan bukan bintang yang selalu menemani bu...