Chapter 3: Kejadian Misterius

22 2 0
                                    

Malam telah berlalu begitu saja dengan cepat. Kini sang mentari pagi sudah menunjukkan sinarnya diatas langit. Bukan hanya itu, kicauan burung pun menemani munculnya sang mentari dari balik gunung. Udara pagi yang segar masuk kedalam paru-paru Lia dan Ica, kedua teman Aline ini sudah bangun mendahului Aline. Ya, dan bisa dikata mereka adalah orang yang rajin, tidak seperti Aline, yang sangat menyukai tidur.

"Hey Aline bangun ini setengah jam lagi kita masuk sekolah!!" Teriak Ica sambil menggoyang-goyangkan tubuh Aline.

"Apa kau mau kuguyur lagi dengan air seperti kemarin, hah?!" Kata Lia.

Mendengar perkataan salah satu temannya itu, Aline langsung terbangun dari tidurnya. Dengan menggerutu sebal ke arah mereka berdua ia mengambil handuk dan mulai masuk kedalam kamar mandi.

"Br....dingin sekali airnya!" Katanya sambil keluar dari kamar mandi dengan sudah menggunakan seragam sekolah lengkap.

"Hah...akhirnya selesai juga kau, ayo cepat, nanti kita terlambat!" Seru Ica yang sedari tadi hanya melihat ke arah jam tangan yang di pakainya itu.

"Akh iya...iya...lagi pula ini kan baru jam setengah tujuh, dan aku belum makan bodoh!" Timpal Aline.

"Baiklah, kalau begitu, kita ke kantin dulu."

"He? apa katamu kantin? bukankah kita masih punya roti di dalam kulkas?" Sahut Ica.

"Hehehe. Roti itu sudah kuhabiskan kemarin malam, habisnya sih aku mendadak lapar. Hehehe." Balas Lia dengan senyum-senyum sendiri.

"Ah sudahlah, ayo cepat kita kesana, keburu masuk lagi." Tambah Aline.

Setelah merapihkan kamar mereka, mereka bertiga pun pergi berjalan menuju kantin. Sesampainya di kantin Aline melihat lagi sesosok pria berambut coklat yang dikenalnya dengan nama Cloud sedang duduk-duduk santai dengan seorang temannya yang berambut pirang kekuning-kuningan. Seperti biasanya, dimana ada pemuda bernama Cloud itu, pasti ada segerombolan gadis yang mengelilinginya, seolah Cloud adalah madu yang sangat manis sedangkan para gadis itu adalah lebah yang tengah kelaparan akan manisnya madu.

Tunggu Rambut pirang kekuning-kuningan? Aline mulai memutar balik pikirannya. Ya, tampaknya orang itu tidak asing baginya. Aline pernah bertemu orang itu, tapi dimana? Oh great! Itu adalah orang yang ada di dalam mimpinya 2 hari yang lalu.

'Siapa dia?' Batinnya dalam hati.

"Ehem...." Suara deheman salah satu sahabatnya itu berhasil membuyarkan lamunannya.

"Ada apa antara kau dan pria yang kau tabrak kemarin itu? diam-diam kau menyukainnya ya?" Tanya Ica dengan nada jahil.

"Hah, apa? menyukainya? ahaha absolultly not dan kau tahu aku baru saja mengenalnya kemarin masak tiba-tiba aku menaruh hati padanya!" Bantahnya dengan memberi penekan-penekan pada beberapa kata diantaranya.

"Wow, kau sudah mengenalnya ya? wah bagus itu siapa namanya?" Tambah Ica dengan nada menggoda.

"Ah sudahlah jangan menggangguku terus bodoh dia Cloud."

"Hey kalian ini, sudahlah jangan ribut, makan-makanan kalian sebelum bel berbunyi!" Seru Lia.

"Btw, aku udah dapet info dari si cowok itu lho, dia emang cukup populer sih. Tau gak dia di juluki apa, dia adalah 'Pangeran Es' di IIHS. Kenapa begitu, karena konon katanya, sifatnya itu dingin sekali. Bahkan dapat membuat para gedis beku olehnya. Astaga." Jelas Ica panjang lebar.

"Kalo dilihat dari gayamu berbicara, malah terlihat kamu yang suka dengan pemuda itu. Iya, kan?" Goda Lia.

"Ih, apaan sih. Wajarlah kalau aku suka padanya, lagian dia itu udah ganteng, pinter pula. Ah..., emang bener-bener sosok prince charming. Haha." Sahut Ica dengan gayanya yang khas.

Mirror: The Signal of Two DragonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang