Chapter 2: Pertemuan Itu

17 3 0
                                    

---***---

Tak lama kemudian bel tanda habisnya istirahat berbunyi. Mereka bertiga pergi beranjak dari tempat mereka duduk. Kini mereka harus pergi ke kelas musik. Desiran angin hari itu mengiringi langkah kaki mereka bertiga. Dingin. Ya, kota itu kini telah memasuki musim penghujan.

Krieett..., suara decitan pintu ruangan musik menggema di seluruh ruangan. Mendandakan ada seseorang yang sedang memasuki ruangan itu. Dia adalah Mrs. Lola Puffy guru seni musik yang baru tahun ini mengajar di sekolah ini. Tanpa panjang lebar, para murid langsung disuruh untuk mengambil alat musik yang ingin mereka pelajari.

Tak terkecuali dengan Aline dan kawan-kawan. Aline memilih untuk mengambil biola putihnya yang selalu di titipkan di ruang musik itu. Lia pun sama, hanya Ica yang memilih untuk bermain piano.

"Aku, ambil biolaku dulu ya?" Pamit Aline dan Lia pada Ica, yang sudah terduduk di kursi pianonya.

"Nah, anak-anak, kita akan mempelajari suatu permainan orkestra musik, dan kita akan memainkan lagu Canon in D major." Jelas Mrs. Lola.

"Canon in D Major? anda belum memberikan materi itu pada kami." Jelas seorang pria keturunan cina berkacamata.

"Ah..., mungkin kalian lupa, kemarin aku sudah memberikan materi itu pada kalian, hanya saja kalian tidak tahu kalian sedang memainkan lagu apa, iya kan?" Balas Mrs. Lola, yang langsung desiertai anggukan oleh murid-murid yang lain. Setelah Mrs Lola menjelaskan panjang lebar tentang materi itu, murid-murid pun disuruh untuk mengambil partiture Canon In D major di Almari penyimpanan.

"Hmm...Canon In D ya? aku sangat suka lagu ini." Kata Aline.

"Ya, aku juga." Kata Lia sembari bersiap untuk memainkan biola yang sudah ada di tangannya.

Setelah semua bersiap dengan alat musik masing-masing Mrs. Lola mulai memimpin dan mengatur jalannya orkestra. Ketika ayunan stick yang dibawa oleh Mrs. Lola menunjukkan tempo ¾ semua langsung mengikuti. Suara dentingan piano yang sangat merdu, suara flute dan oboe yang tak kalah indahnya, gesekan violin dan celo yang sangat merdu dan klasaik, serta suara petikan gitar yang menambah harmonisnya alunan melodi itu. Semuanya bersatu padu untuk membentuk suatu melodi yang indah dan harmonis.

Ketika melodi itu selesai di mainakan suara riuhnya tepuk tangan para pemain menghiasi suasana ruang musik kala itu. Setelah memainkan orkes tersebut, hanya wajah cerialah yang nampak di wajah mereka, walau itu hanya latihan belaka.

"Lagu yang bagus, aku ucapakan selamat pada kalian semua." Kata Mrs. Lola sambil bertepuk tangan.

"Jika kalian mau, kalian akan kutampilkan di acara ulang tahun sekolah nanti, bagaimana?" Tambah Mrs. Lola.

"Ide yang bagus, aku setuju." Jawab seorang pemuda berambut pirang, dia adalah teman sekelas sekaligus sahabat Aline, Lia dan Ica.

"Hmm..., baiklah jika kau setuju Ryu, yang lain?"

"Aku juga." Kata Aline sembari mengacungkan tangan yang kemudian diikuti oleh teman-teman yang lain.

"Baiklah, kalau begitu, untuk selanjutnya tunggu kabar dariku." Kata Mrs. Lola.

"Dan sekarang, ku biarkan kalian berlatih musik sendiri, jika kalian tidak bisa, kalian bisa menanyakannya padaku." Sesuai perintah dari Mrs. Lola. Murid-murid pun langsung mulai bermain sesuka hati mereka.

---***---

Seusai jam sekolah Aline berserta kedua sahabat karib sekaligus teman sekamarnya langsung pergi melenggang kearah asrama. Namun, sesuatu kala itu telah mengusik pikiran Aline. Ya, sesuatu itu adalah mengenai suara-suara aneh yang selalu menghampirinya semenjak ia ke kamar mandi. Suara aneh itu seolah tak mau berhenti untuk bersuara dan menyambangi telinga Aline. Memaksa gadis itu untuk mendengar dan mengikutinya. Lama-lama, ia pun dibuat horor oleh suara yang menyerupai bisikan tak dikenal itu.

Mirror: The Signal of Two DragonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang