2 hari telah berlalu. Kini semua penduduk Divia tengah bahu membahu untuk membangun Kota mereka kembali. Tak hanya mereka saja yang nampak sibuk membangun, terlihat juga banyak terdapat Bangsa Elf yang ikut membantu. Karena, asal mualsal kota ini juga didasari dengan adanya para elf.
Terlihat dari kejauhan Aline yang tengah sibuk berbenah untuk membangun gedung-gedung yang telah rusak dengan dibantu dengan beberapa kloning dari dirinya. Namun, dapat terlihat di raut wajahnya bahwa ia sedang murung dan sedang tidak bersemangat. Ia juga sempat terlihat memanyunkan bibirnya pertanda ia sedang sebal pada sesuatu.
Benar saja, ini merupakan hukuman bagi dirinya karena ia tidak bisa menjaga batu bulan itu dari tangan Pasukan Medussa. Gadis itu harus membantu menyelesaikan membangun Kota Divia yang telah porak poranda dengan tangannya sendiri tanpa ada bantuan dari teman-teman Xerro 14. Kemudian Terlihat ada sekelompok orang yang tak asing lagi bagi dirinya mendatanginya. Benar saja, mereka adalah Karin, Denis, Zero, Cloud, Vlouchi.
"Hey, al! Sedang sibuk ya? Hhehe." Seru Denis dengan melambaikan tangannya.
"Hufth..., kalian ini senang ya melihatku begini? Bukannya membantu malah mengejek." Katanya sedikit menggembungkan pipinya.
"Eh? mengejek. Siapa yang mengejek dirimu? Aku tidak merasa mengejek." Sahut pria blonde bermata hijau ini dengan mencubit kedua pipi Aline yang digembungkannnya.
"Eh sudah...sudah..., kalian ini setiap kali bertemu pasti mencari ribut. Hahaha. Seperti anak kecil saja." Ucap Karin dengan diselingi tawa.
"Kau juga mau cari ribut!?" Seru mereka bersamaan dengan memberikan sebuah pandangan 'Death Glare' pada Karin.
"Eh? Tidak...tidak..., aku punya berita baik untukmu." Kata Karin.
"Berita baik. Apa itu?" Balas Aline sambil berjalan mendekati Karin.
"Hukumanmu dicabut." Jawab Zero.
Eh? dicabut? Bukannya sudah jelas aku yang bersalah?"
"Kau masih ingatkan sebuah batu berbentuk hexagonal yang kau temukan secara tidak sengaja itu?" Ingat Karin pada dirinya.
"Hm..., ya aku ingat. Kenapa?"
"Jika tidak ada batu berbentuk hexagonal itu, batu bulan tidak akan menunjukkan kekuatannya. Itu sudah merupakkan pasangan batu bulan sejak awal. Itulah alasan mengapa dulu Bangsa Elf dan kakek mu memecah batu bulan dan batu hexagonal itu." Jelas Karin panjang lebar.
"Benarkah??? Tapi, ini sudah terlanjur, aku terlanjur menyukai pekerjaan ini. Aku akan membantu Divia untuk membangun kembali kota mereka. Lagipula aku juga ambil andil dalam rusaknya fasilitas Divia." Ujar gadis berambut hitam kecoklatan yang akrab dipanggil Aline ini.
"Yahh..., kalau dipikir-pikir benar juga sih. Pada saat bertarung dengan para monster itu aku juga tanpa sengaja menghancurkan televisi layar lebar yang ada di sana itu." Jelas Vlouchi dengan menunjuk ke arah dimana televisi berukuran besar itu rusak.
"Baiklah kalau begitu. Kita akan membantumu al, iyakan teman-teman?" Seru Zero pada mereka berempat.
"Baiklah aku setuju. Ayo semuanya!!!" Seru Vlouchi dan Karin bersamaan.
"Teman-teman....., aku senang memiliki teman-teman seperti kalian." Kata Aline dengan mengukir senyuman di bibirnya.
Kini mereka berlima memutuskan untuk membantu Aline. Lebih banyak orang yang membantu akan lebih cepat pula pekerjaan itu selesai. Terlebih lagi, Denis dan Aline memutuskan untuk membuat beberapa kloning dari diri mereka sendiri dengan sihir mereka. Selain itu, mereka juga memanfaatkan sihir yang mereka pelajari untuk membangun kembali bangunan-bangunan yang runtuh.
Pekerjaan mereka juga diselingi dengan canda tawa khas mereka untuk mencairkan suasana. Tak jarang mereka sedikit bermain-main untuk membunuh kejenuhan mereka bekerja. Alhasil dalam waktu 2 jam satu rumah yang hancur berhasil dibangun seperti semula. Senyum Aline kembali terukir di bibirnya. Gadis itu seolah tak pernah merasakan kesenangan yang sangat menyenangkan seperti ini. Sesekali ia melemparkan pasir ke arah Denis seraya untuk membalas perbuatannya tadi. Alhasil terjadi perang pasir di antara mereka berdua. Kini, Divia dan dunia cermin pun aman untuk sementara.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~END~~~~~~~~~~~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Mirror: The Signal of Two Dragons
FantasyMenceritakan tentang seorang gadis Bernama Aline yang merupakan keturunan terakhir Alexandria. Sebuah keturunan yang kedatangannya sangat dinantikan di Dunia Cermin, sebuah dunia dimana sihir dan fantasi ada dimana-mana. Berabad-abad yang lalu sebua...