Chapter 12: They Coming

2 1 0
                                    

2 minggu sudah Aline berada disini dengan menjalani rutinitas latihannya. Kini saatnya untuk beristirahat dengan teman-temannya di sebuah kedai kecil di pusat Kota Divia. Pagi itu, suasana dunia cermin masih sama seperti biasanya. Dimana para penduduk sekitar tengah berlalu lalang berjalan kesana kemari untuk menjalani kesibukan masing-masing. Termasuk 4 orang gadis dan 3 orang lelaki yang tengah terduduk santai disebuah meja bundar kedai tersebut. Salah satu diantaranya adalah Aline.

Seorang anak laki-laki seumuran dengannya tengah mengangkat sebelah tangannya dan memanggil seorang gadis pelayan kedai tersebut dan memesan sebuah makanan dan minuman ketika gadis pelayan itu berjalan mendekat. Terlihat gadis itu mencatat semua pesanan yang dikatakan oleh sang pemesan dan kembali ke dapur ketika sang pemesan berhenti berbicara.

Ke-empat gadis yang tengah duduk itu berbincang-bincang ringan sembari menunggu pesanan mereka. Maklumlah kebiasaan seorang wanita. Mereka mengoceh kesana-kemari, tak hanya mereka para gadis saja. Namun, para lelaki pun tak mau keinggalan. Hingga pada akhirnya ke-3 lelaki tersebut ikut nimbrung bersama ke-4 gadis tersebut.

"Hah...akhirnya latihannya selesai juga ya!" Kata Feti.

"Iya, aku lelah. Untung saja Guru Blade mau berbaik hati dengan kita dan membiarkan kita beristirahat sejenak. Hahahaha. Lihat ini gara-gara dia tanganku jadi lebam semua." Kata Vlouchi ikut meramaikan suasana.

"Hah....masih mending begitu. Jamanku dulu berlatih aku sampai-sampai mendapat pukulan dari Master Blade sampai 100 kali gara-gara aku melakukan kesalahan saat aku berlatih." Balas Zero.

"Oh... kasihan sekali, itu sih deritamu. Hahahaha. Tapi tak hanya kau saja yang mengalaminya. Aku juga kok. Hehehe." Tambah Karin.

"Oh ya Aline, ngomong-ngomong kemajuanmu sangat pesat sekali ya. Diajari sekali kau sudah bisa. Jarang sekali lho ada orang seperti dirimu." Puji Denis pada Aline.

"Ah... benarkah! aku jadi merasa melambung. Sudahlah jangan terus-terusan memujiku. Hahahaha. Nanti aku jadi melambung tinggi. Tapi, apakah iya aku seperti itu?" Tanya Aline.

"Iya Al! aku merasa kau itu istimewa. Sekali saja kau diajari kau pasti langsung bisa mepraktekannya. Itu sangat hebat lho!" Seru Aero.

"Ahaha. Terimakasih sudah memujiku. Hehehe." Kata Aline sembari menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tentu saja tidak gatal dengan wajah yang sedikit memerah.

Tak lama kemudian makanan dan minuman yang sudah dipesan oleh Denis sudah tiba. Kini mereka semua langsung menyantap makanan yang sudah berada di atas meja bak seseorang yang tengah kelaparan. Baru sebentar saja menikmati hidangan yang mereka pesan. Tiba-tiba saja sebuah sirine terdengar begitu keras hingga membuat telingamu berdenging.

Sebuah suara muncul dari dalam kotak suara tepat diatas kasir kedai tersebut. "MOHON SEMUA WARGA JANGAN PANIK DAN KEMBALI KE RUMAH MASING-MASING! SITUASI DARURAT TINGKAT MERAH DINYALAKAN!". Begitulah kata dari kota suara tersebut. Semua wajah dari penghuni kedai tersebut pun menjadi bingung. Termasuk Aline dan teman-temannya. Situasi ini, adalah sebuah situasi yang pernah singgah di pikiran Aline 10 menit yang lalu. Ya, sebuah De Ja Vu mendatanginya dan kini kejadian itu benar-benar terjadi.

Tak lama setelah kotak suara itu berbicara. Telfon genggam milik Denis pun berdering. Denis pun mengangkat telfon miliknya dan terdengarlah seseorang tengah berbicara dengan Denis dari sebrang telfon itu. Denis pun kaget mendengar sebuah berita yang disampaikan oleh seseorang dari seberang telfon genggam miliknya.

"Ada apa Den? itu terdengar seperti Cloud yang berbicara." Kata Vlouchi bertanya.

"Kita disuruh untuk segera ke markas sekarang! tampaknya prediksi dari Kakek Karim benar adanya." Balas Denis dengan wajah yang serius.

Mirror: The Signal of Two DragonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang